UTS?

1.2K 43 0
                                    

Keadaan kelas yang ramai mendadak hening ketika ada suara dari pengeras suara yang ditujukan kepada semua kelas.

"Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh. Untuk semua kelas 10, 11, 12, baik ipa maupun ips, harap perwakilannya berkumpul di lobby bawah. Sekali lagi, untuk kelas 10,11,12 perwakilannya harap kumpul di lobby bawah sekarang. Terimakasih."

Setelah suara itu lenyap, aku melanjutkan membaca novelku. Namun terhenti ketika ada yang mencolekku.

"Apa?"

"Lo ke lobby bawah sana!" Perintah Naufal yang jelas-jelas dia KM kelas ini.

"Kenapa mesti gue?"

"Gue males. Lagian lo kan wakil!"

"Idih. Wakil tuh cuma gantiin tugas KM kalo KM nya emang lagi ga bisa! Lah lo kan bisa sekarang!" Ujarku tak mau kalah.

"Deuh, dasar!" Naufal lalu pergi. Aku menggerutu kesal lalu menengok ke arah jendela. Tanpa sadar, mataku menangkap sosok Ramma berjalan turun dari tangga menuju lobby bawah. Jangan-jangan, dia wakilin kelasnya? Kesempatan ga boleh disia-siain!!

"Pal!! Pal!!! Tunggu!!" Panggilku pada Naufal yang baru saja ingin keluar kelas.

"Apaan?" Tanyanya malas.

"Gue aja deh! Sekalian gue mau ke belakang."

Matanya menyipit ke arahku. "Labil dasar!"

Aku nyengir kuda lalu dengan cepat keluar kelas.

Aku melihat Diani berjalan menuju lobby bawah melewati tengah lapangan. Aku segera mengejarnya dan menepuk pundaknya.

"Di!"

Diani menoleh lalu menepuk balik pundakku.

"Ey! Mau ke lobby juga?"

"Iya, soalnya tadi gue liat ada Ramma!"

"Iya tu anak ada disana!" Diani menunjuk Ramma yang sedang mendengarkan petuah dari Bapak Pram.

"Yuk kesana!"

Aku dan Diani mempercepat langkah kami lalu ikut berkumpul dengan anak-anak.

"Oke, bapak absen dulu ya. X Mipa 1?"

Aku mengacungkan tangan. "Hadir, pak!"

Kemudian Pak Pram mengabsen semua kelas yang hadir.

"Jadi begini, minggu depan itu kan sudah UTS ya... "

"Apa?!"

"Hah?!"

"Demi apa?!"

Aku mendengar anak-anak terkejut akan hal ini. Kenapa mereka baru tau ya? Aku udah tau hal ini dari seminggu yang lalu malahan. Apa mereka gak lihat kalender pendidikan?

"Kalian ga tau? Makanya dong punya kalender pendidikan di kelas jangan cuma dijadiin pajangan, tapi dilihat, dibikin patokan supaya kalian bisa membuat target kapan kalian harus mulai belajar, menyicil pelajaran, jangan main terus!"

Kami semua diam mendengar tutur dari Pak Pram.

"Ya, jadi, bapak mau membagikan jadwal pelajarannya, dan ada pengumuman bahwa kata Bu Ima, pembina Ekstrakurikuler Pramuka, setelah ulangan berakhir, seluruh kelas 10, harap berkumpul di lapangan. Tidak boleh ada yang pulang duluan! Mengerti?!"

Dan... Keluhan semakin banyak dikeluarkan oleh anak-anak.

"Gue rasa bakalan ada sesuatu nih, Kei!"

"Hm, gue juga. Eh, btw, Ramma ganteng banget hari ini."

Diani langsung menoleh dan menatapku datar. Aku menatapnya balik sambil mengangkat sebelah alisku.

Tiba-tiba saja Diani menarik tanganku mendekat ke Ramma. Ramma tampak kaget dengan kehadiran kami disampingnya namun dengan cepat mengontrol dirinya.

"Ram! Lo ada film baru ga? Kesha mau minta film katanya!"

Sialan. Sialan.

Aku hanya bisa mengikuti alurnya daripada harus terlihat "ada apa-apa".

"I.. Iya, Ram! Gue mau minta film horror sama action! Mockingjay part 2 lo udah ada?"

Untungnya ada bahan obrolan. Padahal aku udah nonton film itu, tapi sabodo lah. Namanya juga darurat.

"Oh, ada. Mau minta kapan? Pake fd lo atau fd gue?"

Aku berpikir keras. Kayanya mending pake fd ku, ada dua keuntungan kalo pake fdku.

1. Aku bisa modus ke kelasnya untuk ngasih fd ke dia.
2. Aku bisa modus ke kelasnya untuk ngambil fd ku.

"Pake fd gue aja, Ram!"

"Oh, oke. Besok gue yang ke kelas lo atau..?"

"Gue ke kelas lo aja."

"Oke."

Saat aku ingin berbalik, ternyata Diani udah gak ada disebelahku. Dumbass banget anak itu. Pak Pram juga udah selesai dengan pengumumannya, dan hanya bersisa beberapa anak saja.

"Oiya, Kei!"

1 detik

2 detik

3 detik

Demi apa Ramma manggil gue?!

Aku segera membalikkan badan dan melihatnya berjalan mendekat.

Ia tersenyum tipis. "Makasih buat coklatnya. Rasanya enak banget."

Mati.

Mati.

Cepetan buat aku menghilang sekarang.

Cepat.

Mati.

Mati.

Jantungku.

"Kei?"

"Umh, euh, iya? Eh, iya maksudnya sama-sama!"

Ramma tersenyum lalu menggaruk tengkuknya.

"Kalo gitu gue duluan ke kelas ya? Atau mau bareng?"

"Ehh! Enggak, lo duluan aja! Hehe, gue lagian mau ke belakang dulu, " Ujarku bohong, lagi.

"Oke, dah!"

"Dah!"

(๏_๏)

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang