3

4.8K 393 10
                                    

"Cal, gue pulang". Ucapku saat membuka pintu rumah. Calum memang pulang duluan karena sedang tidak ada kelas katanya.

"Loh kok ga minta jemput gue?". Tanyanya dari arah tangga. Ia langsung membuntutiku yang masuk ke dapur untuk mengambil air. "Lo pulang bareng siapa?".

"UNSW ke rumah jauh bego, kasian lu-nya bolak balik. Lagian gue balik sama Alena". Ucapku setelah meneguk air dingin yang kuambil dari kulkas. "By the way, Michael mau kesini, sama Luke juga mungkin".

Calum hanya mengangguk dan meninggalkanku di dapur. Aku mengikutinya yang menuju lantai atas alias kamar kita(?)

"Oh iya, perabotan yang dikamar lu udah dipindah". Ucap Calum.

"Serius? Ada dimana?". Aku duduk di tepian kasur sedangkan Calum sedang tiduran. Aku menghadap kearahnya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Ada dikamar bawah tangga, udah ditata juga". Aku langsung memeluk leher Calum dan dia masih berkutat dengan ponselnya.

"Uhhh makasih suamiku tercinta". Aku langsung mempraktekan gaya orang muntah di depannya. Ia hanya terkekeh dan menjitak kepalaku pelan. Aku tidak berani membalasnya karena dia sudah memindahkan barangku.

"Sorry ya, gue banyak punya tattoo". Ucapnya tiba-tiba. Mungkin karena dia tahu aku sedang memperhatikan tangan kirinya yang penuh dengan tattoo itu, "Nanti kalo lu mau tattoo ini dihapus, gue mau kok Cals".

"Eh, engga bukan gitu, gue suka kok semua tattoo lu. Serius". Ucapku mencoba meyakinkan. "Malah gue pengen nemenin lu kalo mau bikin tattoo lagi".

"Maunya gue sih gitu, gue mau tatttoo disini". Ia menunjuk bagian dalam tangan kirinya yang masih kosong padaku. "Tapi gue bingung mau tattoo apaan".

"Nanti aja pilih-pilih disana". Aku tersenyum tipis ke arahnya dan ikut membaringkan badan disampingnya. Waktu menunjukan pukul 2 siang, seharusnya aku menyiapkan makan siang tapi aku belum belanja bahan untuk dimasak. Jadi, mungkin akan beli makanan diluar.

"Eh Cals, kalo lu ga suka tattoo gue, gue mau kok ngapus ini tattoo". Ucapnya tiba-tiba. Sepertinya Calum ragu-ragu denganku, memang dulu dia tidak punya tattoo sih.

"Dih engga, jujur gue tuh suka sama tattoo yang ada di tulang selangka lo malah". Ia langsung menyentuh kedua tattoo di tulang selangkanya sambil tersenyum. "Lain kali gue mau nganter lo bikin tattoo lagi".

Ia pun langsung memelukku dari samping, aku yang terkejut hanya bisa diam dan tak bisa berkutik. Membalas pelukannya saja tidak.

***

Aku dan Calum sedang menata perabotan baru yang kami beli. Barusan saja aku dan dia membeli perabotan untuk mengisi rumah agar tidak terlalu kosong. Namun tidak banyak perabotan yang kami beli karena ada beberapa yang diambil dari kamar kami masing-masing.

"Akhirnya kelar". Ucap Calum sambil mengehempaskan badannya di sofa. Aku pun ikut duduk disampingnya sambil menyalakan televisi, "Cals, haus".

"Bentar gue ambil minum dulu". Aku pun berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan Calum minum, aku mengambil sebotol minuman soda yang segel tutup botolnya belum terbuka. Aku pun mencoba membukanya untuk dipindahkan ke botol.

Aku terus mencoba membukanya namun saat botol itu terbuka, isinya tumpah di bajuku.

"Calum". Panggilku.

Calum pun datang dengan wajah panik, mungkin karena aku berteriak tadi. "Kenapa?".

"See". Aku menunjuk bekas semburan minuman soda itu pada Calum. Ia hanya terkekeh melihatku berlumuran minuman soda berwarna merah itu. "Gue ganti baju dulu, sana lo pergi". Aku pun mengusir Calum dari dapur namun saat aku sudah bertelanjang dada, Calum datang sambil menyerahkan kemeja yang ia pakai padaku. Otomatis aku menutupi badanku dengan bajuku yang basah sebelumnya.

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang