BAB 20

31.8K 2.2K 119
                                    



"Aku udah cantik?"

Tasha yang lagi nyemil keripiknya menoleh dan menatap Kak Sydney dari ujung kaki sampe ujung kepala. Dia kemudian mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar, lalu dia mengambil keripik dan mengunyah lagi dengan senang. Penemuan terkeren, citato rasa indomie, bikin dia yang mager buat masak mie terbantu banget.

Dia melirik Kak Sydney yang udah cantiknya pake kata banget banget banget banget. Soalnya kebayang gak sih dari tadi siang, Kak Sydney udah sibuk dandan sampe-sampe keler berisi creambath coklatnya Tasha ludes seketika.

Baju merah jambu ini adalah baju ke seratus juta yang dicobain Kak Sydney. Dia berlaku sebagai penasehat fashionnya. Dia berdecak, gila-gilaan banget Kak Sydney dandannya. Kalau dia sama Dion, mau Valentine kek, mau tahun baru kek, dia gak akan dandan segila ini. Abisnyakan dia udah terbiasa ngegembel sama Dion.

"Aku kalau jalan sama Dion perasaan nyante ngebabu juga oke. Kakak pergi sama Kak Basel kok heboh gini sih?" Tasha berkomentar santai. Dia menggeleng-geleng sambil menatap Kak Sydney. "Berasa mau jalan sama Yoo Jung sunbae aja deh."

Saat dia kira komentarnya itu gak apa-apa, ternyata Kak Sydney malah teriak bikin kupingnya langsung berdenging. Tasha mengerutkan keningnya, baru mau protes tapi suara panik Kak Sydney menyadarkannya bahwa ada yang salah disini.

Ada yang sangat salah.

"AH!" Mata Kak Sydney kemudian melebar. "OH! BASEL! ASTAGA! TASHA GUE LUPA."

"Apa?"

Tanpa menjawab Tasha Kak Sydney malah berlari meninggalkan kamarnya, membuat Tasha heran. Dia lalu berjalan mengikuti Kak Sydney kearah kamar tamu. Kak Sydney lalu dengan sibuk mencari-cari sesuatu dan kemudian dia ngacungin ponselnya.

Dengan kecepatan cepat Kak Sydney mulai mengetik, dan menempelkan ponselnya ke telinga. Ngenelefon orang kayaknya sih.

Tasha mengernyit. Dia heran sendiri, kok Kak Sydney tiba-tiba sepanik ini?

"AH! GAK DIANGKAT, GUE HARUS GIMANA!"

"Kak, ada...apa?" tanya Tasha bingung. Dia memiringkan kepalanya, mata Tasha menyipit. "Heboh amat."

Mata Kak Sydney lalu dengan cepat menatapnya. Putus asa tercetak jelas dimatanya, dan kemudian Kak Sydney dengan lirih berkata. "Tash, tolongin gue gimana?"


Bel yang berdering di rumahnya, menggema terlalu keras membuat jantungnya berdebar makin kencang. Tasha menggigit jarinya, nampaknya usaha Kak Sydney buat ngirim pesan singkat gagal. Dan sekarang dia harus jadi perantara, messanger, si malaikat maut pembawa pesan.

Tasha menggaruk kepalanya yang gak gatel, lalu dia ngecopot roll rambutnya. Dia dia melepaskan gigitannya pada kuku dan berdiri dari sofa.

Langkahnya terasa makin berat lama-lama, dan saat dia sepenuhnya di depan pintu dia makin ragu. Muka Tasha udah putus asa setengah mati. Janji buat dibeliin lightstick BTS buat sogokkanpun terasa tidak semenyenangkan tadi.

"Kalau sampe Basel kesini, lo bisa bilangin ke dia? Terserah deh mau bohong apa aja. Ya ya ya? Ntar gue beliin apa aja gimana?"

Dan Jeon Jungkook rasanya tidak seberharga itu jika kita membandingkannya dengan muka angker Kak Basel.

Tasha menghirup nafasnya banyak-banyak sebelum memasang wajah ceria dan membuka pintunya dengan cepat. Tapi saat pintu sepenuhnya terbuka, nafasnya terasa mencekik Tasha sendiri. YA AMPUN KENAPA KAK BASEL GANTENG GINI YA AMPUN YA AMPUN. BERKAH AMAT SIH AH.

Basel & TashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang