7

3.5K 357 20
                                    

Aku sedang menunggu Calum yang akan pulang bekerja. Ini sudah hampir setengah 12 malam tapi ia belum pulang, mengabari pun saja tidak.

Ini sudah ke 15 pesan singkat yang aku kirim untuknya, tapi balasan pun tidak aku terima dari dia. Kuputuskan untuk menunggu sampai jam 12 malam, jika ia belum juga datang, aku akan mencarinya.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka dibawah. Aku langsung keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Disana aku melihat Calum dibopong oleh seorang laki-laki, "Calum!!". Pekikku

Laki-laki itu terkejut dan meletakkan Calum di sofa, "Apa yang terjadi pada Calum?". Tanyaku

"Uhmm dia di pukuli oleh orang-orang yang sedang mabuk". Jawabnya, ia langsung menyiapkan diri untuk bergegas pulang, "Aku pulang dulu, sudah malam. Besok akan kuijinkan Calum jika ia tidak bisa bekerja".

"Terima kasih". Aku mengantarkan laki-laki itu sampai ke depan. Lalu aku cepat-cepat berlari ke dapur untuk mengambil air panas. Setelah selesai, aku langsung menghampiri Calum yang wajahnya sudah lebam di mana-mana.

"Cal, bangun Cal. Lo jangan pingsan kek, gue khawatir anjir". Aku mengusap wajahnya yang membiru dengan perlahan. Tak lupa untuk mengguncangkan tubuhnya agar cepat tersadar.

"Calum, bangun begooo, jangan bikin khawatir". Tak lama bulu mata Calum terlihat seperti bergerak. Aku langsung memanggil namanya dan mengguncangkan tubuhnya lebih pelan daripada yang tadi, "Cal lu udah sadar kan?".

"Punggung gue sakit". Ucapnya lirih, aku langsung membantunya berjalan ke kamar atas. Aku membopongnya dan terus berjalan sampai ke kamar, sesampainya di kamar, aku membantunya untuk berbaring.

"Lo perlu dibawa ke dokter ga?". Tanyaku

"Ugh ga usah panggil dokter". Aku mengangguk lalu mengambilkannya kaus untuk berganti baju kerjanya.

"Gue ambilin handuk basah ya, biar badan lu ga lengket-lengket banget". Aku pun mengambil baskom penuh berisi air hangat dan handuk kecil, "Sebenernya lu kenapa sih Cal?". Tanyaku

"Gue dipukulin orang, kayaknya sih orang itu lagi mabuk. Yaudah gue sama Leon ngelawan, tapi yang mabuk itu nyerang gue". Ucapnya, sedangkan aku sedang sibuk mengelap badannya dengan air hangat. Kini aku bisa melihat jelas lebam yang ada di punggungnya.

"Leon itu siapa?". Calum merintih saat aku tak sengaja menyentuh lukanya. "Sorry sorry".

"Orang yang tadi nganter kesini, dia temen baru gue. Dia emang ga kenapa-kenapa soalnya dia gue suruh manggil polisi". Aku melempar handuk yang kupegang ke wajahnya, "Ih sakit anjir". Umpat Calum.

"Lu jangan sok pahlawan deh, liat kan, muka lu jadi ancur gini". Orang yang didepanku ini hanya tertawa sambil meremas tanganku pelan, "Ini apaan nih maksudnya?". Mataku menyorot tangannya yang memegang tanganku.

"Makasi udah khawatirin gue". 4 kata yang membuat kupu-kupu diperutku berterbangan seketika. Ini bukan kali pertamanya Calum mengucapkan hal-hal manis seperti ini. Namun, setiap yang ia katakan dan setiap sentuhan yang dilakukannya, menimbulkan rasa yang berbeda. Mungkin aku memang sudah dibuat gila dengan laki-laki ini, "Jangan blushing gitu kali". Ia mencolek daguku, dan seketika aku tersadar jika tadi melamun.

"Dih, nih lap pake handuk. Gue ambilin bajunya". Ia hanya menyengir sambil terus menyanyikan lagu karangan bernada jelek yang liriknya hanya ada kata 'seseorang disana sedang berpipi merah, membuat aku ingin mencium pipi tomatnya' yaaa kau bayangkan saja nada-nadanya bagaimana.

Setelah selesai mengambil pakaiannya, aku memberikannya pada Calum, "Nih pake". Ucapku

"Pakein lah, tangan gue kan sakit". Ia menunjukan tangan kanannya yang sebenarnya tidak kenapa-kenapa.

Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang