Jack's POV
Siapa orang bodoh yang berkata, kebahagiaan akan datang ketika kita melepas orang yang kita sayangi agar dia bisa berbahagia dengan orang lain? Karena dia salah, sangat salah. Aku telah melakukan hal itu dan hasilnya hanya air mata setiap hari, tidak pernah senyuman.
Jangan kalian kira karena aku lelaki aku tidak menangis. Tentu saja aku juga menangis seperti kalian para perempuan. Dan yang kumaksud menangis ini adalah menangis sungguh-sungguh, bukan terlihat sedih atau murung. Aku menangis sampai mataku terasa perih dan bengkak. Aku menangis sampai aku tidak bisa bernafas dengan normal. Aku menangis sampai terasa tidak ada yang tersisa lagi dalam diriku, karena segalanya yang ada di dalamku telah mengering bersamaan dengan tetesan air yang jatuh ke lantai.
Lalu setelah itu, aku juga masih berdoa agar sesuatu yang dimiliki oleh sahabat terbaikku suatu saat bisa menjadi milikku. Aku tidak pernah berhasil memberi suatu senyuman tulus kepada pasangan yang kutahu sedang berbahagia itu. Rasanya sakit setiap saat aku sadar aku tidak pernah bisa memiliki apa yang kudamba begitu lama bahkan walau hanya sehari.
Kalian menganggap kelakuanku ini tidak mencerminkan perilaku pria dewasa? Menurutku juga begitu. Menangis jelas bukan sesuatu yang dilakukan pria dewasa dan menginginkan sesuatu milik orang lain jelas bukan tindakan seorang bijaksana. Segalanya tentang diriku tidak menggambarkan apa yang seharusnya ada di dalamku.
Tapi aku tidak akan menyangkal diriku sendiri. Inilah aku, seorang pria bodoh yang tidak bisa berlaku sesuai umurnya. Kebijaksanaan dan kedewasaan tidak dapat menghampiriku walau aku telah memakai kemeja dan jas dengan ijazah di tanganku. Sepertinya aku juga terkena penyakit Peter Pan karena merasa masih mengenakan seragam putih abu-abu dan tidak pernah ingin menggantinya.
Semua ini hanya karena aku tidak bisa melepaskan cinta kekanak-kanakan masa SMA-ku dan terus melanjutkannya. Cinta yang padahal aku ketahui tidak akan berakhir bahagia. Sebuah cinta sejati.Karen's POV
Kalian tenang saja. Aku tidak akan membuat kalian galau seperti apa yang orang di atas lakukan pada kalian. Dan juga tidak akan kalian temukan diriku menangis histeris dalam cerita ini. Memang aku sempat sedikit menangis di awal cerita, tapi aku berjanji pada kalian, juga pada diriku sendiri, bahwa itu adalah terakhir kalinya. Karena aku adalah Karen Paulina, dan seorang Karen Paulina sampai kapanpun bukanlah wanita rapuh dan lemah yang cerita hidupnya bisa mengundang air mata orang-orang.
Tapi akan kuberitahu alasan kenapa aku bisa sampai kelepasan menangis terakhir kali. Terlahir di keluarga yang tidak kekurangan jelas bukan hal yang menyedihkan. Anggota tubuhku sempurna tanpa cacat dan dapat kukatakan kecantikanku bahkan melebihi kriteria standar. Memang sifatku terlalu meledak-ledak dan ekspresif, tapi aku suka dengan hal itu. Walau akibatnya aku hanya punya satu teman yang dapat mengerti diriku sepenuhnya, namun dia lebih dari cukup untukku. Jadi apa yang bermasalah dengan hidupku yang dapat dibilang sempurna ini? Jack Wilder, si Bule Palsu.
Sejak SMA dia selalu bermasalah denganku bahkan sampai sekarang saat dimana aku tidak pernah melihatnya lagi. Jack selalu menciptakan masalah yang tidak pernah bisa aku sudahi dengan mudah dan masalah kali ini adalah puncaknya. Dia membuatku dan membiarkanku untuk mencintainya di saat dia sedang mencintai sahabat terbaikku, Janet Claudia, yang tidak mungkin mencintainya balik. Tidakkah kalian lihat aku ikut terjerumus ke dalam lingkaran setan yang dia buat? Jadi kalian pasti paham kenapa aku selalu marah-marah ketika bertemu dengannya.
Dan seperti dugaanku, Jack tidak pernah menyadari apapun tentangku dan terus mengejar cintanya secara membabi buta. Benar-benar sesuatu yang mengesalkan untuk menjadi orang yang selalu memandang bukan yang dipandang, kalau kalian ingin tahu. Dan sayangnya aku tidak bisa mengubah hal ini sedikitpun.
Aku bahkan pernah mencoba suatu ide. Ketika kita merasakan sakit yang disebabkan orang lain, otomatis emosi akan terpancing dan rasa benci menghilangkan perasaan apapun yang ada. Contohnya seseorang yang baru saja diselingkuhi pacarnya sendiri. Pasti rasa sakit yang timbul mampu menghapus semua rasa cinta yang ada dari dulu.
Jujur aku lebih memilih membencinya daripada mencintainya. Makanya aku sengaja menyakiti hatiku dengan berbagai hal jelek tentang Jack atau bayangan Jack dengan Janet, apapun, agar rasa ini segera hilang. Tidak berhasil. Kulakukan setiap hari dari entah berapa tahun yang lalu dan tidak ada yang berubah. Selalu dan selalu ada hal-hal kecil tentang betapa menyenangkan memiliki perasaan ini, membuatku tidak dapat membuangnya.
Itu sebabnya aku mengambil bagian yang berbeda dalam cerita ini. Berbeda dengan dirinya yang memulai cerita ini dengan gambaran bahwa cinta itu menyakitkan, aku memulai dengan hal-hal kecil yang cinta menyakitkan dapat tunjukkan. Ini bukan cerita yang bahagia untukku, tapi anehnya aku dapat menggambarkan perasaan bahagia.
Jangan kalian pikir aku orang yang fanatik dengan cinta setelah mendengarku mengucapkannya berkali-kali tadi. Tapi karena aku telah berpengalaman dalam hal cinta tak berbalas yang mestinya sangat menyakitkan ini, aku mempercayai sesuatu. Entah bagaimana akhir ceritaku, atau seluruh cerita cinta yang ada, semuanya pasti akan mengarah ke sesuatu yang baik. Itulah yang dapat dilakukan sebuah cinta kepada semua orang. Sebuah cinta sejati.-The prince I adore is the one who act as a jerk around me, yet I still love him this much. How sweet is that.-
Silakan dilihat part terakhir "Cold Marriage" dengan judul yang sama dengan ini. Di sana ada cuplikan cerita ini^^ selamat menikmati
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Not Looking
RomanceWarning! Cerita telah diprivate untuk beberapa bagian! Bagi Karen Paulina dan Jack Wilder, usia hanyalah angka belaka. Karena di usia mereka ke 26 pun, mereka berdua tetap membawa hal-hal yang dimulai sejak SMA dan seharusnya berakhir di tahun terak...