Chapter 17

3.6K 155 18
                                    

Dimana ini, aku melihat kesekeliling ruangan, semuanya gelap dan lembab, kepalaku pusing dan perutku mual, aku sadar ada yang telah menculik diriku, aku di ikat di sebuah kursi ditengah ruangan kosong, aku mengerjabkan mata dan berusaha mengingat tempat ini, aku mengenal tempat ini,ruangan bekas gudang peti kemas perusahaan yang sudah tidak difungsikan lagi, berarti aku dibawa kepelabuhan di pinggir kota, semoga Tuhan menuntun Jalal kesini, tempat ini tidaklah sulit untuk di temukan, tapi apakah aku masih hidup ketika mereka sampai disini

Tidak beberapa lama lampu menyala , tidak jauh dariku  Benazir dengan senyum jahat berjalan pelan mendekat

"hello Jodha Charaboti, apa khabarmu?" Tanya Benazir dengan nada yang dibuat-buat

"aku baik, kalian melakukan hal bodoh, ayah dan anak sama-sama criminal" kataku lalu menjerit tertahan ketika Benazir menempelengku dengan senter yang dia bawa, seketika aku merasakan darah karena bibir bawahku robek, aku berusaha tidak meringis agar mereka tidak merasa puas

"ya kami criminal, sudah kepalang tanggung jadi sekalian saja jadi seorang pembunuh" kata Benazir kehilangan akal

"Benazir kau jangan gila, aku tidak mau ikut campur lagi kalau sudah sejauh itu" kata Ruk ketakutan berdiri di samping Benazir

"kau sudah terlibat Rukayah, dan kau Atifa jangan ikut berpikir seperti Ruk yang pengecut" kata Benazir mengancam

"tapi Benazir kau mengatakan kita hanya menculiknya agar Jalal mau menarik tuntutannya" kata Atifa sedikit gemetar

"diam kalian, rencana berubah ketika khabar ayahku meninggal karena di jebloskan ke penjara oleh suaminya, bila kalian ingin ditanggkap kalian bisa kembali kerumah masing-masing" kata Benazir melihat kearahku dengan mata yang merah penuh amarah, ternyata ayahnya sudah meninggal, pantas saja dia berubah menjadi gila dan sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan

"jangan lakukan hal yang akan kalian sesali, aku akan mengatakan pada polisi kalian hanya bermain-main dan tidak bermaksud melukaiku, mereka pasti percaya mengingat kita dulu sering terlihat bersama" kataku pelan berusaha membujuk mereka

"diam kau Jodha!" teriak Benazir dan kembali menghantamkan senter kekepalaku, aku menahan jeritanku dan menggeretakkan gigi berusaha bertahan dari sengatan rasa sakit, kepalaku berdenyut dan pandanganku sedikit kabur, darah segar menetes kemataku membuatku mengerjap berusaha menjaga kesadaranku

"hentikan Benazir, kau bisa membunuhnya" kata Ruk ketakutan, aku merasakan darah memenuhi salah satu sisi wajahku

"kalian jangan ikut campur, aku tidak peduli lagi, kalau kalian tidak ingin melihatnya mati sebaiknya kalian pergi dari sini sebelum aku juga membunuh kalian berdua" kata Benazir semakin kehilangan pikirannya mengeluarkan sebuah pistol dari balik jacketnya dan mengarahkan kepada keduanya, wajah Ruk dan Atifa sangat terkejut dan ketakutan, mereka tidak menyangka teman dekat mereka berani mengancam untuk membunuh mereka, perlahan tapi pasti mereka mundur teratur kemudian berlari pergi.

"kau tidak takut mereka memberitahu polisi atau Jalal" tanyaku berusaha mengulur waktu karena aku tahu Benazir sudah nekat mau membunuhku dan bukan hanya sekedar menculik

"percuma saja mereka tahu karena kau tentunya sudah mati ketika mereka sampai disini" jawab Benazir dingin, dia mulai berusaha membuka pengaman pistolnya tapi macet, aku tidak bisa diam saja membiarkan dia membunuhku, untunglah Benazir dan dua temannya yang lain tidak professional sebagai penjahat, hanya tanganku yang diikat kebelakang mengitari kursi dan kakiku dibiarkan bebas, ini kesempatanku kalau aku tidak ingin mati kutu.

Dengan segala keberanian yang kupunya aku berdiri membawa kursi bersamaku walau sulit aku berhasil menyeruduk Benazir, aku menedang pistolnya kesudut ruangan, Benazir marah dan membalas menabrakku sehingga aku jatuh merusak kursi dan secepatnya aku berusaha untuk membebaskan diri dari tali pengikat, baru saja aku berhasil bebas dari ikatan Benazir sudah menjatuhkanku lagi, kini dia berada di atasku memukul membabi buta, aku berusaha bertahan dan berbalik agar bisa bangkit, tapi Benazir mencekikku dari belakang dengan lengannya, aku yang hampir kehabisan napas menyikut perutnya keras dan berbalik menjambak rambutnya, aku menariknya keras dan membenturkan lututku ke wajahnya berulang kali, penglihatanku mulai kabur karena darah terus mengucur dari kepala dan pelipisku, tapi aku tidak bisa menyerah sekarang,

You Love Me Even When You Dont Know Me (Anthony Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang