#21 - backstabber

14.5K 1.5K 34
                                    

Di sore menjelang malam ini, Prilly sengaja menyuruh Ichel untuk datang ke apartemennya. Prilly sangat butuh teman curhat saat ini.

Tak lama, Ichel datang. Kebiasaan Ichel kalau ke apartemen Prilly langsung masuk. Selo, lah. Sama temen sendiri ini.

"Lo kenapa, Pril? Muka lo gitu amat?" Ichel duduk di kasur, berhadapan dengan Prilly.

"Ali."

Ichel mengernyitkan dahi, "Ali? Kenapa Ali?"

"Tadi dia narik tangan gue sampe merah. Terus marah-marah, ngebentak gue gitu. Nggak ngerti lagi deh gue sama dia," Prilly menggeleng samar dengan raut wajah sedihnya.

"Gue yakin pasti dia nggak bermaksud kaya gitu ke lo. Mungkin aja, dia lagi emosi?" Ichel mengusap punggung Prilly.

Tiba-tiba, ringtone hp Ichel berbunyi. Ichel menatap Prilly sejenak, "bentar, ya?" Lalu, Ichel langsung berdiri menuju balkon.

"Hallo? Lo ngapain si pake telfon segala, lagi gak pas waktunya. Gue lagi sama Prilly, Li."

"...."

"Ya tapi nggak sekarang juga, kali. Nyari mati lo, ya?"

"...."

"Ish! Bawel banget, sih. Iya iya."

"Jadi gini, lo di belakang gue?" Ujar seseorang yang tak lain adalah Prilly. Cewek itu sudah berada di belakangnya tanpa sepengetahuan Ichel.

Tadi, Prilly sempat penasaran. Karena biasanya, Ichel kalau telfon orang nggak pernah menjauh dari Prilly dulu. Dan Prilly sempat liat caller IDnya. Disitu tertera nama Aliudin. Udah pasti Ali. Ah, mungkin itu panggilan kesayangan, pikir Prilly.

Dan Prilly diem-diem ngikutin Ichel ke balkon tanpa Ichel sadarin.

Sontak, Ichel langsung mematikan sambungan telfon. Membuat Prilly makin curiga. Ada hubungan apa Ichel dengan Ali?

"Pantesan aja sekarang rahasia-rahasiaan sama gue, ya?" Prilly tersenyum sinis.

Seringkali Prilly memergoki Ichel sedang menelfon seseorang, dan ternyata itu Ali. Prillypun pernah sekali nggak sengaja ngeliat recent call yang ternyata dari Ali juga. Nggak salah kan, kalau Prilly curiga?

"Ini nggak seperti yang lo pikir," ucap Ichel pelan. Hembusan angin sore menerpa keduanya, membuat rambut mereka tersibak angin.

"Terus, apa? Lo udah nggak bisa ngelak lagi, kalau lo emang deket sama Ali. Udahlah, gue tau kok tanpa lo kasih tau," ucap Prilly berusaha santai.

"Jadi lo cemburu?" Tanya Ichel to the point.

Prilly menggigit bibir bawahnya sambil membuang pandangannya dari Ichel, "enggak. Buat apa gue cemburu."

"Pril..." Ichel mendekat ke arah Prilly.

"Please, Chel. Gue sekarang lagi mau sendiri," Prilly menggosokkan lengannya dengan telapak tangan. Angin sore membuatnya kedinginan.

"Tapi, dengerin gue--"

"Chel."

"Oke, gue pulang. Gue harap lo nggak salah paham," Ichel tersenyum kecil, lalu keluar dari kamar Prilly.

Cairan bening mulai menetes dari mata Prilly. "Gue nggak nyangka."

"Gue emang cengeng. Tapi kenapa gue harus nangisin Ali? Nggak penting banget," ucap Prilly sambil menyeka air matanya. Tapi, buliran bening itu tetap saja mengalir.

"Kenapa disaat gue udah buka hati buat cowo, hati gue malah disakitin? Gue sayang sama Ali, dan gue baru nyadar sekarang..." Prilly menutup mulutnya, agar tangisnya tidak menjadi.

"Ditambah Ichel, sahabat gue yang ternyata juga deket sama Ali. Kenapa serumit ini, sih?" Prilly menatap langit yang mulai gelap.

"Faktanya, gue emang cemburu. Gue emang sayang sama Ali. Apa itu salah?" Lagi, Prilly menyeka air matanya.

Cewek itu masih tetap di balkon, membiarkan angin menerpa wajahnya agar air matanya mengering.

[•][•][•]

a/n

yak. sinetron dimulai. ok maaf ini pendek abis. sumpah. lg writer's block. maap yak. vomment tapi jan lupa, insyaallah nanti malem bakal update lg kalo udh dapet ide. ok. samlekum. oiya, w bakalan slow apdet bgt karna udh mau un. sekian, ku sayang kalian mwa

Jakarta,
21 Februari 2016

Youtubers In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang