Afterglow part 4: Terror [Edited]

946 47 9
                                    



***

Pitaloka tersadar kala mendapati mata yang meyorotkan ketajamannya, membuatnya sedikit merinding. Ia kemudian menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga, guna meredakan kegugupan yang menyesakkan. Pitaloka mempertanyakan apa yang telah terjadi dengan Gumara?

Ya. Lelaki yang ada di hadapannya kini adalah Gumara, lelaki yang mampu memvirus otaknya. Gumara tak bereaksi, dia hanya diam sambil menatap Pitaloka tajam, tentu saja. Pitaloka menghela nafas panjang, tenang, kuasa dirimu Pita...tekadnya dalam hati.

Pitaloka berdehem, kemudian menatap Gumara datar, "Maaf, apa yang kau lakukan di toilet wanita?" Ucapnya dengan nada mengintrogasi.

Gumara tiba-tiba tersentak, matanya kemudian mendongak membaca tulisan 'wanita' yang terpampang disana. Ia merutuki kebodohannya dalam hati, namun ekspresinya tetap datar. Lelaki itu menatap Pitaloka kembali, "Aku salah masuk," Gumara membalikkan tubuhnya. Kemudian melangkahkan kaki keluar toilet.

Pitaloka masih terdiam memandangi punggung Gumara yang semakin jauh. Jadi, Gumara juga ke caffe ini, sejak kapan? Pitaloka menghela nafas, lalu pergi dari tempat itu.

***

Karina tersentak saat Gumara tiba-tiba datang, entah kapan lelaki itu datang. Sedangkan Limbubu tergagap mendapati tatapan tajam Gumara. Karina yang melihat gumara menahan amarahnya mencoba meredakannya, "Ah, kau sudah kembali rupanya." Karina tersenyum membuat Gumara menatapnya.

"Siapa dia?" Gumara menunjuk Limbubu dengan jari telunjuknya.

Karina mengerti, lalu ia memegang lengan Gumara agar lelaki itu duduk di sampingnya. Setelah dirasa suasana cukup tenang, Karina mencoba memperkenalkan Limbubu dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin Gumara salah paham nantinya, "Dia Limbubu. Yang kemarin tidak sengaja tertabrak di halte. Dan sekarang dia menjadi temanku."

Gumara hanya diam tanpa ekspresi. Sampai akhirnya Limbubu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Gumara yang menatap tangan Limbubu mau tidak mau membalasnya.

"Limbubu." Kenalnya sembari tersenyum.

"Gumara." Ucapnya datar.

Pitaloka tercenung melihat apa yang terpampang di hadapannya kini. Menyadari suasana tidak tepat, ia membalikkan tubuh. Pergi dari tempat ini merupakan keinginannya, menjauh dari lelaki itu sejauh mungkin. Namun, Tuhan seakan tidak mengizinkan keinginannya itu karena Limbubu melihatnya. Astaga, jangan sekarang.

"Pitaloka!" Seru Limbubu yang membuat Gumara tersentak. Pitaloka menghentikan langkahya, lalu membalikkan tubuhnya yang gemetar. Sedangkan Karina tampak terkejut kala melihat Pitaloka. Bagus, sekarang Pitaloka gugup, menggigit bibirnya gemas.

Karina kemudian berdiri, lalu menghampiri Pitaloka. "Pita?" Pitaloka hanya tersenyum kaku.

"Kalian saling kenal?" Limbubu bertanya. Karina menganggukkan kepalanya,"Ayo duduk Pita." Pinta Karina yang mau tidak mau Pitaloka turuti.

Pitaloka duduk di sebelah Limbubu, lelaki itu menoleh dengan tanda tanya,"Aku tidak tahu, jangan tatap aku seperti itu Alim." Bisik Pitloka pelan. Limbubu menghela napasnya, kemudian kembali menghadap kedepan.

"Wah, suatu kebetulan kita bisa duduk bersama." Kagum Karina,"Jadi, apa kalian sepasang kekasih?" Tanya Kaina polos, membuat Pitaloka tertegun.

Kemudian matanya melirik Gumara, lelaki itu diam. Tapi, matanya menyiratkan kemarahan. Pitaloka menundukkan kepalanya, lidahnya terasa kelu. "Bukan, dia sahabatku." Jawab Limbubu membuat Pitaloka menoleh. Namun, lelaki itu hanya tersenyum.

Afterglow (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang