Part 2

326 17 0
                                    

ini dinaungi oleh Universitas Seinan Gakuin yang bergengsi. Daya tarik terbesar sekolah ini adalah tujuan utamanya, menaikkan derajat setiap individu dan membiarkan mereka berkembang sebagai manusia. Untuk itu, kebebasan berekspresi para siswa selalu jadi yang terdepan. Banyak siswa di sini berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh, karena itu sekolah ini dijuluki 'sekolah artis'.
"Selamat pagi, Tsukiyama-san."
"Kau terlihat tampan hari ini."
"Ah, selamat pagi, nona-nona menawan. Aku searasa mendengar nyanyian para bidadari."
Kata-kata manis yang dirangkai secara elegan akan membuat siapapun yang mendengarnya merasakan keindahannya. Orang tua para gadis tersebut telah mengajari mereka cara bersikap dan tata krama dengan detail sejak mereka kecil sampai sekarang, jadi Tsukiyama memberikan senyuman terbaiknya.
"Menawan...?"
"Bahkan dia sampai bisa bicara gombal seperti itu..."
Tidak seperti tingkat SD ataupun SMP, banyak siswa dari kalangn biasa yang diizinkan untuk bersekolah di SMA ini. Ada beberapa yang kasar diantara mereka. Tsukiyama berbalik untuk kedua siswa di pojok kelas yang sedang mengolok-oloknya.
"Siapapun yang melihat para gadis ini akan berpikir seperti itu. Kebetulan aku mengutarakan pikiranku dengan kata-kata. Mendengarmu menginjak-injak pujian tulusku seperti itu terasa sakit.."
Tapi aku benar, kan? Dia berpikir sambil setengah memejamkan matanya. Tercekat oleh kata-kata Tsukiyama, keduanya bungkam. Bahkan tanpa menunjukan taringnya, orang lemah tidak dapat berkutik dihadapan yang kuat.
"Oh, sebelum aku lupa..."
Tsukiyama meninggalkan ruang kelas dan berjalan menuju ruang lain yang berselisih dua kelas. Orang yang dia pikirkan belum sampai di sekolah, jadi dia bersandar di dinding lorong, menyilangkan tangannya, dan menunggu selama hampir sepuluh menit.
"...Itu dia."
Suara derapan langkah kaki berisik mencapai telinga Tsukiyama. Itu adalah gadis yang menangkap basah dirinya sedang makan dengan sebuah foto, Hori Chie. Sebuah kamera tergantung di lehernya dan sebuah tas ransel yang sepertinya menyalahi aturan sekolah di punggungnya. Tsukiyama beranjak dari dinding dan berbalik menghadap gadis itu. Kelihatannya si gadis akhirnya menyadari kehadirannya.
"Selamat pagi!"
Segera setelah mengatakan itu dia masuk ke dalam kelas dengan cepat. Mungkin ini memang seperti apa yang gadis itu katakan tadi malam, dia sudah dapat apa yang dia mau, jadi dia tidak ingin terlibat lebih jauh. Tidak, masih terlalu dini untuk bersantai, karena gadis itu telah mengetahui rahasianya. Sejak hari itu Tsukiyama mengawasinya dengan hati-hati.
"Hori-san? Seharusnya aku tidak bilang, tapi dia terkenal sebagai orang yang aneh di sekolah."
Saat menanyakan tentangnya, semua orang memberikan jawaban yang sama. Mereka semua mengatakan gadis itu adalah maniak fotografi yag sangat cuek. Tsukiyama tidak menyadari ini sebelumnya, tapi sekarang dia melihat gadis itu sedang mengejar-ngejar serangga di halaman saat jam istirahat dan memanjat pohon sepulang sekolah untuk mengambil foto langit. Dia tidak bisa diam dan selalu melakukan hal aneh.
"Oh, lihat, itu Hori-san!"
"Dia ceria sekali."
Sambil mendengarkan bisikan orang-orang, Tsukiyama mendengar langkah kaki Chie mendekat. Langkah kakinya terdengar seperti alunan musik yang berderap. Seberapa semangat dia sampai seperti itu?
"...Hm, akhirnya dia disini..."
Kemudian telinganya mendengar langkah kaki lain dari kejauhan. Saat istirahat, Matsumae sang wali kelas muncul. Dia bertanya, "Tsukiyama-kun, bisa bicara sebentar?"
"Ya," Tsukiyama menjawab, mengikutinya ke lorong.
Matsumae bertanya dengan suara berbisik yang tak bisa didengar oleh orang di sekitar mereka, "Haruskah aku lenyapkan dia, Shuu-sama?"
Tsukiyama menggelengkan kepalanya seakan ingin meyakinkan Matsumae.
"Matsumae... Aku senang kau mau bertindak sejauh itu, tapi ini masalahku. Selain itu, aku harus bisa menyelesaikan masalahku sendiri."
Dia adalah pelayan keluarga Tsukiyama, Matsumae. Tentu saja dia adalah seorang ghoul.
"A... Maafkan aku. Seharusnya aku sadar kalau aku tidak berhak mencampuri urusan Shuu-sama. Aku malu pada diriku sendiri."
"Tidak, tidak apa-apa. Aku mengerti perasaanmu. Beralih pada topik lain, apakah kau sudah menyelidiki gadis itu?"
Matsumae menundukan kepalanya dengan hormat.
"Ya. Hori Chie. Keluarganya sangat biasa. Dia lulus ujian masuk dengan baik, jadi sepertinya dia mendapatkan beasiswa untuk sekolah disini. Tetapi setelah diterima nilainya jatuh dan jadi turun naik sehingga dia kesulitan untuk terus menerima beasiswanya."
Sepertinya dia tdak semangat untuk belajar. Kalau itu masalahnya, kenapa dia memilih sekolah ini? Tepat saat Tsukiyama mulai mempertanyakan hal ini, Matsumae berkata, "Sepertinya dia memilih sekolah ini karena ini sekolah yang paling dekat dengan rumahnya."
"Setelah itu dia belajar mati-matian agar bisa mendapat beasiswa, namun, seperti yang mungkin sudah kau sadari, satu-satunya hal yang dia sukai adalah fotografi. Gadis itu tidak mengikuti aktivitas klub apapun, tapi aku berbicara dengan pembimbing klub fotografi dan saat dia melihat foto-fotonya dia berkata foto itu sangat amatir, sampai-sampai dia mengira anak kecil yang mengamblinya. Tapi, dia juga menemukan beberapa foto yang sangat bagus, tidak mungkin diambil oleh seorang amatur."
Mungkin dia sama tidak konsistennya antara belajar dan fotografi; seperti hamster berlarian kesana kemari tanpa tujuan.
"Aku juga mengajar kelasnya, tapi menurut pendapatku tidak ada yang istimewa darinya. Dia tidak bisa disebut rajin, tapi tidak bisa disebut pemalas juga."
"Kau berkata bahwa kau tidak bisa mengatakan dia yang mana antara orang bodoh atau orang bijak. Itu seperti kartu tarot nomor nol, 'The Fool'."
"Aku minta maaf karena tidak bisa banyak membantu."
"Tidak apa-apa. Beritahu aku kalau ada sesuatu yang lain."
"Sesuai perintahmu."
Ternyata hal ini menjadi semakin rumit. Walau begitu, Tsukiyama menganggap bagaimana gadis itu tetap diliputi misteri bahkan setelah dia menyelidikinya menarik. Mungkin ini saatnya dia belajar lebih banyak tentang manusia.
Saat Tsukiyama kembali ke kelas dan duduk di bangkunya, gadis yang duduk di sebelahnya bertanya, "Apa terjadi sesuatu?"
Gadis itu mempunyai rambut hitam seperti sutra dan terlihat cerdas. Tetapi tidak seperti tampangnya, tatapan penasaran memenuhi matanya.
"Apa kau menguping, Nona Ikaru?"
"Itu karena kau bicara dengan suara yang sangat keras. Bahkan aku heran, seakan-akan kau memang membiarkanku mendengarnya. Jadi ada apa dengan Hori-san?"
Mendengar suara bisikan di lorong dari ruang kelas, yang penuh dengan suara saat jam istirahat, adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Tapi lain cerita dengan ghoul. Mereka biasanya menyembunyikan diri, dan gadis ini adalah salah satu dari ghoul yang mencoba berbaur dengan lingkungan manusia. Usaha keras mereka adalah sesuatu yang patut dikagumi.
"Sebenarnya, dia mengambil gambarku saat aku sedang makan."
"... Tidak mungkin!"
"Aku memang bodoh... sungguh." Tsukiyama mengangkat bahu dan menghela nafas panjang, kemudian menggeleng.
Ikaru mengernyitkan dahi dan bertanya, "Kenapa tidak kau bunuh?"
"Karena aku belum mengetahui tujuan sebenarnya."
Gadis itu hanya menggerutu, "Merepotkan sekali...."
Saat itu juga Chie lewat, berlari di lorong. Mata mereka mengikutinya ketika Tsukiyama melanjutkan, "Aku tidak tertarik padanya sebelum ini, jadi aku tidak tau. Tapi tikus kecil itu sepertinya terkenal sebagai orang aneh di sekolah ini."
"Bicara tentang terkenal, kau juga seperti artis disini karena kau adalah ahli waris keluarga Tsukiyama. Keluargamu punya banyak koneksi dan pengaruh di dunia bisnis serta politik. Kalau aku tidak salah, keluargamu mendapat kekayaan berlimpah dari generasi kakekmu."
Tsukiyama meletakkan tangannya di dada sambil berkata, "Itu karena kakekku adalah seorang petualang. Dia mengekspor berbagai 'hal yang tidak biasa' ke seluruh dunia dan menumpuk kekayaan. Dia adalah kebanggaanku."
"Selain itu, kau berprestasi secara akademis dan olahraga. Tidak hanya itu... Kau juga punya... sifat unik. Kau menarik, sengaja atau tidak. Aku terkejut tidak ada anggota keluargamu yang ketahuan, walaupun kalian semua sangat mencolok. Itu mengagumkan."
Sekali lagi, Chie berlari melewati mereka di lorong. Percakapan itu terhenti saat mereka menoleh ke arahnya untuk kedua kalinya.
"Aneh ya, kau tidak pernah menyadari kehadirannya walaupun dia sangat berisik. Aku bisa merasakan bagaimana kau 'memilih'."
Mungkin Tsukiyama tidak menyadarinya karena dia memiliki bau biasa yang tidak merangsang nafsu makannya sama sekali. Dia juga tidak tertarik pada tubuhnya yang seperti anak kecil. Mungkin karena itulah dia tidak pernah menyadarinya. Dia secara tidak sadar mengabaikan Chie karena dia bukanlah target gourmet.
"Tapi hal lain yang aneh adalah dia memiliki kamera model terbaru Canon itu, padahal dia tidak terlihat cukup kaya untuk membelinya."
Tsukiyama tidak familiar dengan cara orang biasa mengelola uang, tapi sepertinya benda itu begitu mahal untuk dibeli oleh orangtuanya sebagai hadiah. Tidak ada tanda-tanda dia bekerja sambilan juga, jadi Tsukiyama bertanya-tanya soal kamera tersebut.
"Sepertinya dia mengupload foto-fotonya sebagai foto stock di internet."
"Foto stock?"
"Ya, dan dia mendapat bayaran saat foto itu digunakan secara komersial. Foto stock bisa terjual dengan harga yang cukup tinggi."
Jadi Chie cukup cerdas untuk melakukan hal itu. Rasa penasaran Tsukiyama memuncak. Tapi lawannya adalah seorang gadis yang telah mengetahui rahasianya. Mungkin ini saatnya menantang Chie dalam sebuah permainan. Melihat Chie lewat di lorong untuk ketiga kalinya, sebuah senyuman lebar terpampang di wajah Tsukiyama.
Setelah kelas berakhir hari itu, dia menemukan gadis kecil itu merangkak di pojokan halaman bangunan sekolah dan mendatanginya. Dia mencoba mengikuti garis pandangnya, mencoba mengetahui apa yang dia lihat saat ini, tapi tidak ada apa-apa kecuali halaman. Walau begitu Tsukiyama mendengar suara kamera menjepret berkali-kali.
"Apa yang kau foto, tikus kecil?"
"Oh, kau ada di sana?"
Saat mendengar ada yang memanggil, Chie berbalik dan berdiri tiba-tiba.
"Ini!"
Dia mengutak-atik kameranya dan menunjukan sebuah gambar yang dia ambil.
"Maaf kalau aku salah, tapi aku hanya bisa melihat halaman kosong."
"Memang. Karena itulah yang aku foto."
"Kenapa kau mengambil foto sesuatu yang membosankan seperti ini?"
Dia yang telah berhasil mengambil foto ghoul yang sedang makan, memilih rumput membosankan sebagai objek foto. Perbedaannya terlalu kontras. Tapi Chie terlihat puas. Mungkin dia menggunakan kata-kata yang salah.
Tsukiyama tidak bisa mengambil resiko dengan membuat Chie kesal, jadi dia berkata, "Tidak... Begitu aku melihatnya lebih dekat ini tidak buruk. Setiap helai rumput membentuk segitiga, dan mereka terlihat seperti emerald yang berkilauan... Sangat menarik."
Bahkan saat dia memuji seperti itu, Chie hanya menjawab, "Hah, masa? Menurutku ini jelek."
Tch, gadis ini tidak bisa bersikap seperti yang dibayangkan, ya?
"Kalau begitu, aku permisi." Tsukiyama menjawab, memotong pembicaraan.
Dia memperhatikan ekspresinya dan bicara dengan sopan, "Sebenarya, ada sebuah tempat yang ingin kutunjukan padamu. Tentu saja aku tidak bermaksud untuk membahayakanmu."
Gadis ini sulit ditangkap, tapi dia pasti tergoda dengan ini. Tsukiyama melanjutkan, "Aku yakin ini akan menari--"
"Baiklah."
Sebelum dia bisa melempar umpan, gadis itu menerima ajakannya. Ini membuat Tsukiyama termenung beberapa saat. Mengutak-atik kameranya, Chie berkata, "Terdengar lumayan asik."
Begitu ya. Mungkin dia juga punya indra penciuman yang kuat.

Novel Tokyo GhoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang