19 - Penguin Penjaga Dela

152 23 11
                                    

Rangga : kalo gue Bima gimana?

Dellania : Ha?

Rangga : becanda ko wkwk

Dellania : gue ngantuk mau tidur. Bye.

***

Dela menunggu Bima di teras rumah, sudah memakai sepatu kets putih kesayangannya. Duduk di lantai sambil berselonjor. Pukul enam lewat empat puluh lima menit.

Suara deruman motor milik Bima membuat Dela berdiri dan berjalan ke luar pagar. Seperti biasa, Bima memasangkan helm untuk Dela.

Tidak ada satu pun kata yang terucap di antara mereka. Dela menghela napas jengah. "Bims, kita udah telat," kata Dela, membuka pembicaraan pagi ini.

Bima mengangguk. "Iya sengaja," jawab Bima jujur.

Dela hendak berteriak kencang, matanya membulat tidak percaya dengan jawaban Bima, tapi Bima malah menutup mulut Dela dengan tangan besarnya. Membuat ekspresi Dela semakin hancur di pagi hari. Pipi seperti bakpao yang memerah dan alis berkedut.

Tangan Dela menutup kaca pada helm yang dipakainya. Refleks tangan Bima menarik ke luar karena terjepit. Dela menjulurkan lidahnya. "Nyebelin," kata Dela.

Bima tertawa keras melihat tingkah Dela. "Bunda mana? Belum salaman nih." Bima masih tersenyum menahan tawa sambil tetap menjaga keseimbangan motornya. 

"Bunda pergi sama Ayah ke rumah Nenek," Dela membuka kaca pada helmnya lagi, kali ini tangan Bima tidak lagi menutup mulutnya. "Ih Bima jangan ngajak ngobrol. Ayo berangkat sekolah!" rengek Dela sambil menarik-narik lengan kemeja sekolah Bima.

Bima menatap langit-langit dan tersenyum, mengabaikan Dela dan tingkah kekanakkannya. Sesaat Dela ikut terdiam dan menatap langit. "Di atas ada burung nikahan Bims? Ngapain liatin langit?" 

Bima tertawa pelan. "Enggak, langitnya cerah kaya suasana hati gue tiap ketemu lo." Bima menolehkan kepalanya ke arah Dela. Jelas saja rona merah sudah terpampang nyata di wajah Dela. Menyebalkan.

"Ih Dela blushing... cieee jangan-jangan Dela lagi deg-degan. Dela suka Bima ya?"

Bugg

Dela memukul Bima dengan tas ranselnya, sadis. Dan itu menyakitkan. Lantas setelahnya Dela malah berlari masuk ke dalam rumahnya karena salah tingkah. Salahkan pertanyaan Bima yang sangat to the point.

***

Kali ini ponsel Bima dan Dela yang tergeletak di atas meja terus bergetar tanda pesan LINE masuk bertubi-tubi. Sudah jelas yang mengirim Angga, Chris, Dimas.

Pertanyaannya sama, "Dela Bima kalian dmn? Bolos ye lu pada"

Dan dengan baik hatinya Dimas mengingatkan Dela dan Bima tantang tugas kelompok mereka yang tidak selesai sampai dua bulan lebih. Kata Dimas, "Dicariin Pa Kentang ngumpulin tugas Fisika. Mampus lo, bolos pelajaran dia lagi. Pa Kentang semakin terlihat seperti kentang yang direbus ketika tahu kalian tidak masuk sekolah bung."

"Bims, ini salah lo." Dela memeluk boneka penguin pemberian Bima untuk menutupi wajah memerahnya yang tidak juga hilang sedari tadi. Jelas karena Bima sedari tadi memandangi Dela yang salah tingkah. 

Sambil menyeruput es jeruknya, Bima memerhatikan Dela dar sudut matanya. Kemudian ia menaruh gelas es jeruk itu dan membuka suara. "Gak apa-apa Del, gue suka liatin lo salah tingkah. Makin lucu."

"Bima Ih!" Dela berteriak. Memukul wajah Bima dengan boneka penguin kesayangannya itu. Gelak tawa Bima mengisi setiap sudut ruangan sunyi ini. Di ruang keluarga rumah keluarga Dela yang begitu luas. Sebuah sofa panjang yang mereka tempati kali ini. "Untung Bunda gak ada di rumah, kalo dia tau gue bolos... mampus," gerutu Dela dengan suara pelan. Namun tetap terdengar oleh Bima. 

"Yah, kalo Bunda di sini bisa-bisa gue gak jadi mantu." Bima memasang wajah sedih seolah ucapannya barusan itu serius. 

"Bima! Lo gak cocok gombal oke?"

"Cocoknya ke kamu doang kan gombalnya Del."

Sumpah gue gak suka keadaan kaya gini, ucap Dela dalam hati, masih mengatur degup jantungnya yang tidak karuan. PIpinya jelas semakin memerah dan Dela hanya bisa terdiam dan menutupi wajahnya dengan boneka yang ia peluk sedari tadi. 

Keheningan mulai tercipta kembali. Butuh waktu cukup lama sampai Bima berdehem dan berkata, "Del, gue... sebenernya sengaja bolos," Bima mengambil boneka yang menutupi wajah Dela. "Gue mau punya waktu berdua aja sama lo. Tanpa diganggu Angga, Chris ataupun Dimas. Bahkan orang yang lo anggep lebih mengerti lo daripada gue...." Bima menggantungkan kalimatnya lagi. Mata bulat Dela semakin besar membulat. Faktor tidak percaya dengan perkataan gila Bima, juga tatapan serius Bima.

"Ah, gue gak cocok romantis sih. Ke Kafe yuk Del, lagi ngidam cokelat panas." Bima berkata seraya berjalan menjauhi Dela. Kedua ujung bibirnya terangkat ketika Dela melemparnya dengan boneka penguin pemberiannya dulu. "Bima gak lucu!" teriak gadis itu dengan senyum lebar terukir di wajahnya yang semakin memanas.

***

"Kalau Dela nangis karena aku, pukul penguin itu sesuka kamu. Kalau Dela tersenyum karena aku, peluk penguin itu erat. Anggap aku adalah penguin itu yang selalu jagain kamu Del." Begitulah yang Bima ucapkan ketika ulang tahun Dela yang kedelapan.





Eonian [B] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang