Oh ini gak awkward. Gak kok, serius. Semua orang bisa lihat dari senyuman Tasha yang lebarnya udah kayak wanita bermulut sobek―kuchisake onna si hantu dari Jepang.Tasha kemudian menghapus senyum lebarnya, hal terakhir yang dia pengenin adalah dianggep jadi hantu. Kemudian dia menyender ke sofanya dan memeluk bantal putihnya lebih kencang, di layar kaca televisi rumahnya ada Gong Taekwang sedang berakting, dia harus fokus! Ini Gong Taekwang yang gantengnya minta ampun!
Akhirnya udah gak kedengeran lagi suara Kak Basel yang menerangkan soal berbahasa inggis dan tawa Kak Sydney yang mengikutinya. Kepala Tasha jadi pusing, Tasha memijat kepalanya dan kemudian dia menatap lurus kedepan berusaha berkonsentrasi pada drama yang dia putar didepannya.
Tapi walaupun mata dan kepalanya berusaha setengah mati memahami drama didepannya, dia malah kepikiran sama kejadian kemaren sore. Kenapa dia goblok banget, kenapa dia bisa ngeluarin kata gitu semudah itu.
Mudah sih, tapi mungkin karena reaksi Kak Basel gak ngapa-ngapain terkesan gitu doang, makannya jadi awkward. Dia bisa teriak tentang Dion yang ganteng kalau main Basket tapi gak pernah sekalipun hal itu berubah jadi secanggung kemaren.
Dia menghela nafasnya buat ke 1001 kali.
Apa yang harus aku lakukan ya ampun.
"Tontonan lo sama kayak Mbok Kar di rumah Tama."
Dia menjerit kencang terlonjak dari sofa, dan hampir banget dia jatuh ke lantai seandainya jarinya tadi gak berhasil mencengkram ujung sofa. Mata Tasha melebar, sejak kapan Kak Basel disini? Dan sejak kapan adegannya berganti jadi adegan Yian-Taekwang di jembatan? Kenapa jadi gini? Dia dimana? Dia siapa?
Oke itu ngaco.
Tasha berdeham dan kemudian berdiri buat duduk kembali di samping Kak Basel, mata Kak Basel tajam mengikutinya hingga dia duduk manis disebelah Kak Basel. Mukanya merona, malu sendiri atas kelakuannya. Kenapa dia norak banget? Tasha meringis dalam hati.
Saat dia kira Kak basel bakal komentar kek atau gimana, taunya Kak Basel malah diem dan kemudian menonton drama didepannya. Tanpa bicara, dia kemudian duduk mengikuti Kak Basel dan menatap layar dihadapannya.
Hatinya udah dag dig dug ser, tahu kalau Kak Basel gak mungkin mau dengan sukarela duduk dan nonton korea gini sama dia. Pasti ada sesuatu. Ada udang di balik batu, dan dia berniat menyingkirkan batu itu biar bisa liat udangnya.
Dia membuka mulutnya berbarengan dengan Kak Basel.
"Kak Basel aku―"
"―bencong."
Mata Tasha yang awalnya menatap lurus ke televisi super besarnya menoleh cepat kearah Kak Basel. Mulut Tasha menganga, dia bilang apa? Tunggu telinganya gak salahkan? Dia mendengar perkataan gak keprimanusiaan itu dari mulut Kak Baselkan?
"Tama kalau di korea bakal gitu gak ya?" Kak Basel tertawa mengejek, kemudian dia mendengus dan menoleh saling tatap dengan Tasha. "Oplaskan?"
DIA GAK BOLEH NGEHINA SUNGJAENYA.
"Kak," pekiknya histeris, dia menggeleng dan mukanya berubah jadi lempeng lurus. "Kak dia gak oplas, dia Sungjae oppa yang jago nyanyi, nari, dan akting! Ini Sungjae yang kita omongin, yang manis yang ganteng. Dia gak oplas! Sungjae yang serba sempurna. Gak mungkin banget dia itu―"
"Nyanyinya beneran?"
"Beneran ih! Dia suaranya surga banget tau gak sih! Belum lagi visualnya, dan dia jago akting kak! Astaga, gimana bisa seseorang ngebenci manusia seberharga dia?" bela Tasha berapi-api. "Dia baik, ceria, humoris, serba sempurna!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Basel & Tasha
Teen FictionBasel Aditya Bagaskara adalah pemimpin terdepan SMA Nusa Bangsa saat tawuran, sementara Natasha Adelina adalah orang yang paling mencari aman. Seharusnya kalau Tasha suka aman, harusnyakan dia diem aja pas liat Kak Damien diseret ke greenzone, harus...