Sebuah Kejujuran

1.4K 46 19
                                    

Diani berhenti mengingat kejadian satu tahun lalu saat ia, Kesha, dan Ramma masih berada di bangku kelas IX SMP. Matanya terpusat oleh Ramma yang kini sedang mengeluarkan emosinya. Jika saja, ada laki-laki yang bersedia untuk dipukuli oleh Ramma, maka dari tadi Ramma akan melakukannya. Tapi apa daya? Disebelahnya kini malah seorang perempuan.

"Ram, lo udah sadar apa keinginan lo yang sebenernya?" Tanya Diani.

Ramma mengangguk.

"Tapi, ada hal yang harus gue konfirmasi. Lo itu kenapa kelihatannya deket sama Arin akhir-akhir ini?"

"Yang jelas gue punya alasan, di. Tapi, gue gak bisa kasih tau lo. Kalo lo mikir gue suka sama Arin, it's completely wrong."

"Gue gak mikir lo suka sama Arin, kok. Gue tau elo lah. Tapi, gue takut, karena Kesha mikir kayak gitu."

Ramma menoleh sambil menyipitkan matanya karena sinar matahari sore yang menyilaukan.

"Dia pernah cerita apa aja ke lo, Diani?"

"Lo makanya jangan ngotot dong kemarin. Pake berantem segala ama gue. Sekarang nyaho,kan lo!"

Ramma menggeram kesal, "Udah, sih tinggal ceritain aja gak usah ngungkit-ngungkit yang lalu. Ya gue juga ga tau kenapa gue se-bajingan itu buat berantem sama lo."

Diani menggerakan mulutnya meracau -mengejek Ramma.

"She was jealous, Ram. Waktu sepulang Pecapa, dia cerita ke gue. Katanya, kenapa sih Ramma deket-deket sama Arin. Kenapa, sih Ramma baik ke Arin sedangkan ke dia enggak. Ya gue ga bisa jawab karena gue gak tau."

"Masa sih dia cemburu? Gue malah mikir dia udah gak punya perasaan ke gue... "

"Ah, lo tuh! Gak peka dasar!"

Ramma menoleh tidak terima.

"Ya dia juga tuh deket-deket Kun-kun siapa itu yang kayak tiang listrik. Am i right if i say i was jealous too? "

Diani sumringah mendengarnya. Inilah yang ia tunggu-tunggu. Sebuah pengakuan dari seorang Ramma, laki-laki paling gengsian di muka bumi.

"Gue ngerasa jadi tukang pos kalian tau gak. Sure, if you love her. "

Ramma kembali menunduk. Tetap saja ia telah melakukan kesalahan.

"Omong-omong, ram, apa yang bikin lo kalut? Dan kenapa lo gak dateng ke rumah sakit buat jeng--"

"Gue dateng. Dan disitulah yang bikin gue kalut."

"You did mistake? "

"Yes, i did big mistake which was contradicted with what i wanted, Di."

"Emang lo ngelakuin apa?"

"Gue bilang ke Kesha supaya dia jauhin gue... Lupain semua yang pernah kami lakuin... Intinya ngelupain perasaan dia ke gue supaya dia jauhin gue... "

"You're such as moron, Ramma!"

Ramma tahu. Ia bodoh. Tapi, ia tetap tidak akan mengungkapkan kebenarannya pada Kesha sekarang. Ia menunggu waktu yang tepat untuk memperbaiki semuanya.

"Gue ga ngerti kenapa lo ngelakuin hal bodoh kayak gitu, Ram! Itu bener-bener berlawanan banget sama keinginan lo! Bodoh, bodoh, bod--"

Ramma tiba-tiba berdiri.

"Please, Diani. Lo boleh bodoh-bodohin gue, tapi janji lo harus tetep rahasiain ini semua termasuk apa yang gue lakuin hari ini dari semua orang. Oke?"

Diani melongos tak percaya. Ramma masih tidak mau mengungkapkan isi hatinya pada Kesha? Gila tuh orang!

"Lo!! Kenapa sih lo cepet ambil keputusan dan keputusannya gak ada yang bener!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang