16 - Kue Keberuntungan

143 25 5
                                    

Rangga adalah anak jurnal, Rangga adalah teman Bima, Rangga dekat dengan Dimas, Rangga kelas dua belas berarti kakak angkatanku. Rangga seumuran denganku, memang aku lebih tua sembilan bulan dari Bima. Aku telat sekolah satu tahun karena alasan yang konyol.

Ketika aku seharusnya duduk di bangku taman kanak-kanak, aku malah sibuk bermain dengan Bima di lapangan dekat rumah. Entah itu bermain bola, petak umpet atau cing benteng dengan tetangga yang lain. Dimas salah satu dari mereka.

Tapi dulu aku benci Dimas, karena ia selalu menjahiliku. Lalu datanglah Bima sebagai sosok pahlawanku. Bima lebih dewasa di antara mereka meskipun umurnya yang paling muda, hanya berbeda bulan sih.

Alhasil aku sekolah dari tk sampai saat ini selalu bersama Bima. Lagipula tidak terlalu jauh juga perbedaan umur kami, aku lahir di akhir tahun dan Bima lahir hampir di akhir tahun juga, tapi setahun setelahku.

Ah kalau membicarakan hal itu selalu membuatku mumet sendiri. Intinya Bima adalah yang paling muda, tapi aku yang paling manja.

Dan tidak ada yang paling pintar di antara kami. Kadang aku merasa sedih mengingat aku dan Bima yang malas belajar apalagi sekolah. Dulu saja hanya untuk berangkat sekolah, orang tua kami harus memesan supir agar kami tidak kabur dari sekolah.

Bukan supir sebenarnya, hanya tukang ojek yang dibayar untuk mengantar jemput kami berdua. Tapi hanya sampai sekolah dasar, karena Bima malu harus pupang pergi naik motor bertiga denganku. Memang sih itu sangat memalukan.

Untung saja semenjak SMA, Bima dibolehkan membawa motor dan aku pasti akan menebeng setiap hari, hemat ongkos.

"Ihhh kan lagi mikirin Rangga malah kepikiran Bima."

Aku mengacak rambutku frustasi. Baru kali ini aku memikirkan sesuatu hal dengan sangat serius, bahkan tugas kimia dari Pak Imam saja tidak pernah sekalipun aku kerjakan sendiri. Biarkan Bima mencari contekan dan aku akan menyalin miliknya, itu adalah rutinitas kami.

Ah iya, bicara soal Rangga sebelumnya, aku sebenarnya curiga bahwa Rangga itu adalah Dimas. Mengingat nama Dimas adalah Dimas Ranggara. Tapi semua hipotesaku hancur ketika mengetahui bahwa Dimas telah menemukan love at first sight sekaligus first love nya.

Setelah enam belas tahun hidup, akhirnya Dimas menyukai seseorang. Aku hanya bisa mengucapkan hamdalah dalam hati.

Sebuah pop-up message LINE di ponselku yang menampilkan nama Rangga membuat lamunanku buyar seketika.

Aku segera membacanya dan membalas pesan tersebut. Lagi, aku semakin penasaran. Demi apapun aku ingin lenyap saat ini juga.

Rangga : kenapa gue ngelakuin hal ini? Bukannya udah jelas? Gue suka sama lo Dellania Zascha Amanda

Dela : gue suka taylor lautner dia ganteng

Rangga : gue lebih suka hyorin sistar, dia bohay

Dela : serah lo jir

Rangga : gak usah cemburu gitu Del, aku sayangnya sama kamu ko :)

Dela : ew u to the moon and back.

Rangga : love you too :)

Rangga : eh bentar pertanyaan gue, ciki apa kue?

Dela : kue

Rangga : tunggu nanti ada yang panggil nama lo sebentar lagi

Dela : sumpah gue merindinf

Rangga : saking merindingnya sampe typo giru ye

Dela : lo juga typo

Rangga : sengaja typonya huehehehehe

Baru aku mau membalas lagi, seseorang memanggil namaku dan masuk seenaknya ke kelasku. Memberhentikan tawaku yang sangat menyenangkan seketika, aku mengambil kotak bekal merah yang seseorang itu berikan padaku.

Aku tersenyum padanya sebagai ucapan terima kasih. Membuka kotak itu dan menemukan semacam fortune cookies dengan kertas menggeletak di dalamnya. Meski hanya satu kuenya tapi tulisan di kertas itu lebih menarik.

Fortune cookies buat dela, bentuknya absurd soalnya beli di warungnya kokoh depan rumah, ceritanya mah homemade gituu eakk. Lah pokoknya dimakan aja enak kok rasanya gak pedes tenang aja.

Sejak kapan fortune cookies menjadi seperti ini? Dengan kertas tulisan tangan yang persis seperti tulisan anak tk.

Eonian [B] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang