Pensi SMA Pelita emang seringkali dinobatkan sebagai acara pensi paling meriah. Bintang tamu yang diundang gak pernah nanggung-nanggung, belum lagi acaranya digelar di gedungnya yang besar. Selain itu, stand yang digelarpun banyak yang bagus-bagus.
Mulai dari biang lala mini, sampai ke photoboth.
Dia bahkan gak tahu gimana cara Raffael-Ketos SMA Pelita, nyari dana buat acara begini.
Setelah membeli minuman dari stand dipojokan, Basel kembali dengan membawa dua botol minuman. Satu jeruk miliknya dan yang lainnya cola, Basel mencatat dalam hatinya buat ngingetin Tasha betapa bahayanya soda itu. Cewek itu terlalu adiktif dengan colanya.
Dia melempar-lempar botol minumannya, dan ketika berbelok, langkahnya perlahan terhenti.
Tasha menunggunya sambil duduk dengan kepala terangkat, sementara seorang cowok berdiri didepan Tasha sambil menyodorkan ponselnya. Senyumannya tengil, dan seketika rasa jengkel muncul begitu saja. Jika kemarin dengan Dion dia merasa sedikit kesal, sekarang dia rasanya bisa dikategorikan murka.
Cara laki-laki itu memandang Tasha berbeda dengan cara salah satu teman Tasha memandang Tasha. Jika kemarin masih ada rasa adoration yang terasa olehnya, kini rasanya Tasha seperti tengah ditatap oleh laki-laki genit.
Dan dia membenci hal itu.
Basel dengan cepat berderap kearah mereka berdua.
"Masa? Beneran gak ada?"
Tasha meringis, kelihatan jelas tidak nyaman. "Beneran gak punya LINE kak, maaf."
"BBM?" tanya cowok itu sedikit memaksa. "Ayolah, masa aja gak punya medsos banget? Lo hidup dijaman apa sih emang?"
Basel berdeham.
Dua orang itu menatapnya, bibir Basel terkatup keras menampilkan garis lurus. Mata Basel menatap dua orang itu bergantian. Dia menyodorkan colanya kearah Tasha, tapi matanya gak lepas dari si cowok berbaju abu itu.
"Ada apa ya ini?" tanya Basel dingin.
Cowok itu menatapnya dan Tasha, kemudian cowok itu mengumpat pelan. Kemudian cowok itu menatap Tasha. "Gue gak tau lo udah ada cowok," kemudian cowok itu menatapnya. "Maaf bro, gue gak tau dia cewek lo."
Kemudian cowok itu melewatinya cepat.
Tidak berusaha membenarkannya, Basel menatap Tasha sambil berjalan kemudian duduk dipinggir Tasha. "Siapa?"
"Gak tau, ngotot banget minta id LINE," jawab cewek itu sambil membuka tutup colanya.
"Lo'kan punya LINE, kenapa ngomong engga?" tanya Basel penasaran
Cewek itu menyeringai tipis, sebelum meneguk colanya dia berkata."Bohong aku tadi, ribet sih ah ntarnya."
Basel tidak bisa menahan diri buat bertanya lagi. "Sering kayak tadi?"
"Dibilangin juga aku tuh laku tau," canda Tasha sambir tertawa kecil. "Kakak aja yang gak percayaan sama aku."
Dan ucapannya membuat Basel gelisah.
Basel tidak pernah mempertimbangkan hal itu sebelumnya. Tapi kata-kata dari Tama membuatnya mulai memikirkannya. Kalau Tama merasa Tasha menarik, bagaimana dengan anak lelaki lainnya?
Tidak sekali dua kali dia mendengar teman-temannya mengatakan betapa manisnya Tasha. Tapi hal itu tidak pernah masuk benar-benar ketelinganya sampai saat ini. Baru sekarang dia benar-benar mempertimbangkan.
Tasha memang tidak luar biasa cantik seperti Sydney, atau menguarkan aura seksi seperti Vero. Tapi Tasha manis, wajahnya tidak jelek―baiklah dia memang cantik, orangnya menggemaskan, pembawaannya menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basel & Tasha
Teen FictionBasel Aditya Bagaskara adalah pemimpin terdepan SMA Nusa Bangsa saat tawuran, sementara Natasha Adelina adalah orang yang paling mencari aman. Seharusnya kalau Tasha suka aman, harusnyakan dia diem aja pas liat Kak Damien diseret ke greenzone, harus...