11

3.6K 359 13
                                    

Kau tahu, waktu itu bergulir dengan cepat tanpa kau sadari. Sekarang aku sedang sidang wisudaku, Calum pun juga begitu. Kami melewati semester terakhir dengan nilai yang memuaskan, entahlah aku sangat gugup sekarang.

Semua revisi-revisi sudah ku kumpulkan, tinggal menunggu hasilnya. Memang aku tidak menyangka bisa menyelesaikan kuliahku yang berjalan cukup panjang ini, Sastra Inggris, memang membuat sakit di kepala karena tugasnya.

"Besok wisuda anjir". Kini aku dan Calum sedang berada di kantin kampus kami. Bersama Alena, Luke, dan Michael. "Gue gugup banget".

Kami berlima berkumpul saat sudah melengkapi data toga kami. Hari ini sangat melelahkan tentunya, tapi ini untuk masa depan nanti. "Lu lanjutin kemana? Apa sampe disini aja?". Tanya Luke

"Gue sampe sini aja, makasi banyak". Ucap Michael dengan wajah ingin muntahnya. Ia memang tidak suka sekolah dari dulu, sampai sekarang pun ia masih suka membolos.

"Gue pindah ke London". Ucap Alena, aku langsung memberikannya tatapan tanya, seperti, bagaimana dengan Luke? "Bareng Luke tentunya, ya kan?". Luke mengangguk.

"Lu ga enek apa setengah hidup lu dipake sekolah?". Tanya Michael, tipikal Michael.

"Kalian gimana?". Kini Alena menatap aku dan Calum, "Kalian sih udah goals ya, lulus bareng, udah nikah, nilai pada bagus, kurang apa lagi?".

"Gue pengen punya anak, itu yang kurang". Ucapku, mereka langsung menatapku dengan tatapan tidak percaya. Ya dulu aku memang takut punya anak, tapi sekarang, aku benar-benar menginginkannya.

"Kalo lu punya anak, jangan lupa hubungin kita ya". Ucap Luke dengan semangatnya, "Isi Robert ditengahnya".

Alena langsung menoyor kepala Luke, "Bapaknya si Calum atau lo sih? Ngatur-ngatur". Kami pun langsung tertawa, Alena dan Luke memang tipikal pasangan yang tidak mengumbar kemesraan.

"Ehm kalo gitu, udah sore banget nih. Gue sama Calista pulang dulu ya". Aku pun langsung berpamitan pada mereka. Lalu kami berjalan beriringan ke tempat parkir dimana Calum memarkir mobilnya.

"Ga kerasa anjir udah dua tahun kita bareng". Ucap Calum saat memasuki mobil. Ya sudah dua tahun, aku dan Calum bersama-sama. Melewati semua suka dan duka, melewati berbagai macam masalah tapi kami selalu bisa melewatinya.

"Dua tahun cepet juga, gue ngerasa baru kemarin aja kita nikah". Calum mengangguk lalu membelokan mobilnya ke pekarangan rumah. Ngomong-ngomong Calum sudah berhenti bekerja di toko kaset itu, dan sekarang ia menganggur. "Abis wisuda, lu ngelamar kerja di mana?".

Calum menggeleng, "Gue belum tau, mungkin cari kerja yang gampang-gampang dulu".

Aku langsung berjalan ke arah dapur, mengambil dua gelas air putih, untukku dan Calum. "Calista!". Panggil Calum dari ruang tamu.

"Apa?".

"What are you doing?".

"Mengambil minum". Jawabku saat menyerahkan satu gelas air putih padanya, "Lu kira gue ngapain?".

"Gue kira lu masak, karena gue kenyang, makanya gue panggil elu". Kami duduk di sofa sambil menonton acara televisi kesukaan kami. Ya tipikal mahasiswa yang jauh dari kata 'senang'.

"Gue bosen". Ucapku, "Apa yang kita lakuin buat ngisi waktu hari ini?".

Calum mengendikkan bahunya, "Apa ya? Gue juga bosen".

"Gimana kalo kita melakukan perawatan tubuh? Come on, besok hari bersejarah".

"Gue gamau kalo ke salon". Ia langsung menatapku sinis.

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang