SATRIA berjalan menuju garasi rumah nya memasukkan tas golf nya ke jok belakang lalu ia kembali masuk ke dalam rumah. Mengambil barang yang lupa ia bawa. Setelah mengambil barang yang ia butuhkan Satria kembali menuju mobil nya.
"Mau ke mana lo?" Seseorang menepuk bahu nya. Satria membalikan badan nya dan menemui pria berkemeja hitam dengan dasi berwarna gold."Main Golf sama Bayu." Jawab Satria atas pertanyaan yang di lontarkan. "Lo ngapain ada di sini? Bukannya ngantor." Tanya Satria dengan alis yang terangkat sebelah.
"Ada yang ketinggalan." Jawab Esa dengan senyuman manis nya. "Lain kali kalo mau main golf hari libur. Biar gue ikut."
"Gue bilang juga apaan. Jangan jadi orang kantoran yang libur nya Sabtu-Minggu doang. Mending jadi pilot." Ucap Satria dengan tatapan remeh.
"Ye sialan. Udah sono dah lu pergi, main golf aja gak usah pulang sekalian." Usir Esa sambil mendorong bahu Satria. Satria hanya terkekeh sambil masuk ke dalam mobil nya.
"Eh iya. Mama sama Papa nanti malam ke sini. Harus di pastiin makan malam nanti lo balik Sat." Teriak Esa. Satria hanya mengacungkan ibu jari nya lalu pergi meninggalkan rumah nya dengan mobil nya.
-
Dean merapihkan baju yang ia bawa. Memindahkan satu per satu bajunyabke dalam lemari kecil yang tersedia di kontrakan nya sekarang. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Besok pagi jam tujuh tepat ia harus sampai di tempat ia kuliah untuk mengurus beberapa berkas beasiswa nya. Lalu siang nya ia di ajak Mbak Dudette untuk menuju ke Sekolah tempat ia akan mengajar selama kuliah nanti.
"Tringgg... Tringgg..."
Handphone Dean berbunyi. Dean mencari handphone nya yang entah di mana. Dean membuka-buka tas kecil yang ia bawa tapi hasilnya nihil. Ringtone handphone sudah berhenti tetapi handphone tersebut tidak juga ketemu.
"Tringgg.. tringgg..."
Handphone nya kembali berbunyi. Dean mencari nya di dalam koper dan sama seperti sebelum nya. Nihil. Dean menajamkan indra pendengaran nya. Tangan nya ia taruh di kuping untuk memperjelas suara handphone nya. Dean membuka sprei kasur nya dan menemukan handphone nya berada di situ. Yap. Dean baru ingat saat sampai di kontrakan nya tersebut Dean melempar handphone nya ke kasur tanpa sprei yang berada di kontrakan barunya tersebut. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka lalu setelah itu ia memasang sprei yang tersedia untuk kasurnya. Lalu selanjutnya ia merapihkan baju nya. Mungkin saat ia memasang sprei secara tidak sadar bahwa handphone nya berada di situ sehingga handphone nya tertutup sprei.
Dean menatap layar ponsel nya untuk mengetahui siapa yang menelponnya.
"BroBrun"
Nama yang tertera di layar. Yang tak lain dan tak bukan adalah kakak nya sendiri. Dean menekan ikon telepon berwarna hijau. Menempelkan handphone tersebut di telinga lalu.
"Hallo?"
"Iya Dee udah sampai. Sorry."
"Hallo Kak Saras."
"Iya Dean besok pagi mau ke kampus dan siang nya ke Sekolah tempat aku bakalan ngajar."
"Oke."
"Iya."
"Sip Boss!"
"Oke!"
"Ya udah ya."
"Kalian juga baik-baik di sana."
"Bye bye!" Telepon pun berakhir di akhiri kecupan dari Dean. Dean menghelakan nafas nya. Ternyata kakak nya menelpon untuk mengetahui kabar diri nya. Setelah sampai di Jogjakarta siang tadi, Dean lupa memberikan kabar kepada Kak Bruno maupun Kak Saras. Padahal sebelum berangkat kemarin Kak Saras dan Kak Bruno sudah mewanti-wanti Dean untuk memberikan mereka Kabar setiba nya di Jogjakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satria! (COMPLETED)
Romansa"Kenapa lo suka pesawat?" "Soalnya gue mau jadi pilot." "Kenapa mau jadi pilot?" "Nanti gue bisa terbang, jauh.. Bebas."