#4 - sparing

20.8K 2K 67
                                    

Ali duduk di tepi lapangan sambil mengikat tali sepatu futsalnya. Teriakan dari temannya itu membuat ia harus cepat-cepat menyelesaikan mengikat tali sepatunya.

"Ali! Lama banget. Cepetan! Bentar lagi mulai," teriak Rassya.

"Ck. Iya, iya. Sabar, dong!" Alipun mulai berlari ke tengah lapangan SMA High Hope. Itu bukan sekolahnya, sekarang Ali sedang sparing dengan SMA High Hope.

Ali terus menendang bola kesana-kemari, kemudian berlari ke arah bola untuk mengejarnya. Konsentrasinya hilang setelah melihat sesosok cewe mungil dengan rambut tergerai diantara para penonton yang berderet.

[•][•][•]

"Prill! Ayo cepetan. Sini, ada cogan SMA Tarnus, loh!" Ichel menarik paksa lengan Prilly yang tadinya sedang asik ngegosip dengan teman sekelasnya.

"Astaga, Ichel! Nggak tau apa gue lagi--"

Ucapannya terhenti. Tepat saat di depan matanya ada seseorang yang sangat familiar. Dia adalah Ali. Si cowo rusuh itu.

"Ngapain dia disini?" Tanya Prilly.

Ichel memutar kedua bola matanya. "Ya sparing sama sekolah kita, lah! Kali ini, gue muna dikit ya. Mau ngedukung anak Tarnus."

Prilly membelalakkan matanya. Gimana sih, Ichel ini. Bukannya dukung sekolah sendiri, malah dukung sekolah si cowo bacot itu.

"Alii! Semangat Ali!" Teriakan Ichel paling heboh. Prilly sempat melirik Ali yang keliatannya gugup.

"Chel, jangan malu-maluin, dong." Prilly menyikut Ichel sambil menutupi mukanya. Efek teriknya matahari, dan menghindar dari Ali.

Ichel malah makin menjadi-jadi. Prilly yang jengah hanya bisa diam dan menonton permainan berlangsung.

Sampai akhirnya, suasana yang tadinya berisik bin rusuh berubah jadi sunyi saat melihat salah satu pemain High Hope dengan sengaja menyelengkat kakinya ke Ali, dan berhasil membuat Ali tersandung.

"Ali!" Tampak teman-temannya Ali membantu Ali untuk bangun dan membawanya ke pinggir lapangan.

"Jangan main fisik dong, woy!" pekik teman Ali yang nggak kalah ganteng.

Darah mengucur dari lutut Ali yang membuat Prilly ngilu. Dia paling anti sama darah. Setelahnya, Prilly lari dari keramaian menuju kelasnya lagi.

Disitu masih ada teman sekelasnya yang menatap Prilly aneh. Prilly duduk dengan wajah pucat pasi.

"Kenapa, Prill?" Tanya teman sekelasnya. Prilly menggeleng.

Alasan Prilly pucat karena dia emang paling nggak bisa liat darah. Beberapa detik kemudian, bunyi pluit masih terdengar dari kelas Prilly. Pertanda pertandingan dihentikan.

[•][•][•]

Cowo itu memegangi kakinya yang nyeri sambil meringis kesakitan. "Aw! Sakit, tolol. Yang bener aja lu ngobatinnya!"

"Yee, masih untung gue obatin. Nggak tau diri, dasar." Gumam Rassya yang membuat Ali mendengus.

"Aw! Anjrit. Pake hati sih, kalo ngobatin orang!"

"Bawel banget ya lo kayak emak-emak." Rassya memutar bola matanya jengah.

Mereka sekarang ada di UKS High Hope —yang ternyata adalah sekolah Prilly.

"Udah ah. Udah nggak sakit kaki gue. Beliin minum dong," Ali menyerahkan uang lima puluh ribu ke Rassya.

"Kembaliannya buat gue, ya?" Rassya menyeringai.

"Rugi bandar lah gue, tai. Udahlah, gue ke kantin. Lo jangan balik duluan," Ali keluar menuju kantin dengan kaki yang pincang.

Ali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Masalahnya, Ali nggak tau letak kantin dimana. Ia terus berjalan di sepanjang koridor sekolah. Mencoba mencari kantin yang letaknya entah dimana.

Cewe yang sedang menunduk dari berlawanan arah nggak sengaja menabraknya, yang membuat Ali hilang keseimbangannya sesaat. Untungnya, dia nggak jatoh.

"Eh, s-sorry--"

"Astaga, lo?!" Kata cewe itu yang ternyata adalah Prilly.

"Elah ketemu lo lagi! Kapan si idup gue tenang tanpa ketemu lo?" Lanjut Prilly. Bukannya minta maaf, malah marah-marah.

"Tunggu sampe superman pake kancut di dalem. Puas lo!" Balas Ali nggak mau kalah. Prilly berdecak kesal.

Kemudian matanya nggak sengaja liat kaki Ali. Tepatnya, luka di kaki Ali.

"Anjir!! Pergi sana, lo." Pekik Prilly sambil nutupin matanya pake tangan. Ali menatap Prilly bingung.

"Kenapa, dah? Emangnya gue nyeremin?"

Prilly ini emang phobia banget sama yang namanya darah. Sekalinya liat darah, langsung pucet banget.

Kayak sekarang, dia udah pucet kayak orang sakit. Ali yang liat Prilly pucet langsung panik.

"Eh-eh, jangan mati dulu. Gue nggak tanggung jawab, loh." Ali mengangkat kedua tangannya. Prilly yang udah lemes, duduk di kursi panjang yang ada di sampingnya.

Ali juga ikutan duduk di samping Prilly. "Aduh! Gimana nih? Anjirr," terdengar suara Ali yang malah ribet sendiri.

"Lo bisa diem nggak, sih? Gue gak lagi mau lahiran! Nggak usah heboh, kenapa?" Ucap Prilly yang masih pucat. Ternyata, Ali rada cucok juga. Bisa heboh kayak cewe begitu.

"Yah, gue harus ngapain dong? Gue takut lo tiba-tiba mati, sumpah." Prilly mendengus kesal. Cowo di sebelahnya nggak bisa diem sedikit aja, apa? Udah tau orang lagi lemes-lemesnya.

"Ya udah. Gue traktir lo, deh." Kata Ali. Entah kesambet apa tiba-tiba mau nraktir.

"Nggak. Lo kira gue cewe bokek apa?" Bales Prilly ngotot.

"Njir. Maunya apa, sih?! Itu kan tanda perminta maafan gue." Elak Ali. Padahal, dia juga nggak tau salah dia apa sama Prilly.

"Bukannya makasih, kek. Masih bagus orang se-cool gue mau nraktir seorang cewe alay," Prilly menggeram kesal. Kenapa sih, tuh cowok nggak jauh dari kata alay? Apa-apa, alay mulu yang dibawa.

"Mendingan lo pergi, sebelum setan dalem diri gue ngamuk. Pergi gak?!" Teriak Prilly yang menggema di seluruh koridor. Otomatis, mereka jadi pusat perhatian orang-orang.

"Iya, iya. Ampun, Sis." Dengan terseok-seok, Ali berusaha lari dengan kondisi masih pincang. Prilly ketawa ngakak ngeliat Ali yang lari sambil nyeret kakinya. Udah kayak kucing abis ketabrak kontener.

[•][•][•]

a/n

haloo! aku muncul lagi, yippy!!
okay. vomment jangan lupa, yaa :)

gimana pendapat kalian soal part ini?


Jakarta,
28 Desember 2015

Youtubers In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang