Saat kau memilih untuk diam dan memendam, maka sakitlah yang akan kau dapat.
Ungkapkan selagi kau bisa, tunjukkan selagi kau mampu. Sebelum semuanya berakhir dengan penyesalan.
***
"Hei, Gadis Tolol. Bisakah kau sedikit bersikap sopan padaku?!" ujar seorang pria yang tengah duduk bersama ketiga temannya, di salah satu meja di pojok kantin.
"Hello ..., emang kamu pikir kamu itu siapa, Ha?!" bentak gadis cantik berambut pirang sebahu itu. Wajahnya menghadap ke arah lain, tanpa memandang lawan bicaranya.
"Kurang ajar banget ni cewek, belum tau siapa aku rupanya."
"Siapa sih yang nggak tau kamu? Maxi Del Rio, preman kampus yang ditakuti semua mahasiswa di sini ...,"-ujar wanita itu sambil memandangi pria yang ada di hadapannya tersebut-"ganteng, idaman setiap cewek di kampus. Cuma sayang ..., otaknya di dengkul."
Mendengar penuturan gadis tersebut, Maxi segera bangkit dan memukul meja sekeras-kerasnya. Dahinya mengerut, sorot matanya tajam memandang gadis itu. Semua orang yang ada di kantin pun mengalihkan pandangan pada kedua orang tersebut. Tak terkecuali ketiga teman Maxi.
"Beraninya kau ngomong gitu di depanku!" seru Maxi yang sudah naik pitam, "Segera minta maaf, atau aku akan ..."
"Akan apa, Ha?!" tantang gadis tersebut sambil mendongakkan wajahnya ke arah Maxi.
Tanpa banyak bicara lagi Maxi segera mengangkat tangan kirinya. Diarahkannya tangan itu tepat ke pipi gadis tadi. Namun dari samping sebuah tangan lain memegang tangan Maxi, sebelum sempat menyentuh pipi gadis tersebut.
Semua terdiam, memandang ke arah pemilik tangan yang menahan tangan Maxi. Seorang pria berambut agak panjang yang disisir rapi ke belakang, dengan santainya pria itu melemparkan tangan Maxi ke tepi.
"Hentikan perangaimu itu, Max!" seru pria tersebut memandang Maxi dengan serius.
"Biarkan aku ngasih pelajaran sama gadis tolol ini cara bersikap sopan padaku, Joe,"
"Bersikap sopan?! Harusnya kamulah yang memperbaiki sikapmu!" seru pria bernama Joe itu dengan menunjuk muka Maxi, "Lagipula dia hanya lewat di depanmu saja, kenapa kamu harus menyuruhnya bersikap sopan?!"
Sesaat Maxi diam, matanya tajam memandang Joe serta gadis yang akan ditamparnya tadi.
"Mari pergi dari sini," ujar Joe yang langsung menarik gadis tersebut.
Maxi yang melihat hal itu hanya bisa termangu, kemudian kembali menggebrak meja dan membalikkannya. Semua orang yang ada di kantin pun terdiam, tanpa ada yang berani mendekat. Segera Maxi meninggalkan tempat itu, di susul ketiga temannya yang sedari tadi hanya duduk memandang.
Maxi Del Rio memang terkesan angkuh. Dia merupakan putra dari seorang pengusaha kaya yang menyadurkan setengah kekayaannya ke kampus, yang kini menjadi tempat Max belajar. Itulah yang membuat orang-orang kampus, baik dosen maupun mahasiswa tidak berani melawan Maxi. Pria tampan berambut pirang itu juga tidak segan menghajar setiap pelajar kampus yang berani menentangnya. Hingga ada peraturan yang dibuatnya di kampus, setiap orang yang lewat di depannya harus permisi terlebih dulu.
"Maaf ya karena aku menarikmu paksa tadi," ujar Joe pada wanita yang baru ditolongnya tadi.
"Eh ..., nggak apa-apa kok. Justru aku yang berterima kasih karena kamu sudah menolongku," timpal gadis tersebut, sedikit gugup.
"Namaku Joeshen, tapi biasa dipanggil Joe."
"Oh iya, namaku Lana ..."
"Lana Violet, pemenang olimpiade sains dua tahun lalu yang baru sebulan pindah ke kampus ini," saut Joeshen yang membuat gadis itu tercengang. Senyum dari bibir mungilnya mengembang melihat pria yang baru dikenalnya itu menyebut sedikit tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
RomanceBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...