Afterglow part 2: What is love? [Edited]

965 51 3
                                    



***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kau kembali dengan segala perubahanmu.
Dan menanamkan kembali kebencian dalam diriku.
Kau sekarang bukanlah matahariku.
Yang selalu membuat hariku bersinar.
Kau hanyalah serpihan masa lalu yang masih melekat di dalam hatiku...

***

Sinar matahari menyelinap ke kamar Pitaloka melalui celah-celah ventilasi. Membuat Pitaloka beberapakali menggesek-gesekkan kedua matanya sambil menggeliat kecil. Perlahan kedua mata itu terbuka menyesuaikan intensitas cahaya matahari yang masuk. Meskipun ini hari libur kuliah, namun Pitaloka sudah janji akan bertemu dengan sahabatnya Limbubu.

Drt..drt..drt..
Suara ponsel yang bergetar memaksa Pitaloka untuk duduk dan mengambilnya di atas nakas. Dan itu tak jauh letaknya. Hanya di samping dimana ia duduk sekarang. Dengan malas Pitaloka membuka pesan yang ternyata dari Limbubu.

'Aku udah tunggu kamu sekitar setengah jam, tapi kenapa belum datang juga? Cepat datang sekarang! Dasar gadis pemalas.'

Pitaloka mendengus kesal saat Limbubu menyebutnya-gadis pemalas-. Padahal inikan hari libur. Wajar saja jika Pitaloka bangun kesiangan. Setelah dipusingkan dengan segala tugas kuliah, ia pantas mendapatkan waktu untuk istirahat. Dengan langkah yang dipenuhi beban Pitaloka melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh.

***

Saat ini Pitaloka sudah berada di depan caffetaria. Tempat biasa mereka bertemu di hari libur. Pitaloka dan Limbubu memang suka mengobrol tentang apapun di caffe. Itu sangat menyenangkan. Pitaloka membuka pintu caffe. Ia tersenyum mendapati Limbubu sedang duduk di meja dekat kaca jendela. Pitaloka segera melangkahkan kakinya untuk menemui Limbubu di sana.

"Maaf sudah menunggu lama." Ucap Pitaloka saat sudah nyaman dengan duduknya.

Limbubu tersentak, kemudian menatap Pitaloka yang dengan santainya duduk. Kemudian, Limbubu merasa kesal, "Kau tahu? Aku marah denganmu." Lalu, memalingkan wajahnya dari Pitaloka.

Pitaloka terkekeh, Sahabatnya ini memang kekanakkan. Mungkin kalau menggodanya sedikit akan menarik. Dengan sebelah tangan sebagai penopang dagunya, Pitaloka memberikan tatapan menggodanya itu, "Kau benar-benar marah ya, tuan Limbubu?"

Limbubu merengut, tetap memalingkan wajahnya dari Pitaloka. Dia tidak akan tergoda meskipun bertahan seperti ini bukanlah kemauannya. Hanya saja wanita itu sudah terlalu sering membuatnya kesal. Bersikap acuh adalah rencananya saat ini.

Pitaloka menggerutu, "Ayolah..kau sangat kekanakkan." Kemudian menegakkan tubuhnya kembali.

Limbubu tersentak, kekesalannya memuncak kala disebut kekanakkan. Dengan cepat Limbubu mengalihkan wajahnya menatap tajam Pitaloka yang hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Apa?" tanya Pitaloka malas.Wanita itu melipat kedua tangannya di bawah dada. Masih dengan ekspresi datarnya.

Nafas Limbubu terengah, bukan karena lelah berlari, tetapi karena berusaha menahan kekesalannya pada wanita di hadapannya ini. Limbubu mengusap kasar wajahnya, "Kau mengesalkan Pita!"

Afterglow (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang