BAB 25

30.1K 2.2K 87
                                    

 "Kok tumben pulang jam segini?"

Tasha yang baru keluar dari kamar mandi langsung diberondong pertanyaan oleh Kak Sydney yang kebetulan lagi nginep dirumah. Dia berjalan menuju karpet tempat Kak Sydney tiduran. Kemudian dia mendudukan dirinya di karpet.

"Aku tadi pergi dulu."

"Sama?"

"Kak Basel," Tasha meringis.

Dia menyadari bagaimana air muka Kak Sydney berubah. Samar tapi bibirnya berkedut. Tasha berusaha menelaah Kak Sydney. Anak perempuan yang lebih tua darinya itu bersedih, dan jika dia boleh menebak hal itu ada sangkut pautnya dengan nama yang baru dia ucapkan.

Tasha bergerak mendekat.

"Kenapa kak?" tanya Tasha.

Kak Sydney memilih menunduk sambil mainin ujung bajunya. Sepupunya itu nampak seperti gugup, Kak Sydney diam lama sekali dan Tasha bingung harus berbuat apa selain menunggu. Kak Sydney bukan tipikal perempuan yang ragu atau canggung, dia ceria dan kemanapun dia pergi ada aura positif yang dia bawa.

Tasha terakhir kali bertemu dengan Kak Sydney ketika perempuan itu hendak kembali ke rumahnya lagi. Dan dia merasa ada yang salah.

Tasha menyilangkan kakinya dan duduk. "Kak?"

"Lo...uh, sama Basel gimana?"

Tawa canggung keluar dari bibirnya, Kak Sydney gak mungkin tau aku tadi deg-deg'an gitukan? Dia bukan cenayang tolong. "Gimana apanya?"

"Kalian baik-baik aja?"

Dia tanpa sadar membuang nafas yang sedari tadi dia tahan.

"Maksud kakak?"

"Lo gak berantem gitu, atau ngejauh, atau gimana aja. Apa aja."

Tasha mengernyit bingung. "Kakak ngomong apa sih?"

"Sebenernya Basel tuh kayak jauhin gue gitu," aku Kak Sydney tanpa menatapnya. "Dia ngejauhin gue tanpa alasan, dan kalau lo dan dia masih deket berarti spekulasi gue soal 'kenapa' itu salah."

"Oke, spekulasi apa ya?"

"Dia jauhin gue gara-gara valentine waktu itu, menurut gue sih seengganya. Abis sejak waktu itu dia jadi aneh gitu, tapi gue gak ngerti kenapa-kenapanya."

Dan hal itu bikin dia langsung diem.

Oke, valentine. Hari yang menyenangkan tapi membawa petaka juga sebenernya. Tasha menggaruk kepalanya, ragu apakah dia boleh ngomong apa engga. Karena pada dasarnya, ia tahu cuman dia boleh bilang gak?

"Tash?"

Tasha menatap kelangit-langit, ke dinding kamar, hingga akhirnya dengan pipi menggembung dia menatap Kak Sydney sementara alis kanannya terangkat.

"Menurut kamu gimana?"

"E...eh, mungkin."

"Mungkin?"

"Mungkin gara-gara itu."

Kak Sydney menyipit menatapnya.

Tasha tengah menyalin PR Bahasa Indonesianya ketika seseorang duduk di mejanya, dia mengangkat wajahnya dan menemukan Kak Tama tengah menatapnya dengan senyuman sejuta wattnya.

"Hai Tash."

Dia mengangkat sebelah tangannya. "Bentar kak."

Buru-buru dia menyalin soal terakhir dan setelah selesai Tasha buru-buru menutup bukunya. Dia menoleh ke sebelahnya dan memukul bahu Reno keras. "Minggir gih."

Basel & TashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang