Teardrops on My Guitar

936 42 7
                                    

Don't forget to vote

°°°°°°
Setelah puas menangis di bahu Kuntara, Kesha akhirnya diantar pulang oleh Kuntara.

"Makasih, ya, kak. Maafin gue juga tadi udah ngebentak lo. Gue..." Semakin mengingat kejadian tadi membuat Kesha ingin menangis lagi.

Kuntara terkekeh lalu turun dari motornya dan memutar tubuh Kesha menghadap rumahnya lalu mendorongnya masuk perlahan.

"Dah, lo masuk sana. Lo harus prepare, kan buat besok?"

"Hm'm."

"Gue duluan ya!"

"Eh, kak, bentar!"

Kuntara menghentikan langkahnya lalu berbalik.

"Gue minta maaf banget soal yang tadi. Gue udah ngebentak lo, padahal lo ga salah. Maklum, gue juga lagi PMS."

"It's okay. Cewe PMS emang gitu, kan?" ujarnya sambil tertawa lalu melambaikan tangan. Kesha membalas lambaian tangannya sambil tersenyum lebar.

Setelah motor yang dinaiki Kuntara hilang di perempatan jalan, Kesha masuk ke rumahnya.

O(≧∇≦)O

Kesha membuat daftar peralatan yang akan dibawa camping besok. Karena di camping nanti akan ada pentas seni, Kesha berencana tampil main gitar. Untuk lagunya, ia masih merahasiakan. Ia melirik gitar pemberian orangtuanya saat ulang tahunnya yang ke 14.

Gitar berwarna putih dengan sedikit corak hitam itu diletakkan di pojok ruangan diatas penyangga. Lalu, ia mengambilnya dan memetik senarnya. Keluarlah sebuah melodi indah yang menuntunnya ke lagu.

There's nothing I could say to you
Nothing I could ever do to make you see
What you mean to me

All the pain, the tears I cried
Still you never said goodbye and now I know
How far you'd go

I know I let you down
But it's not like that now
This time I'll never let you go

I will be, all that you want
And get myself together
Cause you keep me from falling apart

All my life, I'll be with you forever
To get you through the day
And make everything okay

Kesha menghentikan permainannya karena air matanya mulai menetes. Lagi-lagi kejadian tadi sore berputar di otaknya layaknya film. Ia menaruh gitarnya lalu memutuskan untuk tidur saja. Lampu kamarnya ia matikan lalu diganti dengan lampu tidur berbentuk singa. Ia merebahkan tubuhnya di kasur lalu menatap keluar jendela.

Bintang malam ini ada banyak, tapi bukan banyak sekali. Ia bisa menghitung bintangnya. Satu... Tiga... Lima... Tujuh... Ada 29 bintang diatas sana.

Kesha tertegun. Ada apa ini? Kenapa bahkan jumlah bintang pun mengingatkannya pada Ramma? 29 itu, kan tanggal lahir Ramma.

Kesha menggelengkan kepalanya, ini pasti efek kejadian tadi sore.

"Ya Tuhan, gue bahkan ga bisa ngelupain dia barang sejenak," Keluhnya. Ia mengusap wajahnya lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal.

Namun sialnya, semua memori tentang Ramma berputar di otaknya dan membuat pikirannya semakin kacau. Ia mengerang kesal ketika setetes air mata tumpah di matanya.

Sebelum ia memejamkan matanya, ia berbicara pada dirinya sendiri.

"I have to move on cause i know it's been too long."

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang