DEAN melangkahkan kaki nya dengan terburu-buru. Mata kuliah nya lima menit lagi akan di mulai tetapi Dean masih belum juga menemukan ruang yang ia tuju. Dean masih terus berjalan. Mulut nya terus bergumam "Gedung D. Gedung D." Dean menengok ke kanan dan kiri nya. Mencari seseorang yang bisa ia tanya. Karena sangat tidak memungkin kan ia bisa menemukan gedung tersebut di Universitas yang besar ini. Dean menemukan pria sedang duduk sambil membaca buku di kursi taman yang menghadap ke danau yang berada di kampus tersebut.
"Mas!" Dean sudah berdiri di depan pria tersebut. Pria ber kemeja hijau army, celana bahan hitam serta dasi berwarna hijau lebih muda dari kemeja nya. Tak lupa sepatu pantofel yang sangat mengkilap membaluti kaki nya. Pria itu mendangak kan kepala nya.
Pria itu terkejut saat melihat wanita yang ada di hadapan nya. "Kak Dean?" Pria itu menaikkan sebelah alis nya.
Dean pun terkejut. "Loh Esa! Kok ada di sini?" Tanya Dean.
Esa lebih terkejut dari pada Dean. Ia masih tidak menyangka akan bertemu dengan sahabat kakak nya di tempat yang tidak terduga ini. "Ka Dean juga ngapain di sini?" Esa berdiri dari duduk nya sambil terheran-heran.
Ayo Dean jangan membuang-buang waktu mu. Kau sedang dalam ambang keterlambatan di hari pertama kuliah mu. Peringatan dari pikiran nya. "Kakak gak bisa jawab sekarang. Sekarang kamu tau gak gedung D?" Ucap Dean dengan panik.
"Oh itu." Esa menunjuk Gedung yang berada di sebelah kanan dari nya. Dan sebelah kiri dari Dean.
"Oke. Duluan ya!" Dean melesat meninggalkan Esa.
Dari jauh Dean menatap papan petunjuk yang berada di setiap ruangan. Dan ia menemukan kelas nya. Setelah itu Dean menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya. Dua menit lagi kelas akan di mulai. Dan kelas nya masih berada sepuluh meter di hadapan nya. Ia bisa jalan perlahan sambil menetralkan nafas nya. Dean pun melakukan itu sambil membetulkan tata-an rambut oval milik nya. Lalu memasuki kelas yang ternyata sudah penuh dengan para mahasiswa dan belum ada dosen yang menghuni nya.
Tatapan nya menjuru. Kursi yang berada di kelas ini adalah kursi perseorangan dengan meja yang menempel di kursi tersebut. Semua kursi di tata menjajar. Jadi mau di mana pun ia duduk dia pasti akan memiliki teman yang akan duduk di samping kanan dan kiri nya. Dean memutuskan duduk di barisan pertama agar ia bisa dengan jelas melihat dosen yang sedang menjelas kan. Dean duduk di kursi yang ia tuju. Masih mengatur nafas.
"Gak usah terburu-buru. Kata nya dosen mata kuliah ini suka ngaret." Dean refleks menoleh. Ternyata teman di samping nya berbicara kepada Dean. Wanita berwajah arab dengan rambut yang sengaja di cat berwarna cokelat. Bisa di lihat dari perbedaan antara rambut dengan alis nya.
"Oh ya?" Tanya Dean sambil tertawa kikuk.
"Gue Amanda." Wanita itu menyodorkan tangan nya dan di sambut oleh salaman dari Dean.
"Dean."
-
"Satria! Kenapa nama kamu Satria?" Tanya gadis kecil berumur 5 tahun lebih muda tiga tahun dari dirinya. Tangan gadis tersebut menunjuk tepat di dada Satria. Satria hanya terdiam, berfikir dan tidak tahu harus menjawab apa. "Kakak ku selalu cerita sama aku kalau nama kamu bagus." Ucap gadis itu lagi.
"Emang nya kenapa?" Tanya Satria kepada gadis kecil itu.
"Katanya Satria itu pahlawan di istana yang suka nolongin rakyat sama Raja sama Ratu." Jelas gadis kecil tersebut. "Andai aku bisa jadi Ratu." Lanjut gadis itu lagi dengan pandangan menimang-nimang.
"Wah keren. Emang nya kenapa kamu mau jadi Ratu?" Tanya Satria.
"Biar aku bisa di lindungin kamu. Kan kamu Satria." Jawab gadis itu dengan muka sedih nya. Ia sedih karena ia terlahir bukan sebagai Ratu tetapi sebagai gadis kecil bernama Deandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satria! (COMPLETED)
Romance"Kenapa lo suka pesawat?" "Soalnya gue mau jadi pilot." "Kenapa mau jadi pilot?" "Nanti gue bisa terbang, jauh.. Bebas."