DEAN sedang mengeringkan rambut nya menggunakan handuk yang sudah berada di kepala nya. Mengusap-usap rambut nya menggunakan handuk tersebut beberapa kali lalu. Melilitkan handuk tersebut di rambut nya.
Setelah itu Dean berjalan menuju meja rias di kamar nya. Yang sudah terdapat se-bouquet bunga di atas nya. Dean menatapi bunga tersebut sambil bertanya-tanya dalam hati. Siapa yang memberi nya bunga seindah ini? Bunga mawar berwarna Putih dan Biru dengan pita senada yang mengikat nya. Dan mengapa sang pengirim hanya menyelipkan kata-kata..
"Bahagia terus, Dee! Semangat!"
Apa maksud nya? Kalau yang mengirim bunga ini Nuga. Untuk apa Nuga mengirimkan kata-kata tersebut pada nya? Karena jelas-jelas ia tidak meminta Nuga untuk menyemangati nya dan menyuruhnya bahagia.
Apa mungkin Satria? Tapi sudah beberapa minggu ini ia dan Satria miss communication. Mungkin ini bunga dari Nuga. Karena Nuga mengajak nya datang ke pembukaan restaurant nya. Dan kata-kata itu di berikan karena tadi Nuga melihat nya sangat kelelahan sepulang mengajar. Tapi Dean sangat penasaran siapa yang mengirim nya. Mungkin Dean harus memastikannya kepada Nuga dan berkata Terimakasih. Jika benar dia yang mengirim nya.
Dean pun mengambil handphone nya yang berada di samping bouquet bunga tersebut. Mencari kontak Nuga dan menelpon nya.
"Hallo?" Sapa Nuga dari sebrang sana. "Ada apa Dee?"
"Oh ini Ga. Aku mau nanya..." Jawab Dean menggantung.
"Iya?"
Setelah mendapat sahutan dari Nuga. Dean berfikir bagaimana cara ia bertanya kepada Nuga. Dean menggigit bibir bawah nya sambil berfikir.
"Kamu ngirim aku Bunga?" Akhirnya kata-kata tersebut berhasil keluar dari mulut Dean.
"Kamu mau aku kirim Bunga?" Tanya Nuga di sebrang sana.
"Engga Ga! Engga. Yaudah, udah dulu ya. Bye." Jawab Dean.
"Loh?"
"Udah ya. Maaf gangu ya Ga. Bye." Dean langsung memutuskan sambungan telepon nya. Lalu ia merebahkan tubuh nya di kasur yang berada tidak jauh dari nya. Mata nya terus menatap langit-langit kamar yang berwarna putih polos dan memikirkan siapa pria misterius yang mengirim nya bunga hingga ia terlelap melenyapkan segala argumen yang memenuhi kepala nya.
-
Dean menghabiskan waktu malam minggu nya di rumah Kak Bruno. Sudah beberapa malam minggu ia lewati dengan cara berdiam diri di apartement nya. Dean merasa sangat bosan dan akhirnya ia memutuskan untuk menginap di rumah Kak Bruno.
"Kamu sama Satria masih sering kontak-an?" Seorang pria yang tak lain adalah Kak Bruno bertanya kepada Dean.
Dean dan Kak Bruno kini sedang ada di ruang Teve alias Ruang Keluarga untu menonton film favorite mereka. Chappie.
"Biasa aja." Jawab Dean sambil mengambil cangkir berisi teh hangat yang berada di meja depan nya.
"Kakak nanya nya masih atau enggak, Dee?" Kak Bruno memperjelas pertanyaan nya.
"Ya masih. Tapi...," ucapan Dean tergantung. Kepala nya langsung tertunduk dan berkata. "Jarang."
"Loh kok? Terus tanggal dua puluh delapan kemarin. Pas kamu pindah dia dateng?" Kak Bruno bertanya lalu menaikkan sebelah alis nya merasa heran.
"Enggak." Jawab Dean masih dengan wajah yang tertunduk menatapi teh pada genggaman kedua tangan nya.
"Loh kakak kira dia dateng sebelum Kakak sama Kak Saras ke apartement kamu. Soalnya dia nge-SMS kakak katanya mau dateng tapi telat gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satria! (COMPLETED)
Romance"Kenapa lo suka pesawat?" "Soalnya gue mau jadi pilot." "Kenapa mau jadi pilot?" "Nanti gue bisa terbang, jauh.. Bebas."