4

7.8K 461 1
                                    

SATRIA memulai hari nya seperti biasa, bangun pukul enam pagi, mandi, lalu merapihkan apartemen nya. Ya. Dia tidak tinggal bersama kedua orang tua nya. Kedua orang tua nya tetap menetap di Bali, karena tuntutan pekerjaan akhirnya Satria memutuskan untuk pindah di Jakarta. Dengan alasan, agar tidak terlalu jauh menuju bandara tempat ia di tugas kan. Bandara Soekarno Hatta. Saat mengetahui bahwa ia di tempatkan di bandara tersebut, Satria sangat gembira. Karena ia bisa dekat kembali dengan Sahabat kecil yang dahulu ia tinggalkan.

Beruntung nya walaupun ia berpisah dengan sahabat kecil nya ia tidak pernah melepaskan tali silaturahmi. Mereka masih saling bertegur sapa lewat social media. Sehingga tidak susah bagi Satria untuk menemukan sahabat kecil nya itu.

-

Akhirnya Dean bisa menghembuskan nafas lega nya, setelah tiga jam ia bersama para monster kecil yang sangat susah di atur. Tapi Dean sangat senang menjalani ini semua, karena ia sangat suka dengan anak-anak. Setelah para monster kecil itu keluar kelas. Akhirnya Dean memutuskan untuk kembali menuju Kantor Guru yang berisi deretan meja guru beserta para guru yang telah selesai mengajar.

"Permisi.." Salam Dean. Lalu ia menghampiri meja milik nya.

"Mba Dean!" Panggil seorang wanita kepala tiga yang berprofesi sebagai guru juga. Mba Mila. Guru dari anak-anak kelas 5, yang sudah bekerja di Sekolah tersebut jauh lebih lama dari Dean. Selama Dean mengajar, hanya Mba Mila yang sangat dekat sekali dengan Dean. Wajar saja, kebanyakan guru yang mengajar di Sekolah tersebut sudah kepala empat.

"Apa mba?" Mba Mila berjalan menghampiri Dean lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Dean.

"Kamu kaya gimana sama si..." ia berfikir. "Sopo jeneng e? Satrio?"

"Satria mba?" Gosip mode : ON.

"Iya, gimana? Udah di tembak?" Dean yang mendengar nya langsung tertawa. Mana mungkin? Dia hanya sahabat seorang Satria. Walaupun "terkadang" Dean mengharapkan lebih.

"Engga mba."

"Mba kira udah di tembak, ganteng loh Satria. Jangan di lepas, Dee." Tentu Dean tidak akan melepas sahabat nya itu untuk kedua kali nya.

"Mba tau dari mana Satria ganteng?"

"Mba udah punya Instagram." Mba Mila menunjukan layar handphone nya kepada Dean. "Mba udah follow kamu, follback yoo.. mba juga barusan nge-stalk." Oh sungguh gaul ibu muda yang satu ini.

"Sip nanti aku follback."

"Yowis, udah lah aku mau pulang. Jangan lupa di love juga postingan mba." Dean yang mendengar nya hanya mengangguk. Bagaimana pun ia harus menghargai orang yang lebih tua. Mba Mila berjalan meninggalkan Dean.

Mendengar cerita mba Mila tadi, Dean jadi mengingat Satria. Sedang terbang menuju kemana kah pria itu?

Berkelana mengelilingi cakrawala, menikmati setiap keindahan ciptaan sang kuasa. Sejauh apapun Satria berkelana. Dean selalu yakin bahwa ia akan kembali. Setiap ia tidak bersama dengan Satria, Dean akan selalu mengingat bahwa "Setiap jarak akan menjadi kerinduan, waktu yang kita lalui akan menerbitkan sebuah harapan. Selama aku tidak bersama, gantikanlah canda dengan doa."

Dean mengingat permen yang Satria berikan kepada nya. Ia mencari plastik kecil yang selalu ia bawa. Dan pasti isinya adalah permen pemberian Satria. Ia mengambil satu buah permen, membuka bungkus nya lalu memakan nya. Setelah itu ia mengambil tas yang ia bawa, lalu berpamitan pulang kepada beberapa guru yang tersisa di ruangan tersebut.

Satria! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang