Cowo itu berdiri di depan cermin, sambil merapikan rambutnya yang agak messy. Setelah itu, ia membukakan pintu untuk tamu yang datang—karena sebelumnya, ia mendengar bel berbunyi.
"Holla!" Sapa Ichel dengan suara toa-nya. Ia berdiri di samping gadis dengan baju chiffon Sabrina berwarna kuning kalem, dan rok tennis putih. Dia Prilly.
Ali berdecak kagum melihat penampilan Prilly yang... Attractive!
"Lo kuning-kuning kayak Dijah yellow," Ali menggeleng pelan, memerhatikan Prilly dari atas sampai bawah dengan jari telunjuk dan jempol diletakkan di bawah dagu.
"Kampret. Ini tuh namanya stylish tau, nggak?! Norak, deh." Prilly bergegas masuk tanpa permisi kepada tuan rumah, sedangkan Ichel masih berbasa-basi dengan Ali.
Prilly langsung menghampiri Nadya yang sibuk dengan beberapa temannya.
"Happy Birthday ya, Nad!" Prilly mencium pipi kanan dan kiri Nadya, dibalas dengan Nadya yang tersenyum hangat.
"Thankyou, gorgeous! Kenalan dulu, yuk, sama temen-temen gue," ajak Nadya dan Prilly mengangguk. Sebelumnya, Prilly menyerahkan kotak kecil dengan bungkus kado ungu bercorak polkadot ke Nadya.
"Hai, Prilly." Kata Prilly sambil menjabat tangan teman-teman Nadya. Mungkin, diantaranya ada sebagian teman Ali juga, karena Prilly merasa familiar dengan mukanya.
Acara Birthday Party Nadya cukup sederhana. Cuma dirayakan di apartment. Tapi, katanya nanti dia mau ngerayain lagi di SKYE, restoran ternama. Pasti lebih meriah. Tapi yang itu bareng temen-temen modelnya.
"Ali! Sini," Nadya melambaikan tangannya ke arah Ali yang masih di ambang pintu bersama Ichel. Alipun menghampiri Nadya bersama Ichel.
"Kenalin. Ini Ali, sepupu gue," Dengan bangga, Nadya mengenalkan Ali ke seluruh teman-temannya. Ya, iyalah. Gimana nggak bangga kalo punya sepupu seganteng Ali?
Ali hanya mengangguk sopan seraya tersenyum manis. Lalu, cowo itu memilih untuk duduk di sebelah Prilly. Ali mendelik ke Prilly saat mau mendaratkan bokongnya di sofa. Prilly bergidik ngeri.
"Najis. Ngapain sih, lo?" Bisik Prilly, Ali hanya cengengesan.
"Ke rooftop, yuk." Balas Ali dengan bisikkan juga. Prilly melirik ke sekitar. Semua sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Begitu juga dengan Ichel yang tiba-tiba langsung akrab dengan Rassya, teman Ali yang juga diundang.
Merekapun ke luar dari kamar, lalu jalan berdampingan menuju lift.
"Eh! Jangan naik lift," Prilly menahan langkah Ali. "Naik tangga aja. Ya, ya? Sekalian gue olahraga biar kurus!" Celetuk Prilly.
Ali memutar bola matanya malas, "Idih! Bantet mah, bantet aja."
"Sialan!" Serang Prilly.
Gimana orang nggak males coba? Rooftop aja, tuh, letaknya di lantai 13. Dan mereka sekarang ada di lantai 6.
"Kapan-kapan aja deh, kita nge-gym bareng. Atau jogging, deh?" Ali membujuk Prilly yang akhirnya menyetujuinya.
Saat sampai di rooftop, Prilly duduk di ujung rooftop. Kakinya terjuntai ke bawah. Dari situ, Prilly bisa melihat pemandangan indah kota. View sunset sore Jakarta terlihat bagus. Ali ikut duduk di sebelah Prilly.
"Bagus, ya?" Ucap Prilly sambil tersenyum, Ali mengangguk.
"Lebih bagus lagi kalo lo jatuh nyungsruk ke bawah," Ali tertawa, sedangkan Prilly menatap Ali jengkel.
"Sumpah. Lo receh banget, Li. Kayak gitu aja ketawa," Prilly berdecak sambil menggeleng.
"Receh yang penting ganteng."
"Ganteng-ganteng receh, gitu?" Kini, giliran Prilly yang tertawa.
"Tuh, kan! Lo juga receh kali, Prill. Gitu aja ketawa," Ali menoleh ke Prilly. Prilly masih menatap lurus langit-langit.
"Kan, ketularan lo," Prilly mengalihkan tatapannya ke Ali. Prilly berpikir sejenak, seperti ada sesuatu yang menjanggal.
"Eh, Pril--"
"Nah!" Potong Prilly. Ia mengerti sekarang apa yang aneh. Ali memanggilnya dengan sebutan 'Prill'.
"Apaan?" Ali menautkan alisnya, menatap Prilly bingung.
"Tumben nggak manggil gue 'Lay'?" Tanya Prilly.
Ali tersenyum sekilas. "Kemajuan, dong? Emangnya mau, gue panggil 'Lay' lagi?"
Prilly menggeleng dan terkekeh. "Bukan! Bukan gitu. Aneh aja dengernya."
Kemudian hening beberapa saat.
Angin sore mulai berhembus menerpa rambut juga kulit Prilly. Prilly menggosokkan tangannya ke lengan.
Rambut panjang Prilly menerpa wajah Ali, membuat Ali risih.
"Rambut lo tuh, bikin risih banget." Ali mengambil karet kuciran yang tergelang di tangan Prilly, kemudian menguncir rambut Prilly asal.
"Nah, mendingan gini!" Ali bersorak girang seperti bocah.
Prilly terdiam. Rasanya kok aneh, ya?
"Ali. Balik, yuk? Anginnya nggak bagus, nih. Bikin masuk angin," jelas Prilly.
"Ciee, kode minta dipeluk, ya?" Ali menyeringai.
"Dih, enggak!" Balas Prilly cepat. Ali terkekeh melihat reaksi Prilly.
Akhirnya, mereka berdua kembali ke dalam apartment.
[•][•][•]
a/n
hai! ada yang kangen sama dua bocah annoying ini nggak? atau kangen sama aku? haha, ga deng.
vote & commentnya dong, banyakkin commentnya ya! aku mau tau pendapat kalian tentang chapter ini :)
Jakarta,
9 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Youtubers In Love
Fanfiction"Haii! Ketemu lagi sama Prilly Latuconsina, kali ini aku mau room tour...." Upload! Gadis itu tersenyum puas. Ia mengecek comment dari para viewersnya. Matanya terfokus pada satu comment yang menyebalkan. Aliando Syarief: alay. channel gak mutu. T...