28

5.4K 295 13
                                    

DEAN tidak tahu sedang ada di mana ia sekarang. Yang terlihat di kanan dan kiri nya hanya berwarna putih polos, seolah-olah ia sedang berada di dalam kardus berwarna putih. Ia terus berjalan hingga akhirnya ia menemukan bulan yang terlihat begitu dekat dengan nya. Bulan berwarna orange di dominasi warna kuning seperti bulan pada lukisan Van Gogh.

"Wah supermoon." Gumam nya. "Pasti akan sangat indah jika ia melihat nya lebih dekat."

Dean menengok kan kepala nya ke sebelah kiri dan menemukan restoran Italia bertembok putih yang di dominasi oleh jendela, pintu dan plang restoran berwarna cokelat bersemburat kayu. Dean memutuskan untuk masuk ke Restoran tersebut, menaiki tangga yang tidak tahu mana ujung nya. Tiba-tiba seorang pria menepuk bahu nya. Dean membalikan badan nya. Nuga menatap nya dengan tatapan memohon. Dean menggelengkan kepala nya. Lalu ia membalikkan kembali badan nya. Ternyata ia sudah ada di ujung tangga, kursi-kursi beserta meja tertata di ruangan putih tersebut. Dean bisa melihat sebuah meja dengan dua kursi yang berada di balkon. Seorang pria berdiri sambil melambaikan tangan nya kepada Dean. Dean tidak tahu siapa dia, karena ia tidak menggunakan kacamata nya. Muka pria tersebut tidak dapat terlihat jelas oleh Dean. Dean memutuskan untuk mendekati pria itu. Saat Dean mendekati, pria itu tersenyum sangat menawan hingga pandangan Dean tepikat oleh senyuman pria tersebut. Mata Dean dan mata pria tersebut saling mandang dengan pandangan teduh.

"Kringgg.... kringgg..."
Mata Dean langsung terbuka. Dean terdiam sejenak. Menatap jam weker yang sedari tadi menyala. Dean berusaha mengingat apa mimpi yang baru saja ia alami. Yang ia ingat hanya Ruang putih, supermoon, Nuga dan senyuman seorang pria. Dan bodoh nya Dean lupa bagaimana bentuk wajah si pria tersebut. Dean bangun dari kasur nya lalu memencet tombol yang berada di atas jam weker nya. Mengambil handuk lalu berjalan ke dalam kamar mandi dengan langkah terseret. Mungkin ia akan mengingat wajah pria tersebut. Dean tertawa mengingat mimpi nya itu. Sangat kekanak-kanak an.

Dean melihat keranjang kecil yang berada di kamar mandi nya, tempat nya biasa menaruh alat mandi nya. Dean menepuk dahi nya ternyata ia lupa membeli shampoo yang kebetulan habis. Dean kembali ke kamar nya. Melempar handuk ke kasur lalu mengambil jaket yang berada di jet lag belakang pintu kontrakan. Mengambil dompet yang berada di meja rias. Lalu berjalan meninggalkan kontrakan yang sebelum nya ia kunci terlebih dahulu.

Hingga akhirnya Dean sampai ke tempat yang ia tuju. Toko yang berada tidak jauh dari kontrakan nya. Toko lumayan besar yang ia ketahui pemilik nya adalah ibu-ibu keturunan Cina yang baik kepada para pengontrak. Kenapa? Karena ibu-ibu itu dengan baik nya membolehkan para pengontra untuk mengutang. Dean berjalan di lorong-lorong toko. Mencari shampoo dan sabun lalu berjalan ke meja kasih untuk membayar nya.

Ia menaruh dua barang tersebut ke meja kasir. Sang ibu pemilik toko menghitung harganya dengan manual alias menggunakan mulut nya. Mata Dean terpaku kepada rak yang berada di belakang ibu toko tersebut. Dean menyipitkan mata nya berusaha mengetahui apa benda tersebut.

"Bu itu Chupa Cups ya?" Tanya Dean sambil menunjuk. Ibu tersebut membalikan badan nya.

"Iya dek." Jawab ibu toko.

"Mau dong. Ada yang rasa Strawberry gak?" Karena tidak mau di repotkan ibu toko mengambil permen Chupa Cups tersebut dengan toples-toples nya. Dean memilih-milih permen nya, mencari rasa Strawberry tanpa susu. Lalu ia mendapatkan lima permen dengan rasa yang ia inginkan. Membayar nya lalu pergi meninggalkan toko tersebut dan kembali ke kontrakan nya dengan sekantung keresek permen serta shampoo dan sabun.

-

"Lo seriusan Sat?" Tanya Bayu dengan air wajah yang meminta kepastian.

"Yakin bakal di terima? Dia baru banget kuliah loh." Tanya sekaligus penjelasan wanita yang berada di samping Bayu.

Satria! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang