18

2.9K 318 20
                                    

5 bulan kemudian...

Ketukan di pintu membuatku buru-buru berjalan kesana. Saat kuputar knop pintunya, ada seorang gadis berdiri membawa koper yang cukup besar, "Cari siapa?"

"Calum," ucapnya. Itu sangat membuat keterkejutanku bertambah.

"Calum sedang pergi, kenapa cari Calum?"

"Lu liat ini," ia menunjuk perutnya padaku. "Ini anak Calum! Gue orang yang dia hamilin waktu di Singapore," serasa rahangku jatuh kebawah mendengar ucapan gadis ini. Perutnya memang membuncit tapi benarkah itu anak Calum?

"Ga ga ga mungkin itu anaknya Calum," ia tersenyum licik dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Foto. Ia mengeluarkan berlembar foto dari tasnya.

"Itu Calum suami lu kan?" Iya, itu Calum. Dia berdiri disamping wanita ini. Disampingnya ada Dad juga dan beberapa orang lainnya. Calum memang pergi ke Singapore 2 bulan lalu untuk pekerjaannya. "Sekarang gue minta pertanggung jawabannya atau gue lapor ke polisi," aku membelalak kaget. Kuredam amarahku dan menyuruh gadis itu masuk. Kusuruh ia duduk di sofa dan kuambilkan dia minum.

Menangis.

Menangis memang hal yang kulakukan. Satu sisi, aku harus meredam amarahku. Satu sisi lagi, aku tidak mau Calum dilaporkan ke polisi.

Kubawakan air minum itu padanya lalu duduk didepannya, "Lu istrinya Calum kan?" Aku mengangguk.

"Nama lu siapa?" Tanyaku.

"Josephine," ucapnya. Aku menarik nafasku panjang dan terus-terus bersumpah untuk tidak memaki orang yang didepanku ini.

"Jadi lu mau apa ke Calum?" Aku menangis didepan gadis ini. Saking tak kuatnya aku merasakan kekecewaan pada Calum.

"Gue mau Calum tanggung jawab, gue gamau dia lari dari tanggung jawabnya," ucapnya sangat sarkastik.

Aku menutupi wajahku dengan bantal dan berteriak disana, "GUE GA BISA NYERAHIN CALUM KE ELO! SAMPAI KAPANPUN," teriakku didepannya.

"Jelas gue lebih berhak. Ini anak Calum," aku terjatuh menangis. Aku kalah dengan selingkuhan Calum.

Tak lama kemudian, Calum datang. Ia menemukanku dan Josephine di ruang tamu, "Josephine?" Ucap Calum.

"Bagus lu inget gue," ucap Josephine.

"Lu ngapain disini?" Tanya Calum.

"Tanya ke istri lu," Calum langsung menatapku yang sudah kucel karena menangis. Kalian tahu? Selama aku menangis, Josephine hanya melihatku. Tak ada rasa malu di dirinya.

"Dia...ngandung...anak lo..BAJINGAN!" aku memekik dan berjongkok menangis sekerasnya. Calum hanya mengernyitkan dahinya lalu menghampiriku. "Jangan sentuh gue, lu pergi,"

"Gak! Itu bukan anak gue!" Ucap Calum.

"BUKAN APANYA!" aku melempar foto itu di wajah Calum.

"Jos kita itu ga pernah berhubungan! Itu ga mungkin anak gue!" Ucap Calum didepan Josephine. Aku yang mendengarnya hanya menggerung menahan rasa sakit dihatiku.

"Lu tuh mabuk, lu maksa gue CALUM!" ia memukul dada Calum. Aku tahu sekarang Calum bingung, ia tak mengerti dengan semua ini. Aku berjalan meninggalkannya dan naik ke atas. Tak memperdulikan panggilan Calum.

"Gue tuh ga mungkim ngehamilin lo! Ga mungkin dan ga akan pernah!" Teriak Calum yang masih bisa kudengar dari kamar. Aku duduk dilantai dan mengacak rambutku kesal.

"Apanya yang ga mungkin! Ini anak siapa?!" Sahut Josephine. Kudengar Josephine menangis, itu malah membuatku semakin sakit hati. "Gue mau lu tanggung jawab! ATAU GUE LAPOR POLISI,"

duniaku runtuh seketika. Aku mendengar adu mulut mereka dari bawah, aku tidak bisa mempercayai diantara mereka. Rasa sakitnya sampai susah dijelaskan.

Aku merangkak ke kasur dan memeluk gulingku erat. Masih terdengar pertengkaran mereka di bawah. Entahlah, aku bingung apa yang harus kulakukan. Saat melihat Josephine terbayang wajah bayinya juga yang akan mirip dengan Calum. Dan itu membuat sakit hatiku kembali.

Pintu kamarku terbuka. Disana ada Calum berdiri.

"Calista," aku tidak menyahut. "Demi Tuhan, gue bakal buktiin dia bukan anak gue. Lu jangan percaya sama dia,"

"LU MAU BUKTIIN GIMANA HAH? DISANA UDAH KELIATAN JELAS!" aku berteriak didepan Calum. Matanya memerah.

"Calista dengerin gue," ia memajukan wajahnya dan tepat menatap manik mataku. "Gue ga pernah ngehamilin orang kecuali elu! Dan itu bukan anak gue! Dan lu harus kasi gue waktu buat buktiinnya!" Ucapnya dalam.

Aku meninju perutnya dan membenamkan wajahku di bantal. Aku benci hari ini...

***

Pagi-pagi sekali aku bangun tidur. Calum masih tidur disampingku. Jika mengingat kejadian kemarin malam, membuat rasa sakitnya terasa lagi.

Sejujurnya aku tidak percaya jika Calum melakukan hal itu padaku. Menghamili seseorang yang punya kontrak kerja padanya. Aku yakin hanya wanitanya saja yang menggoda Calum.

Aku tidak membangunkan Calum. Aku juga tidak peduli dengan wanita yang mengaku dihamili Calum itu. Lalu aku berjalan ke kamar mandi untuk mandi kemudian menyiapkan sarapan untukku.

"Calista," aku menoleh ke arah pemanggilku. Dia Calum, dengan wajah mengantuknya.

"Apa?".

"Kalo cewe itu ngomong sesuatu ke kamu, jangan didengerin ya," aku diam sejenak lalu masuk ke kamar mandi. Dia memang selalu penuh dengan teka-teki makanya aku tidak suka.

Setelah selesai mandi, aku turun kebawah untuk menuju dapur. Ternyata wanita itu sudah lebih dulu memakan sarapannya.

"Ini untuk Calum," ucapnya sambil menunjuk semangkuk krim sup padaku.

Aku tidak memperdulikannya lalu mengambil teflon untuk menggoreng telur. Setelah menggoreng, aku membawanya ke meja makan. Dan disanalah Calum datang. "Cals, sarapan gue mana?" Aku menunjuknya dengan daguku.

"Ini Calum sarapanmu," ucap wanita itu sambil menggeser mangkuk supnya.

"Calista sarapan gue mana?!" Ucapnya dengan nada menegas padaku.

"Dia udah buatin lu sarapan! Jadi gue ga perlu bikinin lu sarapan lagi!" Ucapku sarkas.

Calum melempar mangkuk supnya dan memeluk leherku secara tiba-tiba, "Calista gue mohon, lu harus percaya sama gue," ia mengadahkan kepalaku menghadapnya. "Gue ga hamilin dia," Calum langsung pergi meninggalkanku dan Josephine.

Aku terdiam sebentar lalu melanjutkan sarapanku tanpa melihat nasib mangkuk sup buatan Josephine, "kau menang," ucapnya tiba-tiba.

"Selalu dan seterusnya," aku membawa piring kotorku ke bak cuci piring dan segera mencucinya. "Aku tidur dulu, kau bereskan mangkuk supmu dan mungkin aku bisa mengantarmu sampai ke gerbang jika kau mau," ucapku sarkas. Mau diapakan bagaimana pun aku tetap sakit hati, tapi aku lebih membenci orang yang ada didepanku ini. Tatapan bengisnya dan perutnya yang buncit itu membuatku semakin geram.

Tapi tetap saja, Calum belum terbukti benar tidak melakukan kesalahannya. Jadi aku masih merasa sakit dengan perselingkuhannya.

"Hei Calista!" Panggilnya, "Kau ingat ini bayi siapa? Ini bayi dari suamimu dan dia harus bertanggung jawab,"

"Apa peduliku?!" Aku menatapnya bengis dan langsung naik ke kamar atas dan menguncinya. Aku tidak peduli ia mau berbuat apa disini yang terpenting dia pasti akan menyesal mengganggu rumah tanggaku.


To be continued...

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang