BAB 9

35.8K 2.3K 79
                                    



Dibawah hujan bulan januari, tubuh Kak Basel menjulang melindunginya dari tatapan cowok aneh itu. Sementara matanya terlihat khawatir, ekspresi wajahnya terlampau dingin membuatnya ragu.

"Gak apa-apa?"

Pertanyaan tersebut diulang kembali oleh Kak Basel, membuat dirinya terkesiap. Kemudian perlahan dia mengangguk, masih terlalu terkejut akan apa yang terjadi. "Iya," ucapnya pelan.

Kemudian Kak Basel memutar badannya hingga sekarang dia berada di belakang badan Kak Basel, tubuh tegapnya membuat Tasha tersembunyi dari cowok aneh itu. Tangan besar Kak Basel masih menggenggam tangannya dengan erat, membuat perasaan aman muncul begitu saja.

Suara cowok aneh itu kemudian terdengar. "Ngapain lo disini?"

"Lo jangan macem-macem. Gue mungkin sendiri, tapi gue lebih dari mampu buat ngabisin lo," ucapan Kak Basel membuatnya tersentak kaget, dia menggenggam tangan Kak Basel lebih erat.

Kalau mereka sampai berantem gimana? Dia bisa apa? Mereka ini banteng dan dia segede kelinci, mana bisa dia ngelerai mereka?

"Cewek lo?" tantang Aldo. Kak Basel yang diem aja bikin Aldo tertawa sinis. "Bukankan? Siniin makannya."

Dan saat Aldo ngambil langkah maju, Kak Basel mundur nabrak dia. Masih dengan posisi melindunginya. "Lo maju selangkah lagi, gue dengan senang hati hias muka lo."

"Tenang dong, kok lo emosi?"

"Kak," cicitnya berusaha membujuk. "Udah Kak. Kita pulang aja."

Dan saat Kak Basel gak ngedengerin omongan dia, dia narik ujung jaket Kak Basel. Berkali-kali hingga akhirnya Kak Basel menoleh menatapnya, mata itu berbeda dari biasanya.

"Cemen banget sih gara-gara cewek terus lo mundur?" tantang Aldo.

Tasha menggigit bibirnya, dengan lirih Tasha berkata. "Jangan didengerin kak..."

"Kalau lo senurut itu...tunggu, atau dia cewek lo beneran?"

Kak Basel berbalik cepat menatap Aldo. "Itu bukan urusan lo."

"Kak," dia menarik jaket Kak Basel makin keras. "Udah Kak."

Keheningan terlalu mencekam, dia bahkan gak sadar kalau dirinya mencengkram tangan Kak Basel terlalu erat. Waktu berlalu terasa terlalu lama, hingga akhirnya Kak Basel mundur dan berjalan sambil menggenggam tangannya.

Baru Tasha dapat menarik nafas lega, suara Aldo dengan sinis terdengar lagi.

"Pengecut," ujar Aldo. Kemudian orang itu bicara lagi, tapi dia bersumpah dia bisa melihat seringai bahkan hanya lewat suaranya. "Diajak pulang langsung nurut gitu aja."

Dia merasa bersyukur saat dia berhasil menggenggam tangan Kak Basel dengan erat, karena hal itu membuat gerakan Kak Basel terhenti. Hampir saja Kak Basel berderap kearah Aldo, dan dia sudah bisa menebak apa yang hendak Kak Basel lakukan.

Hal terakhir yang Tasha inginkan adalah masalah.

"Kak!" jeritnya saat tubuhnya ikut terseret Kak Basel.

"Jangan banyak bacot anjing!" maki Kak Basel.

Aldo menyeringai mengejek. "Sini maju kalau lo emang berani!"

"Kak please," bujuknya dengan suara sememelas mungkin.

Lama sekali tidak ada suara yang keluar diantara mereka semua, dan dia sudah basah banget. Tapi Tasha gak berani berbuat apapun dan berdiri begitu saja. Kak Basel menarik nafasnya dan menghembuskannya erat-erat. Berkali-kali, hingga akhirnya yang terdengar cuman suara air hujan yang beradu dengan tanah.

Basel & TashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang