체 3 회

8.6K 612 15
                                    

Damn!!!


Aku mendapat perolehan nilai terbesar kedua di sekolah. Aku sungguh sangat beruntung, baru 3 bulan bersekolah disini dan aku sudah dapat menguasai materi di sekolah ini dengan baik. Tapi ada rasa kecewa saat mengetahui aku berada di peringkat kedua. Aku berharap bisa mendapat peringkat satu tapi ... Tak apa.

Peringkat kedua tidaklah terlalu buruk, untuk seorang murid yang baru saja pindah 3 bulan menjelang ujian kelulusan.

Kalian ingin tau siapa yang berada diperingkat 1? Namanya Jeon JungKook. Aku sempat berpikir dia adalah orang yang dibilang mirip denganku, tapi hey! Ayolah ... nama Jeon JungKook tidak hanya ada satu di Korea bukan? Aku tak terlalu memikirkannya, lagipula aku juga tak mengetahui banyak orang disekolah ini. Hanya satu yang kukenal. Lee MinJung. Dia satu-satunya temanku.

"Kau ingin mencoba tes di universitas Seoul?" tanyaku pada Minjung.

"Eoh. Aku akan kesana sekarang. Selamat karena telah mendapat peringkat kedua. Tunggu aku di Universitas Seoul ya?" ucapnya dengan mengangkat tangan yang telah dikepalnya "Fighting!!" Ucapnya penuh keyakinan.

"Ya. Fighting!" Jawabku "Jika kau sudah mengetahui hasilnya segera hubungi aku!" teriakku kepada MinJung yang telah berlari menuju halte bus.





🔥🔥🔥





"Kau memperoleh nilai terbaik kedua di sekolahmu?" Tanya appa kepadaku.

Appa dan eomma hari ini sengaja pulang lebih awal dari biasanya. Jika mereka biasa pulang diatas jam 10, tapi tidak untuk sekarang. Mereka telah berada dirumah sebelum aku pulang sekolah.

Dan sekarang aku, eomma dan appa sedang melakukkan makan malam dirumah. Eomma sengaja memasak hari ini untuk kelulusanku. Walaupun eomma adalah wanita karir, tapi dia tak melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga jika dirumah.

"Ya appa. Aku mendapat peringkat kedua disekolah," Ucapku kepada appa. "tapi aku sedikit menyesal."

"Kenapa?" tanya appa dengan cepat setelah mendengar ucapanku tadi.

"Aku menyesal tidak dapat peringkat pertama di sekolah. Bukankah peringkat pertama bisa kucapai dengan belajar lebih giat lagi? Bahkan selisih nilaiku dengan orang itu hanya nol koma satu, sangat sengit bukan pertarunganku dengannya?" jelasku pada appa.

Appa hanya tersenyum mendengar penjelasanku. Appa mengetahui bahwa aku tak pernah mau kalah dari siapapun. Aku selalu berusaha untuk menang dari siapapun.

Aku bahkan sering bertindak kekerasan di sekolahku yang di California, jika ada seseorang yang menentangku untuk melakukkan kebaikan. Heol. Ayolah saat itu, aku hanya memintanya untuk mengerjakan tugasnya, tapi apa yang dilakukkan? Dia malah menarik rambutku dan mendorongku. Yasudah aku juga melakukkan hal yang sama dengan yang dia lakukkan kepadaku, dan itu membuatnya dihukum selama tiga hari untuk membersihkan toilet sekolah. Bukankah sudah kubilang aku selalu berusaha untuk menang dari siapapun.

"Sifatnya sangat mirip dengan Jungkook. Dia juga tak ingin kalah dari para hyungnya." Ucap appa kepada eomma.

Aku baru pertama kali mendengar appa, membicarakan tentang yang bersangkut paut dengan pekerjaannya di rumah.

Appa tak pernah bercerita tentang pekerjaannya selama di rumah. Yang dibahas olehnya saat di rumah, hanya berita yang sedang in atau masalah tentang kehidupan keluarga. Appa tipikal orang yang selalu bisa mengkondisikan dimana tempat untuk membicarkan ini dan dimana tempat untuk membicarakan itu.

"Apa?" Tanya appa kepadaku saat menyadari aku sedang memandanginya.

"Tidak. Hanya ini untuk pertama kalinya bagiku, mendengar appa bercerita tentang yang bersangkut paut dengan pekerjaan, di rumah."

"Benarkah? Ahh ... Kalau begitu, bukankah kita harus sering meluangkan waktu untuk sering bertukar cerita?"

Aku tersenyum mendengar appa berbicara tadi. Sungguh. Aku sangat mendambakan hal seperti itu terjadi.





🔥🔥🔥





"Bagaimana?" tanyaku pada MinJung. Ini adalah hari ketujuh setelah pengumuman kelulusan disekolah.

Aku sudah terdaftar di Universitas Seoul. Tentu. Karena aku telah lolos seleksi tahap pertama dengan menunjukan hasil ujian akhir kepada pihak universitas. Sedangkan MinJung, dia sedang menunggu hasil dari tes yang diikutinya di universitas Seoul itu beberapa hari yang lalu.

MinJung menundukkan kepalanya setelah melihat mading kampus. Memang penguman kelolosan tes, diumumkan pada mading kampus "Aku lolos." ucapnya lesu.

Aku melihatnya bingung. Sungguh. Bukankah seharusnya dia senang? Dia bisa masuk diuniversitas impiannya. Tapi kenapa dia malah terlihat lesu seperti itu "Kenapa?" tanyaku.

"Aku berada diposisi paling bawah." Jawabnya.

Aku tersenyum mendengarnya "Kau beruntung. Walaupun kau berada di posisi paling bawah, setidaknya kau bisa kuliah disana bukan. Bersamaku."

Dia menatapku dan bibirnya membentuk bulan sabit begitupun kedua matanya "Ahh. Gomaweo. RaeHwa aa walaupun aku berada di kelas bawah. Kau masih mau berteman denganku. Ahh, gomaweo ... Gomaweo." Ucapnya seraya memelukku.

"Iya!" jawabku singkat lalu membalas pelukan darinya. Aku beruntung memiliki sahabat sepertinya.

"Ayo!"

"Kemana kita akan pergi?"

"Aku akan mentraktirmu makan, karena aku lolos seleksi tulis."

"Ehmm ... Ayo!" MinJung menarik tanganku menuju area parkir mobil di universitas Seoul. Dan menyuruhku untuk segera masuk kedalam mobil miliknya. Selepas aku masuk, dia segera mengendarai mobilnya meninggalkan area kampus.





🔥🔥🔥





MinJung mengajakku menuju kafe di dekat kantor tempat appa dan eomma bekerja. Disana cukup ramai pengunjung, tapi tak sulit untuk menemukan kursi yang kosong disana.

"Kau ingin apa?" Tanya MinJung kepadaku, sesaat setelah aku dan dia mendudukan bokong di kursi yang kosong.

"Aku? Samakan saja denganmu. Aku tak ingin kau membelikanku makanan yang mahal atau cukup mahal disini, aku tau bagaimana kondisi keuangan seorang anak yang akan melakukan pendidikan di universitas." jawabku lalu tersenyum.

MinJung tersenyum mendengar ucapanku, "Baiklah. Aku juga tak ingin membelikanmu ataupun diriku makanan yang mahal, lebih baik aku menggunakannya untuk membeli keperluanku kuliah." Ucapnya lalu tenggelam dalam antrian orang yang sedang memesan di kafe ini.

Splash!!!

Ya! Siapa yang mengarahkan blits kamera itu kepadaku! Dia pasti telah mengambil fotoku secara diam-diam!

"Permisi! ..."

[2] My Twins Is My Husband | J.J.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang