Destination.

9.6K 614 5
                                    


Pak Jhon segera menandatangani perjanjian penanggung jawab untuk melakukan operasi pada Gwen. Bibi Claire duduk dengan mengepalkan kedua tangannya, berdoa agar semuanya baik-baik saja.

......

Disana berdiri seorang pria, sedikit lusuh, dan mata yang menunjukkan keterkejutan. Tak berbeda dengan kedua anak kembar dan guru mereka yang terdiam seketika melihatnya.

Denny segera berlari menghampirinya.
"Papa!"
Ia lalu memeluk kaki James yang jenjang. "Papa... Ketemu ibu? Ibu dimana? Denny mau lihat ibu juga."

Alex dan Alvin terbata melihat adiknya menanyakan hal itu, "A... Eh... Denny.."

Terasa tegang dan canggung.

James melihat Nancy, wanita yang berbicara soal Gwen tadi, "Kau..." Lalu dia melihat Alvin dan Alex.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Dengan mata yang berubah menjadi mata yang marah, James membuat si kembar ketakutan melihat mata itu.

'Kenapa tuan James bisa ada disini? Dan terlihat bergitu marah. Ada apa?' Batin Nancy.

"Anu... Tuan James," Ia mencoba melindungi Alex dan Alvin dengan melangkah maju di depan mereka.

"Kami...kami datang kesini ingin-"

"Lalu apa yang papa lakukan di sini?" Lontaran pertanyaan itu sontak membuat semuanya terkejut, dia Alex dengan terlihat kesal dengan berani menatap ayahnya.

"Papa bilang akan pergi keluar kota untuk bekerja! Tetapi papa datang kesini. Apa yang papa lakukan!?"

James berdiri di depannya tak menyangka puteranya akan berani seperti itu.

"Apa.. Selama ini papa berbohong pada kami?"
"Alex... Jangan.." Alvin mencoba menahan.
"Lepaskan Alvin! Selama ini kami berfikir bahwa ibu yang jahat, apakah itu maksud papa? Kami ingin bertemu dengan ibu! Itu tujuan kami datang kesini!"

Apa yang harus dikatakan James? Mengatakan bahwa ibu yang selama ini mereka rindukan, telah tiada.
Ia segera menggendong Denny, tanpa menjawab pertanyaan Alex dan memberikan perintah,
"Cepat masuk ke dalam mobil."

"Tidak mau! Kami sudah jauh jauh datang kesini. Ternyata benar, selama ini juga kami berfikir papa memang membenci ibu, bahkan saat surat itu sampai. Papa terlihat tak menyukainya. Tetapi ibu, dia sendiri.." Alex mencoba mengatur nafasnya.

"Sekarang papa sedang mencari ibu, apa yang akan papa lakukan pada ibu? Papa akan memarahinya karena mengirim surat pada kami? Dan membuat kami menjadi benci juga padanya.." Alex menangis.

"Kenapa papa dan ibu harus berpisah... aku sedih dan malu pa... Temanku selalu mengejekku soal ibu, kami takut sama papa, karena pasti papa akan marah. Tapi papa bahkan tidak memikirkan soal kami. Hanya sibuk dengan pekerjaan papa, walaupun papa di sakiti oleh ibu, tetapi kami selalu menyayanginya.." Alvin mencoba menenangkan kembarannya. Ia juga tak bisa menahan air matanya.

"Ibu..." Denny pun ikut menangis melihat kakaknya.

Situasinya terasa sangat tidak enak. Tak pernah mereka mengalami situasi seperti ini. Menyedihkan, itulah yang sedang di rasakan oleh James.

"Tuan James, Alex benar, mereka datang jauh jauh kesini untuk bertemu dengan ibu mereka. Tolong jangan salah paham, mereka bukan ingin pergi dari rumah, mereka ingin memastikan apakah baik-baik saja."
Nancy mencoba menjelaskan.

"Kau yang merintah mereka kesini?" Tanya James dingin.

"Bukan, kami yang meminta bantuan bu Nancy untuk mengantar kami." Jelas Alvin.

"Masuk ke dalam mobil sekarang." James yang dari tak peduli dengan puteranya yang sedang menangis memasukan Denny ke kursi depan.

Sambil menangis Denny tetap menanyakan ibunya, "Papa... Denny mau ketemu ibu... Dimana?"

We Really Love You Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang