31

5.2K 300 9
                                    

SATRIA menatap hamparan sawah nan luas yang berada di hadapan nya. Kuning merata dengan padi-padi yang sudah merunduk. Berbahagialah para petani itu karena musim panen segera tiba. Tangan Satria menggenggam besi pembatas yang berada di balkon belakang Villa tempat Bayu serta isteri nya singgah. Hembusan angin menampar wajah nya. Sejuk ia rasakan.

"Aku kira kamu di mana.."

Satria membalikkan badan nya. Seorang wanita berdiri di daun pintu tengah menengguk minuman yang berada di dalam sebuah cangkir pada genggaman kedua tangan nya.

"Cie nyariin aku.." Ucap Satria dengan senyuman menggoda nya.

"Apaan sih." Ucap wanita tersebut. Alis nya ia tautkan sekejap. Pertanda tidak suka.

Wanita itu menaruh teh yang ia buat di meja kecil yang terdapat di balkon tersebut lalu wanita tersebut menghampiri Satria. Tatapan mereka kembali pada hamparan sawah. Menikmati pemandangan tersebut dengan hati yang menggebu-gebu seperti angin yang menampar kulit mereka.

"Dee!"

Yang di panggil langsung menoleh. Tangan kanan Satria merogoh saku celana bahan hitam yang ia kenakan. Dua buah permen ChupaCups ia keluarkan. Sementara tangan kiri nya meraih tangan kanan Dean. Dua peremen tersebut ia taruh di tangan kanan Dean.

"Buat kamu." Ucap Satria.

"Lagi?" Tanya Dean. Dean menatap kedua permen tersebut. Ternyata hanya satu permen yang memiliki kata-kata. Dan kata tersebut adalah "Kita". Dean kembali menatap Satria. "Aku masih gak ngerti apa maksud kamu ngasih permen-permen berkata-kata ini." Dean mengambil nafas terlebih dahulu sebelum berucap kembali. "Yang aku tau maksud kata 'Kita' dari permen ini. Kalau kedua permen ini adalah 'Kita'." Jari telunjuk nya menunjuk salah satu permen. "Yang ini aku." Lalu menunjuk permen yang lainnya. "Dan yang ini kamu. Benar kan?"

Satria mengambil permen yang belum memiliki tulisan dari genggaman Dean. Lalu menuliskan sebuah kata menggunakan pulpen yang selalu ada di seragam nya. "Kamu sedikit benar. Tapi..." Satria memberikan peremen itu kembali ke Dean. Dean membaca kata yang terdapat di permen tersebut. "Ada salah nya." Lanjut Satria. Yap. Kata Salah yang Satria tulis.

"Terus apa dong maksud nya?" Dean menautkan kedua alis nya sambil menatap Satria.

"Kepo deh." Satria mencubit sebelah pipi Dean. "Udah yuk siap-siap kita pulang." Satria berjalan meninggalkan Dean. "Pulang ke rumah Mama ku maksud nya." Lanjut Satria tanpa menatap Dean.

Dean merasa kesal karena tidak di beri tahu. Tapi mau bagaimana lagi kalau Satria nya tidak mau memberitahu. Dean mengambil cangkir teh yang ia bawa tadi lalu berjalan memasuki Villa kembali.

-

"Ternyata Dean udah gede ya? Udah cantik." Dean mengangguk. Sebuah senyuman terukir di bibir tipis nya.

"Kamu ini. Ya kali Dean kecil melulu. Kalau Dean ini kecil melulu, si Satria pun kecil melulu." Ucap pria paruh baya yang berada di ruangan tersebut. Papa nya Satria.

Dean, Satria, Mama dan Papa nya Satria. Sebuah pertemuan yang membuat Dean sangat canggung. Memang. Ini buka pertemuan pertama Dean dengan kedua orang tua nya Satria. Tapi karena setelah sekian lama tidak bertemu dan keadaan nya sudah berbeda. Dean merasa sangat canggung.

"Papa ingat. Kalian dulu suka kabur ke taman komplek. Masih ada enggak itu taman nya Sat?" Tanya pria paruh baya tersebut kepada Anaknya.

"Ada Pa."

-

Dean menaruh koper serta barang bawaan lainnya di atas kasur. Pandangan nya tertuju kepada seluruh ruangan. Ruang Kamar Tamu milik keluarga nya Satria. Dean menghampiri gorden berwarna cream ke emasan yang berada tidak jauh dari nya. Menarik gorden tersebut dan menemukan pintu kaca di balik nya. Dean memutar gagang pintu lalu menarik pintu tersebut. Lalu berjalan ke balkon yang berada di sana. Tidak ada apa-apa di balkon berukuran empat kali dua tersebut. Hanya ada pemandangan taman belakang rumah Satria dan hamparan langit malam dengan beribu bintang di atas sana. Dean menatap bintang-bintang tersebut. Menarik nafas dalam-dalam lalu membuang nya. Suasana kamar ini sama seperti kamar Dean yang berada di Rumah Kak Bruno. Beda nya kalau di Rumah Kak Bruno. Dean hanya dapat melihat pemandangan taman kecil depan rumah dan jalan perumahan.

Satria! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang