Seperti biasa, aku menyiapkan sarapan untuk Calum. Serta sarapan untuk bayiku ini, ini sudah ke-2 bulannya ia menetap di perutku.
"Cal," aku mengguncangkan badannya untuk membangunkannya. Kemarin ia begadang karena menonton serial tv kesukaannya. Entahlah aku tidak tau, aku sudah tidur duluan. "Bangun njir, bukannya hari ini lo dipanggil kan?"
Kemarin papa Calum memanggil Calum untuk mengetest skillnya untuk bekerja si di kantor, dan test itu akan dilakukan hari ini. "Ugh," ia membuka matanya, "pagi,"
Dan ia masih mengerjap-erjapkan matanya, "Cepet bangun, ntar lo telat,"
"Iya ya bawel lo," ia bangkit berdiri dan langsung berjalan ke toilet. Aku pun dengan sigap membersihkan kasur serta melipat selimutnya.
Setelah selesai, aku menunggu Calum turun kebawah untuk sarapan bersama. Aku memasakkan telur mata sapi berisi sosis dan makanan kesukaan Calum, bunur protein. Entah sejak kapan, Calum menyukai bubur protein rendah lemak itu.
"Selamat pagi," Ucap Calum sambil menarik kursi yang ada didepanku. "Selamat pagi juga baby Hood," aku memutar mataku sarkas, kebiasaan Calum.
"Kira-kira lu bakal di test apa ya?" Tanyaku.
"Mungkin tentang komputer sama administrasi perkantoran. Aku takut papa kecewa sih ya, ex-UCLA terus lanjutin ke UNSW tau-taunya ga bisa apa-apa," ucap Calum. Seperti biasa, ia memang suka sekali give up sebelum mencoba.
"Kebiasaan nyerah sebelum nyoba,"
"Ga gitu sih, cuma ga yakin doang," aku membawa piring-piring kotor itu ke wastafel. Lalu mengantar Calum sampai ke depan pintu.
"Lu jam berapa pulang?" Tanyaku.
"Mungkin pas jam makan siang udah pulang, kenapa?"
"Gapapa, eh iya, lu makan siang mau makan disini atau diluar?"
"Nanti gue kabarin, lo hati-hati ya dirumah. Gue berangkat dulu," Calum mencium keningku lalu mengelus perutku dan menciumnya. Kemudian, ia pergi dengan mobilnya.
Setelah itu, aku berjalan ke ruang tv untuk menghilangkan bosan. Bayi di perutku ini adalah alasan aku tidak dibolehkan bekerja. Karena saking malasnya aku minum vitamin, terkadang aku merasa pusing dan jantung bayinya melemah. Maka dari itu, Calum tidak membolehkanku bekerja.
Aku menonton film kesukaanku. Rasanya aneh jika tidak ada camilan, aku pun mencari camilan didalam kulkas. Karena semenjak aku hamil, Calum tidak pernah membeli snack. Ia pasti membeli buah atau makanan sehat yang lain. Aku tidak mengerti ia sangat memperdulikan bayinya. Seorang calon ayah yang baik.
"Shit, cuma ada apel" aku membawa apel itu ke depan tv. Sekarang aku merasa seperti salah satu tokoh yang makan apel dan jadi tertidur, sungguh aku lupa namanya.
Aku menggigit apel itu sambil menonton filmnya. Membosankan karena film yang ditonton sangat seru tetapi camilannya hanyalah apel.
"Telpon pizza," ucapku semangat. Aku pun merogoh saku bajuku untuk menemukan ponselku. Setelah dapat, aku memesan pizza dengan tentunya extra sayur dan tanpa sambal.
Aku harap Calum tidak mengetahui aku memesan pizza.
Setelah lama menunggu, akhirnya pizza yang kupesan sudah datang. Aku membayar pizza-nya lalu memakannya di depan tv.
"I'm home," aku langsung terbelalak kaget. Itu Calum!
Aku susah payah menelan pizzanya dan saat Calum menemukanku didepan tv, ia langsung berkacak pinggang. Aku hanya menyengir menampilkan deretan gigiku padanya.
"Maaf," kataku.
"Lu ih, dibilang jangan makan makanan kaya gini dulu masih aja makan," Calum langsung duduk disampingku dan menatapku yang masih mengunyah pizzanya.
"Ayolah Cal, kali ini doang" aku memutar mata padanya. Ia mengacak-ngacak rambutku lalu ikut mencomot potongan pizzanya.
"Tidak pake saus?" Aku menggeleng, "kenapa?" Ucapnya dengan mulut penuh oleh pizza.
"Gue takut menggunakan saus jadi gue pakeextra-sayur," ia memberikan jempol padaku. Tepat didepan mataku tato DSHnya terlihat.
"Mungkin kalo lo makan pizza mulu, bayinya bakal kaya Michael," aku langsung tersedak dan Calum tertawa sekerasnya. Yakali bayinya bakal seperti Michael, "Michael my bestie,"
"Yakali Cal," lalu tiba-tiba saja ponsel Calum berbunyi. Aku dapat melihat itu sebuah pesan singkat dari papanya.
"See," ia menunjukan ponselnya padaku. "Gue diterima," aku langsung buru-buru memeluk Calum dan mengucapkan syukur pada Tuhan. Ia diterima di bagian sekretaris direktur.
"Selamat Calummmm," aku jadi over bahagia mendengarnya.
"Makasi," aku mencium kening Calum lalu Calum juga mencium keningku dan bibirku lama, "Gue jatuh cinta tiap hari sama lu, Cals"
"Gue ngeliat lu bakal kaya pertama kali kita ketemu lagi," ucapku
"Bocah dong gue, kan kita ketemu pas masih kecil," aku memutar mata. Calum emang kalo diromantisin langsung bercanda.
"Haha maaf, sini cuddle" Calum langsung menarikku kepelukannya.
***
Malamnya aku membantu Calum menyiapkan pakaiannya untuk bekerjab besok. Mulai dari menyetrika bajunya dan berkas yang harus diabawanya.
"Udah nih?" Calum mengangguk. Aku pun meninggalkannya ke alam mimpi.
Calum langsung menyusulku dan menarik selimutnya sampai ke dada, "Gue sayang sama elu Cals," ia mengelus kepalaku. Lalu ia turun ke perutku dan menciumnya, "apalagi sama baby Hood, gue sayang banget"
"Gombal anjing, yaudah tidur gih sana. Besok biar ga telat kerjanya," ucapku.
"Oh iya Cals, lo jangan sering naik dan turun tangga. Mama ga ngebolehin elu terlalu sering naik turun tangga," aku mengangguk didada Calum. "Good night Calista sayang,"
"Too Calum,"
To be continued...
Pendek banget wkwkwk
SLFL START YESTERDAY:'(
Jangan lupa baca Poprock Star yaaa cek works aja:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band : Calum Hood[Sequel]
Fanfiction》Sequel dari The Reason I Love Tom《 Sepasang remaja yang harus menghadapi rumitnya pernikahan di usia muda. Apalagi tingkah mereka yang tidak sedewasa umurnya. Mereka, Calum Hood dan Calista Harris, sepasang remaja yang saling mencintai namun tidak...