Kesha masih bingung memikirkan ucapan Ramma tadi. Ia sebenarnya ingin sekali menghubungi Diani, memberitahunya bahwa Ramma kesini dan berbicara begitu. Tapi, ia pikir seharusnya ia masih kesal karena kejadian kemarin. Tapi lagi, ya itulah Kesha, dia tidak bisa kesal pada Diani karena dia percaya Diani tidak seburuk itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk memberitahu Diani.
%>_<%
Setelah menjenguk Kesha, Diani dan Zara tidak langsung pulang. Mereka memutuskan untuk mampir dulu di Retro Café yang tak jauh dari rumah sakit.
"Siang, mba, mau pesan apa?" Seorang pelayan laki-laki menghampiri mereka berdua.
"Caramel Macchiato satu. Lo apa zar?"
"Hmm, gue Vanilla Milkshake aja deh."
"Oke diulang ya. Caramel Macchiato satu dan Vanilla Milkshake satu."
Diani mengangguk kemudian mengeluarkan handphone-nya.
Ada notif line dari Kesha. Ada apa ya?
Kesha Rinjani
Ramma kesini tadiDianiS
Oh ya? Dia sendiri?Dan tidak ada balasan lagi setelah itu. Diani meletakkan hpnya di tasnya, lalu mengobrol dengan Zara.
"Gils, heran gue, sekarang hampir semua orang demam Pokemon Go. Di kelas gue nih, di, semuanya pada main Pokemon kecuali gue."
"Kenapa lo gak ikut main? Asik tau!" Sahut Diani.
"Gue sih punya pendirian, gue gak mau ikut-ikutan trend gitu. Gue bakalan selalu mem-filter mana trend yang baik dan yang buruk. Menurut gue, Pokemon Go itu waste the time jadi gue gak main deh."
"Ih! Asik tau buat ngilangin bosen! Soalnya bisa sambil jalan-jalan hehehe!"
"Dasar! Itusih lo nya aja! Buktinya sekarang, gara-gara ada demam Pokemon Go, mereka jadi mainnya sambil naik kendaraan, padahal kan bahaya."
Diani menganggukkan kepalanya setuju tepat dengan suara bel pintu Café yang berbunyi klining.
Diani menyipitkan matanya ketika seorang laki-laki masuk ke Café dengan langkah lemas dan duduk di 5 bangku depan meja mereka (Diani dan Zara). Itu Ramma! Tapi, Ramma tidak melihat Diani maupun Zara. Laki-laki itu terlihat... Kalut?
"Zar, zar, itu Ramma, kan?" Tanya Diani berbisik.
"Mana?"
"Itu, depan!
"Oh iya itu Ramma! Tapi kok dia keliatannya lemes banget sih? Mukanya juga merengut gitu?"
"Nah gue juga ga tau. Udah lagi, tadi Kesha ngechat gue katanya tadi Ramma sempet ke--"
Brakk!!
Ucapan Diani terpotong saat Ramma tiba-tiba menggebrak mejanya dan mengerang kesal. Diani -tanpa berpikir dua kali- langsung berjalan cepat mendekati Ramma.
"I know you're not okay, coward!" Lalu Diani menggeret Ramma keluar Café sebelum security Café mendekati mereka.
Ramma hanya pasrah saat melihat Diani-lah yang menggeretnya. Diani membawa Ramma ke tempat yang lebih aman dan tenang, yaitu taman kecil.
Diani bahkan lupa kalau ia meninggalkan Zara di Café. Tapi itu bukan masalah sekarang, masalahnya adalah Ramma. Ia mengajak Ramma duduk di bangku taman.
Ramma langsung memijat dahinya dengan tangan kanannya. Selama beberapa menit, Diani membiarkan keadaan tetap sunyi. Ia ingin Ramma sendiri yang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
RomanceGadis cantik dengan rambut sebahu yang duduk di bangku kelas 10 SMA terpaksa harus merasakan pahitnya cinta pertama. Ia, Kesha, mencintai seorang lelaki yang tidak mencintainya, namun ia tetap berharap pada lelaki itu. Sampai Ulangan Tengah Semeste...