Aku bahagia....Jalal memelukku, aku merasa seperti diawan ketika tangannya membelai kepala dan punggungku, dengan semua yang terjadi dan kesedihan yang kurasakan, perhatian seperti ini.. terutama itu dari orang yang sangat aku cintai sungguh membuatku bahagia. Tanpa sadar aku mengangkat tanganku dan melingkarkannya dileher Jalal, dia semakin erat memelukku dan aku semakin tenggelam dalam pelukannya, entah berapa lama kami saling berpelukan sampai suara petugas rumah duka menghentikan momen indah ini
"ehmm selamat sore Mr.Anthony dan Ms.Chakraboti, maaf mengganggu kalian, tapi semua persiapan sudah selesai dan kita bisa segera melakukan kremasi Mr.Chakraboti" kata pria berkulit campuran kepada kami, Jalal lebih dulu berdiri kemudian membantuku untuk berdiri , dia tetap berada sangat dekat denganku dan tangannya selalu menyentuh pinggang belakangku, aku hanya mengangguk dan tidak berkata apa-apa untuk menjawab petugas itu, sedangkan Jalal menjawabnya dengan dingin
"baiklah ayo segera kita laksanakan kremasinya" sambil menggerakkan tangannya memberi tanda agar aku mulai berjalan
Selama aku melihat untuk terakhir kalinya jenazah ayah sampai tubuhnya dimasukkan ketempat kremasi Jalal berada disampingku dengan memeluk ringan bahuku, semua sikapnya ini membuat aku tidak merasa sendirian tapi dipikiranku penuh tanda Tanya apakah sikapnya akan terus seperti ini padaku ataukah ini dia lakukan karena kita berada di area public. Sama seperti ayah yang memperlakukanku sangat hangat saat berada di tempat umum atau tempat yang kemungkinan orang lain atau bahkan wartawan sedang memperhatikan kami, dan berubah dingin seolah-olah aku tidak ada saat kita hanya berdua saja.
Setelah acara selesai aku mengucapakan terima kasih kepada semua yang telah membantu menyukseskan acara kremasi ayah, dan aku bingung menjawab pertanyaan salah satu petinggi perusahaan saat dia menanyakan posisiku di perusahaan
"Jodha sayang aku senang kau akhirnya pulang walau dalam keadaan yang berduka, sekarang dengan kepergian ayahmu apakah kau akan mengambi alih perusahaan atau minimal bekerja bersama kami" Tanya Mr. Johansson seorang direktur pemasaran, aku diam karena tidak tahu harus berkata apa dan tiba-tiba saja Jalal bertindak sebagai juru bicaraku
"sebenarnya kau bertanya disaat yang sangat tidak tepat, Jodha akan tetap menjadi orang paling penting diperusahaan tapi dia tidak perlu susah-susah ikut bekerja karena ada aku calon suaminya dan CEO utama sesuai wasiat ayahnya, aku tahu kalian yang berada disini pasti terkejut mendengarnya tapi kami tidak perlu menjelaskan apapun pada kalian! " jawab Jalal dengan gaya arogannya, bukan hanya para direktur dan staf perusahaan yang masih berada di sini yang terkejut tapi aku hampir saja pingsan mendengar perkataannya, untung Jalal memegang erat bahuku saat merasa tubuhku akan limbung kebelakang, aku menatap wajahnya dan dia tersenyum penuh arti tanpa melihat kearahku.
Apa maksudnya calon suami...bukankah aku calon baby sitternya atau wanitanya kenapa sekarang berubah jadi calon istrinya? Apakah dia benar-benar ingin mempererat cengkramannya padaku selamanya karena dengan menjadi istrinya aku tidak bisa bebas lagi walaupun sudah melunasi utang-utangku.
Sampai perjalanan menuju rumah aku dan Jalal tidak mengatakan apapun, kita sibuk dengan pikiran masing-masing dan ketika tiba dirumah aku ingin cepat-cepat pergi kekamar tapi Jalal memegang tanganku, aku yang baru akan menaiki tangga berbalik melihatnya,setiap dia menyentuhku jantung ini berdetak lebih keras, kita saling menatap beberapa saat
"Jalal?...ada apa?, kenapa kau menghentikanku?" tanyaku sedikit heran
"makan malam bersamaku satu jam lagi, dan setelahnya kita akan bicara banyak, please..." mataku membesar mendengar suara lembutnya meminta kepadaku, dadaku naik turun menahan gejolak bahagia, ada perasaan takut yang tiba-tiba menghampiriku, akankah khayalan dan mimpiku menjadi nyata atau Jalal hanya akan mempermainkan perasaanku
KAMU SEDANG MEMBACA
You Love Me Even When You Dont Know Me (Anthony Book 1)
Hayran Kurgukisah cinta rumit antara Jodha dan Jalal, cinta pada pandangan pertama terhalang harga diri dan status sosial membuat tembok tinggi penghalang , kesalah pahaman tidak memadamkan rasa yang ada di hati keduanya, mampukah mereka melawan ego masing-masi...