Aku mengetuk-ngetuk jendela di hadapanku dengan jari-jariku. Embun yang menutupi pemandangan diluar sana begitu tebal membuat tanganku bergerak mengusapnya untuk menghilangkan embun yang seakan sebagai pelengkap hujan pagi ini.
Memang sejak semalam hujan tidak berhenti barang sebentar pun, mungkin hanya berubah menjadi rintikkan lalu deras lagi dan begitu terus hingga pagi ini.
Benar-benar membosankan sendirian di rumah. Tidak ada Bunda, Ayah dan Bima.
Ternyata menjadi anak semata wayang tidaklah menyenangkan. Disaat seperti ini siapa yang akan menemanimu?
Tumben sekali pagi-pagi aku sudah selesai mandi, padahal jarum jam masih menunjuk ke angka sembilan.
Aku lagi-lagi memerhatikan Bima dari sini. Gordyn nya terbuka, dan aku bisa melihat Bima yang sibuk memakai sepatu converse buluk miliknya. Warnanya saja sudah berubah menjadi abu-abu.
Sepertinya Bima akan pergi ke suatu tempat, tapi kemana? Ah aku enggan untuk menanyakannya, apalagi setelah kejadian semalam.
Kemungkinan terbesar hanya satu, Bima latihan band bersama ketiga temannya. Angga, Chris dan Dimas.
Lantas aku bergegas berganti pakaian dan menyusul Bima. Aku bisa membuat alasan mengajak Angga menyelesaikan tugas kelompokku dengannya, yah meski sebenarnya memang pasti Angga lah yang akan mengerjakannya. Mana mungkin aku memanfaatkan Bima yang bahkan tidak hafal tabel trigonometri meski hanya sampai 90 derajat.
Bersamaan dengan aku yang sedang sibuk memasukkan gadget kedalam tas jinjingku, ponselku bergetar. Aku mengeceknya, dan nama Rangga berada di layar benda kotak panjang itu.
Aku membukanya.
Rangga : Mau kemana Del? Sibuk banget
Dellania : Gak keman-mana
Rangga : bohong. Gue liat lo lagi beres beres
Dellania : PENGUNTIT LO TAU DARIMANA GUE MAU PERGI?
Rangga : cuma firasat ko :)
Dellania : tapi tadi lo bilang lo liat gue
Rangga : cuma perkiraan ternyata bener, jadi lo mau kemana Del?
Dellania : tugas kelompok
Rangga : tugas kelompok yang mana?
Dellania : tugas observasi dari Ms.Ester
Rangga : oh lo sekelompok sama Angga ya
Dellania : iya
Rangga : Tadi Angga titip pesen katanya lo dateng ke tempat latihannya aja, ngerjain tugasnya disana :)
Dellania : ok...
Aneh. Benar-benar aneh bahwa Angga menitip pesan kepada entah siapa itu Rangga. Ia mengenali Angga? Dan mengapa Angga menitipkan pesan kepadanya? Bahkan aku belum membuat janji dengan Angga.
Otakku berpikir keras dan kemungkinan bahwa si pengirim pesan itu adalah salah satu diantara Bima dan teman-temannya. Atau dia adalah kenalan Bima, Angga, Dimas dan Chris.
Tidak mungkin Chris karena aku tahu persis bahwa dia masih belum bisa melupakan mantan terakhirnya yang pindah ke New York untuk melanjutkan sekolah.
Lebih aneh lagi kalau Angga yang bahkan seantero sekolah pun tahu kalau Angga hanya akan memilih Echa si pendiam yang menghanyutkan, si pemilik peringkat tertinggi satu sekolah.
Apalagi Bima, mana mungkin ia melakukan hal semacam ini? Terlalu aneh karena Bima tidak biasanya berkata-kata manis bahkan gombal. Bima diam, cuek dan menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonian [B] ✓
Historia Cortaeonian (adj.) constant and indefinite; continuing forever Ini semua hanya karena sebuah permainan. Dua puluh satu pertanyaan dua puluh satu langkah lebih dekat. Copyright © 2015 by psychoxls