Halloooooooooo...
Ya ampun, udah berapa tahun cerita ini terbengkalai? IM SO SORRY GUYS :) Akhir-akhir ini ide untuk cerita Afterglow emang udah mentok :D
Dan kayaknya aku bakal cepetin konflik Karina-Gumara-Pitaloka di sini. Terus aku bakal ganti konflik lain, Semoga lebih seru deh. Dan semoga aja aku gak hiatus lama lagi :D hehehe
Aku juga pengen bilang banyak terima kasih buat yang udah antusias sama ni cerita :)
"Happy Reading"
***
Banyak orang yang berlalu-lalang melewati pintu caffe ini. Namun tak ada satupun di antara mereka yang Karina harapkan kehadirannya. Ia semakin gelisah mengetahui bahwa tak ada satupun tanda-tanda kemunculan Gumara. Bahkan ponsel yang sejak tadi ia genggam juga tak menyala.
Yah, Karina hanya berharap Gumara bisa menemuinya. Seperti yang ia katakan saat di telepon tadi bahwa ia menyuruh Gumara untuk menemuinya. Karina menghela nafas, pikirannya melayang saat ia tak sengaja menemukan sebuah foto Gumara dengan Pitaloka. Ya, Karina sangat yakin bahwa gadis yang ada di dalam foto Gumara itu adalah Pitaloka.
Ia juga masih teringat akan cerita Ratih tentang kedekatan Gumara dan Pitaloka, gadis yang sangat disayanginya dulu.
"Dulu, saat ibu dan Mara ziarah ke makam ayah Gumara. Ibu melihat Mara menghampiri seorag gadis yang cantik tengah menangis di dekat dua makam yang mungkin makam kedua orang tuanya. Mara adalah orang yang penyayang, ia tidak bisa meihat seorang perempuan menangis. Katanya itu adaah pantangannya. Jadi, ia memutuskan untuk menghibur gadis itu. Hingga lambat laun ibu melihat Gumara dengan gadis yang ternyata namanya Pitaloka itu semakin akrab. Mereka tidak terpisahkan saat itu. Gumara menyayangi Pitaloka seperti adiknya sendiri."
"Dan suatu hari Mara pernah bilang sama ibu untuk memberikan kejutan di hari ulang tahun Pitaloka yang ke 18 tahun. Dan di saat itu juga Mara menyatakan cintanya pada Pitaloka. Ibu juga sempat terkejut kala itu. Namun ibu juga merasa senang akhirnya mereka jadian juga. Karena menurut ibu, mereka itu pasangan yang serasi. Sampai ibu menderita penyakit kanker, dan semuanya berubah. Mara akhirnya memutuskan Pitaloka karena...Yah kau pasti tahu apa yang selanjutnya terjadi. Tapi ibu juga tidak menyalahkanmu Karina." Ratih membelai rambut Karina.
"Hanya terkadang ibu tidak tega melihat Mara yang seakan memaksakan hatinya. Kita sama-sama wanita, dan kita tahu bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan."
Karina menegang seketika, ucapan Ratih yang terakhir terus memenuhi pikirannya. Apa ia salah? Apa ia jahat bila memaksakan hati Gumara untuk ia miliki seutuhnya?
Karina menggelengkan kepalanya. Lalu tanpa sengaja matanya menangkap seorang lelaki yang mengenakan kemeja hitam dengan lengannya yang dilipat hingga ke siku, membuatnya terlihat tampan.
Benarkah ia salah? Tapi ia sangat mencintai Gumara. Iapun berhak memperjuangkan cintanya. Sekali lagi benaknya bertanya-tanya, apakah ia salah?
***
"Pita?"
Sontak Pitaloka menoleh saat dirasa namanya dipanggil. "Ya?"
"Tadi itu siapa?"
Pitaloka menghentikan kegiatannya sejenak, memfokuskan dirinya kepada Limbubu. Sempat bertanya-tanya apa maksud pertanyaan lelaki itu. Namun sedetik kemudian ia mengerti, dan dengan malas berkata.
"Teman." Singkat, padat, jelas. Tanpa harus ba-bi-bu.
Limbubu mengernyit heran, "Sejak kapan kau punya teman selain aku..." Katanya sembari mengelus dagu, terlihat berpikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow (TAMAT)
Fiksi PenggemarSetiap orang pasti pernah dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Dimana kedua pilihan itu bukan merupakan pilihan bagimu. Kedua-duanya yang sangat berharga bagimu. Begitupun dengan Gumara yang harus dihadapkan pada dua pilihan yang sulit untuknya...