Part 3

1.5K 57 4
                                    

"Cain yang itu?"
Kiyama terkejut. Ternyata Cain cukup terkenal di antara para penyelidik supernatural, dia juga memiliki beberapa pencapaian. Dia menyelidiki kasus pasien rumah sakit yang dimakan.
"Ah, tapi kau adalah bintangnya hari ini. Penyelidikanmu sangat menarik." Ujar Cain,
"Aku tertarik dengan salah satu kasus yang kau sebutkan. Anak muda yang jelas-jelas makan bersama teman-temannya beberapa bulan yang lalu, namun tidak terlihat makan sama sekali bulan ini."
Hide tersentak, yang dia bicarakan adalah Kaneki.
"Oh, dia? Dia itu SANGAT normal, kok!"
Hide tertawa sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Karena dia adalah temanku. Aku sudah mengenalnya sejak SD."
"Jadi kau adalah saksinya, ya? Siapa nama temanmu itu?"
"Kaneki Ken."
"Hmm... Nama yang biasa saja. Tapi coba bayangkan... Orang biasa yang diubah menjadi ghoul."
Jantung Hide seakan berhenti berdetak.
"Berubah jadi ghoul? Seperti cerita novel saja..." Kiyama terlihat tertarik.
Hide melambai-lambaikan tangannya lagi, menolak ide konyol itu, Cain hanya menghela nafas.
"Menggunakan imajinasimu untuk membuat berbagai teori adalah salah satu hal yang paling menarik dari bidang supernatural. Yah, aku mengerti kalau kau tidak senang temanmu dipanggil ghoul. Kalau begitu tidak apa-apa kan kalau kita lakukan penyelidikan lebih lanjut untuk membuktikan kalau temanmu itu benar-benar tidak ada kaitannya dengan ghoul?"
Kiyama dan Sanko setuju, mereka terlihat semangat untuk menyelidiki bersama Cain. Hide tidak punya pilihan lain dan mengikuti kemauan mereka.
--
Esoknya hari Sabtu. Hide, Kiyama, Sanko, dan Cain berkumpul di lingkungan tempat tinggal Kaneki jam tujuh pagi.
Hide mencoba untuk tidak menguap dan bertanya kenapa Cain sangat bersemangat.
Cain hanya bilang kalau dia menyukai perasaan saat akhirnya berhasil menyatukan potongan-potongan puzzle misterinya.
Kaneki berjalan ke luar rumah, Sanko membuka buku catatannya,
"Dia harusnya berangkat ke Anteiku untuk bekerja."
"Apakah kau sudah menyelidiki tempat kerjanya?"
"Tentu saja."
Hide mulai berpikir bahwa 'orang-orang mencurigakan' yang dikatakan Kaneki tempo hari mungkin adalah mereka berdua.
"Baiklah, kita akan mengikutinya ke cafe itu,"
Cain mengabaikan percakapan mereka dan mulai berjalan.
Hide merasa aneh karena mengikuti Kaneki diam-diam seperti ini, dia berjalan di belakang ketiga orang itu saja, khawatir akan tertangkap basah.
Jadi dimulailah penyelidikan Cain. Selain akhir pekan Kaneki selalu menghadiri kelasnya. Seperti Kaneki, Cain juga terlihat tidak makan apa-apa ketika dia membuntuti Kaneki ke seluruh kelasnya.
Hide heran mengapa Kiyama dan Sanko sangat bergebu-gebu mengikuti langkah Cain.
"Dia benar-benar tidak makan apapun. Mungkinkah tebakan kita memang benar?", Ujar Cain.
"Tidak mungkin...", Hide kembali menyatakan bahwa mereka sudah lama kenal dan sering makan di BIG GIRL.
"Tapi akhir-akhir ini tidak pernah, kan?", Cain bertanya dengan tenang.
"Dia masuk rumah sakit baru-baru ini. Dia masih belum pulih sepenuhnya."
Hide menjelaskan.
"Tenang dulu. Tidak mungkin aku mengintainya selama 24 jam penuh. Aku mungkin melewatkan sesuatu. Terutama karena ghoul biasanya aktif saat larut malam. Penyelidikan ini masih jauh dari selesai."
"Besok Kaneki akan bekerja sampai larut malam. Kita bisa mencoba menunggu. Mungkin kita akan bisa menarik kesimpulan."
"Aku akan ikut denganmu.", Kata Sanko yang biasanya hanya diam, mengangkat tangannya dengan malu-malu.
"Aku juga! Tolong biarkan aku ikut!", Kiyama mengikuti.
"Ini bisa jadi sangat berbahaya."
Cain bicara dengan nada khawatir, tapi mereka berdua tidak terpengaruh. "Bagaimana denganmu, Nagachika-kun?"
Hide mengepalkan tangannya
"Aku juga ikut. Tidak akan ada bahaya apa-apa karena Kaneki bukanlah seorang ghoul."
Mereka setuju untuk bertemu di depan Anteiku pukul 8 malam.
Merepotkan sekali, pikir Hide. Dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi dan Hide selalu yakin pada intuisinya.
--
Hide pulang kerumah, menjatuhkan diri di kasurnya dan berguling dengan gelisah. Waktu yang mereka setujui bersama semakin dekat, dan perasaan Hide makin tidak tenang.
Dia berangkat lebih awal.
Dia ingat dulu saat menyalakan kembang api setelah hari kelulusan, dimarahi oleh seorang nenek-nenek, lalu makan hamburger di BIG GIRL untuk merayakan mereka yang sama sama diterima di universitas.
Semua ingatannya tentang Kaneki terasa seperti tertutup kabut kelabu. Hide berpikir bahwa Kaneki juga pasti merasa seperti itu.
--
Malam itu sangat dingin, Hide memilih-milih minuman panas yang ada di mesin penjual minuman. Dia melihat sekaleng kopi hitam tanpa gula yang akhir-akhir ini disukai Kaneki. Dia masih belum terbiasa dengan rasa pahitnya, walaupun begitu dia tetap membeli kopi itu dan memasukannya dalam kantong jaket agar tetap hangat.
--
Hide berjalan di depan stasiun ketika dia mendengar suara nyanyian.
Seorang pengamen jalanan yang terlihat sedikit lebih tua darinya. Suaranya sangat merdu, tapi tidak ada seorangpun yang berhenti.
Hide melirik jamnya, masih ada waktu sekitar dua jam, jadi dia berjongkok di depannya.
Pengamen jalanan itu tersenyum saat melihat Hide, menaikkan volume suara lirik nyanyiannya.
"Tuhan ada bersama kita, jangan dibutakan."
'Tuhan, ya?', Batin Hide.
"Apakah kau sedang memikirkan sesuatu?" Pengamen jalanan yang sudah selesai menyanyikan lagunya itu membuyarkan lamunan Hide.
Hide memuji suaranya, tapi pengamen itu tidak teralihkan.
Hide akhirnya membuka mulut, "Bagaimana mengatakannya ya... Misalkan kau mempunyai seorang teman yang ingin kau tolong, tapi kau lemah, tidak punya kekuatan apa-apa."
Pengamen jalanan itu mengatakan padanya kalau membantu sesama itu hal yang bagus, tapi kalau kau sudah bahagia bersamanya bukankah itu saja sudah cukup? Tidak ada yang lebih baik dari mempunyai seorang teman yang membuat kita nyaman, kan?
Hide merasa lebih baik setelah bicara pada pengamen jalanan, yang menurut Hide sepertinya berasal dari luar Tokyo.
Pengamen itu menolak uang yang diberikan, jadi Hide memberikan sekaleng kopi tadi untuk berterimakasih. Dia berkata bahwa dia belum makan berhari-hari dan terlihat sangat senang.
Hide hanya tertawa, mengatakan kalau si pengamen tidak perlu melebih-lebihkan seperti itu.
~~~~~~~~~*~~~~~~~~~
MM: Hide

Novel Tokyo GhoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang