Epilog

437 14 3
                                    

Hadir lagiii!!!!
Kalau ada Prolog pastinya ada Epilog ya. Dan ya! Saya mutusin buat bikin Epilognya. Dan cerita ini gak akan ada sekuel nya. Jadi ceritanya bener-bener tamat sampai disini. Oke itu aja.

Selamat membaca;)




***

10 tahun kemudian....

"Arka! Aria!"

Sepasang anak kecil itu berlarian di taman tanpa mempedulikan lagi panggilan dari orang tuanya.

"Anak itu... "

"Sudahlah sayang, mereka kan masih kecil. Wajar saja jika yang dipikirkan hanya bermain." Sahut suaminya.

Sang istri malah mendengus kesal. "Tapi mereka dari tadi belum makan, Mas." Ucapnya kemudian memilih untuk menghampiri kedua anaknya. "Arka, Aria kita makan dulu ya sayang. Nanti kalau udah makan kalian main lagi deh, Mama janji."

"Tapi Aria pengen balas kak Arka dulu Mah!" Sungut anak perempuannya yang masih berusia 7 tahun itu.

"Iya sayang. Tapi kamu makan dulu biar ada tenaga buat ngebalas kak Arka ya?" Bujuk sang Mama yang akhirnya dibalas anggukan oleh anaknya.

"Yahhh Aria cemen!"

"Arka! Kamu juga makan dulu sana!" Jelit sang mama membuat anak laki-lakinya yang berumur 10 tahun itu merengut tetapi tetap menuruti perkataan sang Mama.

"Pita! Mara!"

Sontak kedua orang yang dipanggil itu menoleh.

"Karina?"

Pitaloka segera berdiri dan langsung memeluk Karina begitupun Gumara yang menyapa Limbubu.

"Wah suatu kebetulan kita bisa bertemu di taman ya!" Ucap Limbubu.

"Iya! Oh ya gimana kabar kalian?"

Karina dan Limbubu tersenyum, "Seperti yang kau lihat Pita. Kami baik-baik saja meskipun aku belum juga diberi momongan." Kali ini Pitaloka menyesali perkataannya yang membuat Karina kembali sedih.

Ya. Semenjak koma yang Karina alami membuatnya kesulitan untuk memiliki keturunan. Meskipun begitu, Limbubu tetap menerima segala keadaan istrinya. Baginya, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Ia yakin Tuhan hanya belum yakin untuk memberikan mereka berdua anak.

"Kalau begitu kalian tidak boleh putus asa. Rencana Tuhan lebih baik. " Kata Gumara.

Karina hanya tersenyum kemudian tanpa sengaja melihat Arka dan Aria yang makan sambil suap-suapan. Arka tampak begitu menyayangi adiknya meskipun terkadang ia sering menjahili sang adik.

Melihat pemandangan itu memmbuat hati Karina berdesir. Perasaan hangat melingkupi hatinya begitu saja.

Tahu arah pandangan Karina, Pitaloka langsung berkata. "Dia anak kami. Arka dan Aria."

"Kalian beruntung memiliki mereka yang lucu." Karina terkekeh saat meilhat Arka sengaja membuat nasi belepotan di bibir Aria dan membuat Aria kesal.

"Karina... Bersabarlah. Aku yakin kau pasti akan memilikinya secepat mungkin. Jangan oantang menyerah oke?"

Karina tersenyum, "Terima kasih Pita."

"Kalau begitu kami duluan karna ada beberapa urusan. " Kata Limbubu.

"Cepat sekali! Ya sudah sampai jumpa lagi!" Ucap Pitaloka kemudian Katina dan Limbubu menghilang dari pandangan.

Kini tatapan Pitaloka terarah ke Gumara. Gumara yang menyadari menatap istri tercintanya dengan bingung.

"Ada apa sayang?"

"Tidak."

Gumara mengernyit, "Kenapa sih istriku tercinta?" Ucapnya gemas mencubit pipi Pitaloka.

"Ihh jangan dicubit, sakit tau!"

Gumara hanya terkekeh, "Ya habisnya kamu aneh."

"Memangnya salah kalau istri memandang suaminya?"

"Tidak salah. Tapi kamu berhasil buat aku turn on."

Pitaloka langsung melotot tajam membuat Guamara kembali terkekeh.

"Ada anak-anak Mas." Peringatan Pitaloka.

"Kalau begitu nanti malam aku tunggu." Bisik Gumara tepat di telinga Pitaloka membuat Pitaloka merinding.

"Dasar mesum!" Pitaloka memukul bahu Gumara yang tidak terasa sakit. Gumara hanya tertawa dan membuat Pitaloka semakin kesal hingga lelaki itu memeluk sang istri ke dalam pelukannya dan pukulan Pitaloka berhenti seketika.

Rasa ini masih sama. Bahkan Pitaloka masih bisa mendengar degupab jantung Gumara yang berdetak kerad di telinganya.

"Aku mencintaimu, Nyonya Zylgwyn."

"Aku juga mencintaimu, My Afterglow."

Gumara melepaskan pelukannya. Ia menatap Pitaloka bingung sedangkan pitaloka hanya tersenyum.

"Afterglow?"

"Ya. Kamu adalah sisa-sisa cahayaku, Mara. Kamu adalah Afterglow."

Gumara kemudian tersenyum lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Pitaloka sampai sebuah suara membuat mereka tersadar dan Gumara langsung menjauh dari Pitaloka.

"Mamaaaa!!!! Kak Arka jahatin Aria!"

Pitaloka dan Gumara sempat saling memandang sebentar hingga kemudian mendekati kedua anaknya tersebut.

Jika memang berjodoh. Sejatinya akan bersatu. Jika memang takdir. Maka semesta pun tak punya kuasa untuk memisahkan.

****















Jangan lupa vomment nya :)







Ara

Afterglow (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang