BAB 6

33.4K 2.4K 194
                                    


"Ugh."

Mata Tasha membeliak kaget, dia dengan cepat memundurkan kapasnya. "Tahan kak, inikan alkohol...pasti sakit dimana-mana juga."

Ketika mata Kak Basel melotot, nyali Tasha jadi ciut lagi. "Kata siapa gue gak tahan?"

"Duh bukan gitu," keluh Tasha mengalah, toh sia-sia juga ngotot sama Kak Basel. Dia menggigit bibirnya.

Basel lalu membuang mukanya dan Tasha kembali bekerja. Matanya terfokus sama luka dipipi kiri Kak Basel. Dalam hatinya dia mengeluh, gimana cara orang bisa ada luka di pipi kiri gini? Orang gak waras mana yang bikin pipi Kak Basel luka-luka sampe gini?

Dia ngehela nafasnya dan memegang dagu Kak Basel biar kepala Kak Basel lebih miring kearah kanan, soalnya lukanya rada melintang ke leher bawahnya. Dengan hati-hati dia mengoleskan alkhol. Setelah selesai, dia menyimpan kapas bekasnya dan mengambil kapas yang baru buat ditetesi obat merah.

Pelan-pelan dia menempelkannya ke pipi kirina, ke lengannya, dan ke sikutnya. Setelah selesai, dia baru natap Kak Basel lagi. Yang dia gak duga mata Kak Basel menatapnya tajam mungkin dari tadi, tapi dia gak nyadar. Tasha kemudian berdeham pelan.

"Udah Kak."

"Ngapain lo bawa-bawa beginian?" tanya Kak Basel, matanya menyipit menatapnya sementara kepalanya dimiringkan. "Lo bukan anak PMRkan?"

Dengan canggung Tasha menyelipkan sejumput rambutnya kebelakang. Kemudian tawa kering keluar dari bibirnya. "Oh...itu, haha."

"Hmm?"

"Itu tadi aku," mata Tasha mencari mata Kak Basel, dia menimbang-nimbang baiknya dia mengikuti dusta yang ia katakan pada Tiana juga atau mending dia jujur aja. Pada akhirnya dia menghela nafasnya. "Aku...liat Kakak waktu loncat dari greenzone."

"Lo liat gue"

"tapi aku gak bilang ke siapa-siapa sumpah," tambah Tasha cepat, dia mengangkat dua jarinya. "Aku udah belajar dari pengalaman, temen aku yang tadi juga gak tahu. Beneran!"

"Lo khawatir sama gue?"

Pertanyaan yang Kak Basel tanyakan membuatnya lebih terkejut. Apa? Tunggu, ini kenapa jadi salah paham?

Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan! Aku bukan khawatir, aku cuman"

Tiba-tiba saja rambutnya diacak-acak, mata Tasha melebar kaget. Sementara tangan Kak Basel yang mengacak-acak rambutnya menimbulkan kesan hangat, mukanya yang lempeng itu membuat Tasha menggigil. Dan kemudian hal itu bikin dia berpikir bagaimana bisa ada satu orang yang punya sifat berlawanan gini dalam dirinya.

Dia mengerjapkan matanya saat melihat sudut bibir Kak Basel terangkatdikit bangetttt padahal, sementara mata gelapnya menatap lekat-lekat Tasha. Bibirnya jadi kelu.

Baru kali ini dia dikejutkan hingga sebegininya.

"Anak pinter."

Dan kemudian dijatuhkan sebegininya, sial dia dikatain anjing.

Dengan pelan dia menyingkirkan tangan Kak Basel dari rambutnya, bibirnya bergerak-gerak mengatakan kata-kata umpatan yang tidak berani ia suarakan. Sialan, dia kenapa jadi sok ke ge'eran gini sih?

"Acikiwirrrrr, mau duoooongs di obatin juga sama bebeb Tasha!"

Suara Kak Ilhamiya dia udah hafal sekarang, membuat momen yang tadi tercipta makin hancur. Tasha dan Kak Basel langsung menoleh dan melihat Kak Joko dan Kak Ilham mejeng dijendela Mushola rumah Bi Ijah.

Basel & TashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang