Membuat Chie setuju untuk ikut ternyata sangat mudah. Tsukiyama mengajaknya ke sebuah rumah sakit universitas, tidak jauh dari sekolah.
Saat Chie menyadari kemana dia dibawa, dia bertanya, "Apa kau sedang tidak enak badan, Tsukiyama-kun?" Tidak bisa diam, Chie berjalan ke arah rumah sakit sambil mengambil gambar pemandangan dan bagian luar rumah sakit.
"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu terlebih dahulu -- Aku sangat menyukai manusia." Tsukiyama berkata.
"Saking sukanya sampai kau makan."
"Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Manusia bisa hidup di bumi ini walaupun tidak punya cakar ataupun taring untuk bertahan. Aku bertanya pada diriku sendiri, apa kekuatan mereka yang sebenarnya?"
"Tapi kau tetap saja memakan mereka."
"Ya, aku memang memakan mereka."
Mereka berdua memasuki rumah sakit, naik lift menujui lantai bangsal perawatan umum. Mereka sendirian di elevator saat Chie bertanya dengan santai, "Apa tidak apa-apa masuk begitu saja ke rumah sakit seperti ini?"
"Oh, jangan khawatir. Semua berjalan sesuai rencana."
Mereka sampai di lantai delapan. Tidak hanya ada bangsal perawatan, tapi juga ada taman. Ruang terbuka besar itu memiliki halaman luas penuh pepohonan tempat para pasien dan keluarganya beristirahat dan bersantai, mengobrol sambil tertawa.
"Nah, kita sudah sampai," Tsukiyama berkata, melirik pos perawat. Di dalamnya ada beberapa perawat yang siaga. Salah satunya adalah perempuan yang dicari oleh Tsukiyama.
"Oh, Tsukiyama-kun, kau mampir lagi? Dan siapa ini? ... Oh, ini seragam sekolah Seinan, kan?"
'Malaikat putih'* itu tersenyum saat menyambut mereka. Dia pasti terkejut melihat gadis kecil ini memakai seragam Seinan, karena, dilihat bagaimanpun Chie tidak seperti anak SMA.
"Dia temanku."
"Oh, begitu?" Chie berkata sambil menatapnya dengan curiga.
"Orang yang saling berbagi rahasia biasanya disebut teman, jadi begitu."
Mendengar percakapan mereka suster itu berkata kalau mereka berdua konyol. Bagaimanapun juga keduanya terlalu bertolak belakang satu sama lain.
Tsukiyama memperkenalkannya pada Chie, "Keluargaku punya hubungan erat dengan rumah sakit universitas ini. Karena suasana disini tentram aku sering mampir untuk membaca, dia bicara padaku suatu hari. Dia sangat baik dan sopan, jadi dia populer diantara para pasien. Dia selalu tersenyum manis seperti ini, pantas saja kan."
"Sudah, jangan terlalu berlebihan, Tsukiyama-kun."
Suster itu sangat malu, tapi Tsukiyama terus bicara, "Hanya saja saat ini... Dia sedang jatuh cinta."
"Ap-- Tunggu, Tsukiyama-kun?!"
Seakan mencoba menunjukan betapa sakitnya cinta tak terbalaskan itu, dia meletakkan tangannya di dada dan menggelengkan kepalanya, meneruskan cerita cinta itu
"Dokter yang dia sukai tidak mempedulikannya sama sekali. Seandainya ada saat yang tepat, aku yakin pasti akan berhasil karena tidak ada pria yang tak takluk pada senyumanmu."
Dengan perasaannya yang diumbar seperti itu, wajah suster tersebut jadi sangat merah, tapi kata-kata Tsukiyama membuatnya tersenyum getir, "Kalau saja begitu..."
Saat itu bayangan seseorang muncul di belakangnya.
Sebuah suara keras tiba-tiba terdengar, "Curhat dengan anak muda!"
Suara itu datang dari dalam ruangan rumah sakit, berasal dari seorang pasien yang sepertinya berusia lebih dari sembilan puluh tahun. Wajahnya penuh guratan keriput dan kepalanya botak. Pasien itu mendekati suster tersebut dan memeluknya dari belakang.
"Gyaaah!" Berbalik untuk melihat pasien itu memeluknya, suster itu memperingatkan, "Kau harus berhenti lakukan itu!"
"Hah?"
Anehnya Chie menekan tombol kameranya saat itu juga.
--- Oh
Orang tua yang sudah melepaskan pelukan itu tersenyum dan kembali ke ruangannya. Suster itu juga tersenyum kesal sambil berkata, "Aku akan menemaninya kembali ke ruangan. Sampai nanti."
Ketika mereka berdua sudah menjauh Tsukiyama menjelaskan pada Chie, "Kakek yang tadi itu dirawat karena penyakit jantung, tapi kadang-kadang kau bisa menemukanya sedang berkeliaran sambil menggoda suster-suster muda. Dia langsung melupakan apa yang dia lakukan, jadi dia tidak merasa bersalah."
Selain itu dia juga akan lupa apa yang dilakukan oleh orang lain padanya. Ingatan yang terulang selalu mengikutinya, tapi Tsukiyama tidak mengatakan hal itu.
"Tapi sepertiyna dia sangat kaya dan berhubungan dengan salah satu dokter yang bekerja disini, jadi tidak ada yang bisa melarangnya."
Chie sepertinya tidal mendengarkan cerita itu sama sekali, melihat ke arah layar kameranya. Dia benar-benar asik sendiri, tapi Tsukiyama tidak begitu peduli.
Tsukiyama menunduk untuk mendekat ke telinganya dan berbisik, "Aku ingin mengundangmu ke pertunjukan makan malam esok hari."
Dia terlihat kaget dan menatapnya.
"Tapi, aku ingin kau mendapatkan tiket dengan tanganmu sendiri. Besok, hari Sabtu saat tengah malam, aku ingin kau menyelinap ke kamar kakek itu dan membuka jendelanya. Aku yakin kau akan mendapatkan foto-foto mengagumkan."
Ini adalah umpannya. Dia ingin membiarkan imajinasi Chie jadi liar dan jantungnya berdegup kencang. Tsukiyama menungu jawaban. Chie akhirnya melepaskan kameranya dan mengangguk, "Baiklah."
-- Ini akan jadi makan malam yang mengasyikan.
Sebuah senyum muncul di bibir Tsukiyama.
~~
Keterangan:
Malaikat Putih 白衣の天使 adalah cara orang menyebut suster di Jepang

KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Tokyo Ghoul
SonstigesLight Novel Tokyo Ghoul, dan berbagai info tentang TokyoGhoul.. Penasaran? Silahkan baca dan jangan lupa tinggalkan jejak bintang. Happy Reading