Karen's POV
Nada dering handphone membangunkanku dari tidur siangku. Tanganku yang akhir-akhir ini terbiasa mereject panggilan tanpa melihat, kembali melakukan hal yang sama. Buru-buru aku menelepon balik nomor itu begitu melihat siapa peneleponku.
"Halo?" Tanyaku langsung ketika panggilanku diangkat.
Suara tawa-lah yang menjawabku. "Suaramu galak seperti biasanya, Karen."
"Dan kau selalu riang seperti biasanya, Janet. Apa malam ini kau dan suamimu akan bergadang berduaan?"
"Anggap saja itu alasannya. Karen, apa kau punya waktu untukku hari ini?"
Janet menanggapi lelucon mesumku dengan nada santai. Sebuah hal yang jarang terjadi.
Kecurigaan memenuhi pikiranku, membuatku enggan mengiyakan permintaan Janet. Kuputuskan untuk bertanya lebih lanjut. Sekedar mencegah diriku terjebak ke dalam lubang perangkap yang dibuat sahabat-mungil-tapi-isengku.
"Ada apa memangnya, Janet?"
"Aku tidak punya kerjaan di rumah. Lalu aku memutuskan untuk membuat puding kopi kesukaanmu. Kau mau?"
Baiklah. Mungkin aku terlalu berpikiran buruk pada sahabatku ini.
"Aku mau. Aku akan tiba di rumahmu setengah jam lagi."
"Aku tunggu."
**
Aku tiba di rumah Janet sesuai dengan perkiraanku. Wanita mungil berperut besar itu langsung keluar dari rumah begitu aku membunyikan bel rumahnya. Senyuman lebarnya menyambutku saat Janet berjalan pelan menghampiriku.
Keadaan rumahnya tidak banyak berbeda dari kunjungan terakhirku. Barang-barang tertata rapi dan ada wangi harum yang menenangkan di udara.
"Tumben sekali kau membawaku ke ruang makan." Ucapku menyadari Janet mengajakku berjalan melewati ruang tamu, tempat biasa aku bersantai ketika bermain ke rumah Janet.
"Pergantian suasana saja. Aku takut kau bosan dengan ruang tamu rumah ini karena kau sudah berada di sana ribuan kali."
Sesampainya di ruang makan, Janet segera menyodorkanku semangkuk puding kopi buatannya. Senjatanya untuk membungkamku akan pertanyaan-pertanyaan aneh yang berkecamuk di pikiranku.
Senyumanku tidak dapat tertahan setelah suapan pertama. Rasa manis nan menggoda puding kopi itu membuai lidah dan otakku, membuat level kewaspadaanku menurun drastis. Menyadari hal tersebut, mata Janet berubah menjadi mata hewan pemakan daging.
Dan akulah mangsanya yang diumpan oleh semangkuk puding kopi. Bodoh.
"Karen, boleh aku bertanya?"
Aku menelan potongan besar puding kopi lalu mengangguk-angguk.
"Apa masalahmu dengan Jack?"
Dan langsung potongan puding kopi itu serasa melompat keluar dari lambungku. Aku berusaha bersikap tenang saat menjawab pertanyaan Janet. Walau dapat kurasakan kedua bola mataku mulai mengedarkan pandangan ke sekitarku tanpa izin dariku.
"Tidak ada masalah."
"Kalau begitu kenapa kau tidak mau menemuinya?"
"Aku tidak punya keperluan yang mengharuskanku bertemu dengannya."
"Walaupun di minggu terakhirnya di Indonesia?"
Kuabaikan pertanyaan Janet dan memilih berkonsentrasi menghabiskan puding kopiku. Sayang, tadi aku terlalu bersemangat memakan makanan manis ini. Sehingga sudah tidak ada lagi yang tersisa di saat-saat aku paling membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Not Looking
RomanceWarning! Cerita telah diprivate untuk beberapa bagian! Bagi Karen Paulina dan Jack Wilder, usia hanyalah angka belaka. Karena di usia mereka ke 26 pun, mereka berdua tetap membawa hal-hal yang dimulai sejak SMA dan seharusnya berakhir di tahun terak...