BAB 1

104K 4.4K 159
                                    

Greenzone adalah momok mengerikan bagi anak-anak SMA Nusa bangsa, alasannya adalah karena green zone secara gak langsung adalah sarang penyamun―gerombolan anak nakal di Nusa Bangsa. Dan juga karena mitos kuntilanak merah di greenzone. Tapi buat Basel, greenzone sama sekali gak nakutin dia. Karena, pertama dia gak takut sama kunti, dan kedua adalah alasan orang-orang begitu takut dengan greenzone adalah karena dia.

Dan teman-temannya juga sebenarnya.

Basel menghembuskan asap rokok yang ada dibibirnya, dan kemudian menyentil puntung rokoknya ke selokan didepan dia. Dipikir-pikir ironis juga ketika tempat ini dijadikan sarang buat ngerokok sementara namanya greenzone.

"Bas, Damien ketemu!"

Dia mendongak dan melihat Ilham menyeringai menatapnya, dia berdecih dan kemudian dengan malas bangun. Tangan Basel mengusap belakang lehernya dengan kasar. "Bawa kesini." Tukas Basel dingin.

"Siap!" seru Ilham dengan berlebihan sambil memberinya hormat.

Damien adalah pembawa bencana, harusnya dia gak segoblok itu buat ngebiarin Damien ikut ke Bina Putra kemaren. Sekarang bibirnya sobek dan rahang Basel berwarna ungu, bukan hal kesukaannya. Apalagi ketika orang yang dia panggil Ibu bertanya ini itu padanya.

Saat menyerang SMA Garuda kemarin, Damien malah jadi pecundang dan kabur saat melihat orang-orang yang mengerubungi komplotan mereka. Mereka kalah jumlah pas itu. Dan bukannya membantu tapi Damien malah kabur.

'Banci,' desis Basel dalam hati.

Nginget gimana Damien malah kabur dan ninggalin mereka semua, bikin kepala Basel jadi panas lagi. Kurang ajar, baru sekali ini dia ngerasa goblok banget. Harusnya dia dengerin Tama aja waktu bilang Damien itu pengecut abis.

"Bas," panggil Ed.

Dia melirik kearah Ed yang lagi ngerokok dipojokkan, dia ngangkat sebelah alisnya.

"Jangan kejam-kejam ye, ntar kegap Pak Rusli, susah lagi," kata Ed dengan logat betawinya, cengiran dibibir Ed makin lebar. "Gue jelasin ke Bokap susah payah, ntar kalau dipanggil ketauan dong gue kalau kemaren berantem bukannye kejedug pintu."

Basel mengangguk singkat, kemudian dia menatap lurus lagi kegerbang. Dan tepat saat itu diujung sana Damien digeret oleh Eka dan Ilham, mukanya keliatan panik pas tatap mata sama Basel. Iyalah panik. Orang goblok mana di SMA Nusa Bangsa yang gak mendadak panik kalau udah berurusan sama Basel?

Dengan kasar Eka ngedorong Damien kedepan Basel, orang brengsek itu jatoh dengan posisi yang sangat pas. Berlutut. Godaan buat nendang muka Damien sangat kuat, yang untungnya bisa dia tahan. Gak seru banget kalau belom apa-apa tapi Damien udah bonyok atau pingsan.

"Gue rasa lo harusnya tau kenapa," ucap Basel dengan nada datar.

Damien tidak menjawab, orang itu malah membuang mukanya.

"Dengan bersikap pengecut kemaren, harusnya gue abisin lo aja langsung sekarang," Basel mengangkat Damien dengan kerahnya, hingga sekarang dia menatap mata Damien. "Goblok banget sih anjing! Kalau lo emang pengecut, ya jangan ikut! Bikin susah! Nyadar gak sih apa akibat yang lo bikin kemaren!"

Damien bergerak-gerak berusaha melepaskan diri dari Basel. Pas usaha itu sia-sia, Damien menatap Basel dengan mata berapi-api. "Terus gue harus gimana! Kalau gue bilang engga, lo pasti gebukin gue! Apa bedanya!"

Suara Damien yang meninggi membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang, tangan kanan Basel terayun dan kemudian suara tulang yang beradu membuat semua orang merenyit. Tapi Basel tidak berekspresi sedikitpun, bahkan setelah darah mengucur dari hidung Damien.

Basel & TashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang