23

3.2K 380 59
                                    

Beda ya? Beda banget.

Saat aku terbangun dari tidur panjangku dan setelah mengatakan keputusanku pada kedua orang tuaku dan orang tua Calum. Tapi sayang Dad belum pulang dari luar negri, jelas Mom menangis tadi malam.

"Kayaknya Calista udah ga bisa sama Calum."

Aku membuka jendela yang berhadapan langsung dengan jendela kamar Calum dulu.

"Itu ngehancurin Calista banget, from inside to outside."

Aku berjalan kearah kamar mandi dan menghidupkan keran wastafelku. Segera kucuci mukaku dan menggosok gigi.

"Calista udah rusak batin serta otak. Mikir jelas aja Calista ga bisa. Daripada bunuh Calista, mending Calista pisah sama Calum."

Aku cepat-cepat turun ke bawah karena jam sarapan akan terlewat sebentar lagi.

"Calistanya yang goblok kok bukan Calum. Calum juga bukan bajingan ataupun sejenisnya. Cuma calista aja yang salah, menyatukan sesuatu yang emang seharusnya ga bersatu. Pasti ada aja masalah untuk misahin."

Aku menarik kursi dan duduk didepan Mama. Aku hanya sarapan dengan Mama hari ini, jelas, karena papa sama sibuknya dengan Dad.

"Jadi biar selesai, Calista aja yang mundur."

"Mama nangis kan? Jujur deh." Aku melihat mata mama yang sembap dan lingkaran hitam dimatanya.

"Salah mama emang yang ga biarin kalian buat milih." Kata mama lirih.

Aku mengerutkan dahiku, "Maksudnya ma?"

"Kalian kan dulu dinikahin mendadak kan? Belum mama tanya kalian setuju atau engga."

"Mungkin mama ga tau kehidupan kalian setelah menikah gimana, itu sebagai petunjuk waktu mama ngeliat kalian berdua di supermarket waktu malam pertama kalian menikah bahwa kalian belum siap." Sambung mama.

Aku diam tak menjawab. Kulihat kerutan sedih di wajah mama membuat sakit hatiku kembali tumbuh. Terlebih lingkaran hitam di matanya, "mama merasa gagal jadi mama yang baik."

"Gausah gitu ma, mungkin ini memang jalannya Calista." Kataku cepat.

Calum itu terlalu sakit bila diingat. Suka menarik ulur hatiku. Membahagiakanku di hari ini, menyakitiku di esok harinya. Itu membuat bekas luka yang belum sepenuhnya kering menjadi tergores lagi sehingga untuk memaafkan terasa sakit.

"Kak Andy mau ngomong sama kamu nanti."

"Dimana Ma?"

"Sebentar lagi ia kesini."

***

Aku duduk bersila didepan Kak Andy, ia juga sama denganku, duduk bersila.

"better?" Tanyanya.

"Nothing." Aku merengut.

Kak Andy mengelus rambutku dan membawaku ke pelukannya. "Kakak gatau kalau malaikat kecil kakak bakal kaya gini." Suara paraunya membuatku ingin cepat-cepat menjatuhkan bulir air di kelopak mataku.

"Ga tau kak, jalannya kaya gini." Aku tertawa hambar sambil menyeka air mataku.

"Kakak kira kalian bakal bahagia karena dulu kalian saling suka." Kak Andy juga ikutan menangis. Matanya memerah dan suaranya bergetar.

"Awalnya Calista bahagia kok kak sama Calum, lulus bareng Calum, punya rumah bareng Calum, Calista bahagia tapi sayangnya Calista ga bisa ditarik ulur kaya gini." Aku menunduk menelungkupkan wajahku dengan kedua tangan.

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang