Fifth Day

1K 43 1
                                    

Hari kelima UTS, aku udah agak seneng karena itu berarti bentar lagi UTS selesai. Tapi, yang bikin aku males hari ini adalah pelajaran Penjasorkes. Kalian pasti setuju kan kalo aku bilang hampir semua perempuan gak bisa dan gak ngerti Penjasorkes. Itu urusan cowok. Cowok tanpa belajar pun sepertinya bisa, kecuali kalau disuruh menjabarkan langkah-langkah sesuatu, dan yang berhubungan dengan kesehatan.

Aku membuka buku Penjasorkes untuk mengulang apa yang aku pelajari di rumah. Kelas masih sangat sepi karena tadi aku berangkat lebih pagi. Menghindari hujan, sih.

"Kei?"

"Eh? Ramma? Ada apa?"

Sumpah. Aku kaget. Ramma tiba-tiba manggil aku dari depan pintu kelas.

Ia berjalan ke arahku lalu membongkar isi tasnya.

"Kata Miss Ann, lo disuruh les. Trus, kemarin beliau nitipin ini ke lo, buat barangkali lo mau ikut lomba gitu. Itu bahan belajarnya."

Ramma memberiku beberapa kertas yang sudah distreples. Isinya bahan materi debat bahasa inggris dan ada pidato juga story telling.

"Oke mak--"

"Ohya--"

Kami saling menatap lalu tertawa kecil.

"Lo dulu, Ram."

"Iya, jadi nanti malem minggu kata miss Ann kita ada latihan debat. Jam 7 di Miss Ann Oke?"

Debat? Sama Ramma? Aaaaaaaaaaaaa seneeenggggg. Aku mendadak lupa sama kejadian dua hari lalu.

"Oke! Makasih ya, ram!"

Dia berdiri sambil membereskan tasnya.

"Anytime," Katanya sambil tersenyum. Manis sangat.

Tepat saat ia berjalan keluar pintu, sosok Ka Kuntara masuk lalu menatap heran pada Ramma yang jelas-jelas kelasnya bukan disini. Lalu ketika matanya menatapku, ia mulai mengerti.

"Ngapain dia kesini?"

"Ngomongin tentang les," Jawabku sambil tersenyum.

Ka Kuntara tampak mengerutkan keningnya. "Ohh. Seneng amat."

"Yaiyalah!"

Ka Kuntara hanya mengangguk-angguk lalu menaruh tasnya di kursinya. Kenapa dia? Tumben gak jail? Biasanya ngegodain?

"Oiya, ka?"

"Hm."

"Kaka tau darimana kalo gue suka sama Ramma?"

Hening sebentar.

"Keliatan aja."

"Keliatan? Kalo yang ngomong gitu anak kelas gue percaya, tapi bahkan kita kan ga sekelas, lo kaka kelas gue. Gimana bisa keliatan?"

Ka Kuntara menghentikan kegiatannya membaca buku Bahasa Inggris lalu menatapku.

"Gimana bisa keliatan? Lo nanya itu? Yakin?"

Aku mengangguk mantap.

"Gimana gak keliatan kalo setiap istirahat gue ngeliat adek kelas gue nongkrong di depan kelas dan teriak-teriak ga jelas setelah doi-nya lewat."

Ia menyeringai. Aku mengerucutkan bibirku. Ya, memang kelasku dan kelas ka Kuntara itu deket. Hampir sebelahan hanya dipisahkan jalan saja. Ah, aku jadi malu. Berarti selama ini bisa aja semua orang tau kalo aku suka sama Ramma.

"Tapi, menurut kaka, orang lain bisa tau gak, ya?"

Ka Kuntara mengedikkan bahu. "Ga tau deh. Makanya, lo jangan terlalu overacting kalo ada doi."

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang