this part is dedicated to my new friend, Cindyyy~ ^^
***
Sesosok tinggi, besar dan berwarna putih itu mendekat, ada kilauan cahaya emas di puncaknya. Fhreii memberi jarak, bersikap waspada terhadap mahkluk yang ada di depannya ini.
"Fhreii ...," bisik makhluk itu. "Fhreii ...."
Fhreii mempersiapkan pedangnya, jika makhluk itu berani mendekat lagi, ia akan langsung menebasnya.
"Tidak, Fhreii ...." makhluk itu berhenti mendekat, ia seperti mengerti apa yang dipikirkan Fhreii. Apa yang makhluk itu katakan selanjutnya kontan membuat dahi Fhreii berkerut, "Rothgur ...."
Apa? Apa maksudnya? Batin Fhreii.
"Rothgur, Fhreii ...," ujarnya lagi. "Aeritys."
Fhreii sukses melongo. Ia kebingungan, apa sih maksudnya? Dan, Aeritys? Apa yang makhluk ini ingin katakan sebenarnya?
"Kau ... dia ... dan Aeritys," lanjutnya lagi.
"Apa maksudmu? Aku? Dia? Aeritys?" Fhreii memasukkan lagi pedang yang hampir ia cabut. "Aeritys itu mitos."
Makhluk itu mendekat selangkah ke arah Fhreii. Fhreii mundur selangkah. "Aeritys bukan mitos," suaranya memberat, "kau dan dia, penjaga Aeritys." Cahaya emas di puncak makhluk itu mendominasi penglihatan Fhreii. Tiba-tiba Fhreii merasa sesak, seperti tercekik.
"Kau ... Dia ... dan Aeri-"
"Hah ... Hah ... Hah ...." Napas Fhreii memburu. Keringat dingin keluar dari pori-porinya. Mata Fhreii menatap sekitar dengan liar, dia melihat Conrad tidur terlentang sembari mendengkur di lantai beralaskan karpet bersama pedangnya, sedangkan Lind tidur bergelung di atas tumpukan jerami di sudut ruangan. Ia memejamkan matanya, berusaha tenang.
"Ternyata hanya mimpi bodoh ...." Fhreii menghela napas lega. Ia tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya, merasa bodoh. Hanya karena mimpi ia sampai panik seperti ini? Hah, bukan tipikal Fhreii.
Karena mimpi barusan, Fhreii tak bisa tidur lagi. Ia ingin mencari angin segar. Fhreii bangkit dari ranjang, lalu pergi ke luar pondok diam-diam. Tidak ingin membangunkan Conrad dan Lind.
"Haahh ...." Fhreii mendesah lega kala angin malam di Hutan Illinos ini memenuhi paru-parunya. Udaranya menyejukkan dan membuat urat-urat syaraf Fhreii yang awalnya tegang menjadi rileks seketika.
Ia duduk di undakan tangga beranda. Matanya menyisir keadaan sekitar. Tenang dan damai. Hanya suara serangga-serangga, binatang malam dan gemerisik dedaunan pohon yang saling bergesekan karena ulah angin. Ia memejamkan mata, menikmati malam ini. Sungguh, ia rela menukar apapun dalam hidupnya untuk terus menikmati suasana ini selamanya.
Tapi ia kembali teringat mimpinya tadi. Apa maksud makhluk itu? Kenapa dia menyangkut pautkan dengan Aeritys? Aeritys itu mitos. Hanya cerita lama pengantar tidur. Tempat terkutuk yang tak pernah tersentuh siapapun. Fhreii menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pemikiran anehnya.
"Tidak perlu dipikirkan, Fhreii. Itu hanya mimpi," gumamnya pelan pada diri sendiri.
Fhreii mendongakkan kepalanya ke atas. Jubah hitam malam berhias berlian bintang menyambut. Bulan sabit pun bersinar terang ditemani bintang-bintang yang jumlahnya tak terhitung. Ia tersenyum tipis, benar-benar menikmati panorama malam ini.
SREK SREK SREK
Sebuah suara gemerisik membuyarkan lamunan Fhreii. Ia menatap sekitar waspada dan melihat semak-semak yang berada beberapa meter di depan pondok bergerak sendiri. Sebagai seorang pangeran yang selalu dilatih bertarung, Fhreii belajar untuk selalu bersikap waspada terhadap apapun, ia pun menyiapkan belati yang selalu ia bawa kemana pun. Ia yakin ada sesuatu dibalik semak itu. Fhreii bangkit dari duduknya, hendak mendekati semak-semak itu. Tiba-tiba dua buah cahaya merah kecil muncul dari baliknya, tidak, itu terlihat seperti sepasang... mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aeritys
Fantasy[•] "Dunia kita berbeda," Fhreii memberi jeda, menarik napas lebih dalam dan berusaha menahan rasa sesak di dadanya, "kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Di Athyra, maupun di duniamu. Aku takkan pernah bisa melawan para Dewa. Maka dari itu...