Pagi kembali menyambut, menemani Lana yang tengah menunggu Joeshen di depan kosnya. Berulang kali dia melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh. Memang terlalu pagi untuk pergi ke kampus, tapi Lana harus pergi pagi menginggat tempat kosnya yang cukup jauh.
Beberapa menit kemudian lamborghini merah muncul dari ujung gang dan melaju pelan ke arah Lana. Sesampainya di depan Lana mobil itu berhenti, dan cermin di pintu kirinya membuka--menunjukan sosok Joeshen yang duduk di kursi pengemudi.
"Selamat pagi, My Princess," sapa Joeshen yang mencoba bersikap romantis pada Lana, dan disambut senyuman manis Lana.
"Syukurlah kamu datang awal hari ini," timpal Lana yang kemudian masuk ke mobil. Bergegas dia memakai sabuk pengaman seperti biasanya, sebelum Joeshen menjalankan mobilnya menuju kampus.
"Ya karena aku khawatir jika kamu terlalu lama menunggu, jadi aku memilih datang lebih awal. Meski pada akhirnya aku tetap yang ditunggu olehmu," balas Joeshen sambil melirik ke arah Lana.
Memang setiap Joeshen bersama Lana, tidak pernah sekali pun dia tidak menyempetkan memandang gadis itu. Meski hanya beberapa detik saja dalam kondisi menyetir. Lana seakan memiliki daya tarik tersendiri untuk Joeshen yang memang pada dasarnya begitu menyayangi Lana, berbeda dengan Lana yang tidak terlalu aktif memandangi Joeshen. Karena sudah sifat Lana jika sedang memikirkan hal yang menyulitkannya, tentu perhatiannya ke Joeshen akan berkurang. Tapi itu menjadi sebuah keistimewaan tersendiri untuk Joe, karena setidaknya Lana bisa menepikan urusan perasaan dan urusan belajarnya. Biar pun tanpa sepengetahuan Joe bahwa Lana sempat memiliki rasa malas dengan urusan kampus, karena memikirkan Max. Tapi tetap bagi Joeshen, Lana adalah kesederhanaan terindah yang ingin dia miliki.
"Nggak juga sih, Joe. Cuma karena hari ini aku ada tugas dan harus menyiapkan presentasi pagi ini dengan Andi, makanya aku nunggunya juga awal banget. Padahal kalau aja tadi jam 7 kamu belum dateng, aku pasti milih naik angkutan umum," jelas Lana yang berusaha untuk menunjukan niatnya pergi pagi pada Joeshen.
"Begitu ya. Oke ... Kalau gitu aku akan coba menguruskannya, agar Tuan Putriku yang cantik ini tidak telat dan bisa mengerjakan tugas," tukas Joeshen sambil mencolek hidung Lana, membuat Lana malu hingga pipinya merah.
***
Ternyata perjalanan tidak semacet biasanya, jadi Lana dan Joeshen bisa sampai di kampus lebih cepat dari hari sebelumnya. Sambil menunggu Andi yang masih belum datang, Joeshen dan Lana duduk di kantin dan memesan kopi hangat untuk menyegarkan pikiran mereka.
Sambil mengobrol Lana ternyata melirik ke suatu arah di mana ada Max yang baru datang. Wajahnya tampak sangat cemas dan kebingungan, sambil membawa amplop dia tampak terburu-buru melangkah ke arah Lana dan Joeshen.
Mata Lana kini sepenuhnya tertuju pada Max saat pemuda itu sudah berdiri di samping meja, tempat Lana dan Joeshen mengobrol.
"Joe ... Aku ingin bicara denganmu sebentar, penting bisakah kau ikut denganku?" ucap Max dengan nada gugup, membuat Lana dan Joeshen kebingungan. Memang mereka belum pernah melihat Max sepanik dan sebingung ini, bahkan kini kesan dingin dan datar dari pemuda itu tidak tampak sama sekali di wajah dan ucapannya.
"Memangnya ada apa, Max?" tanya Joeshen penasaran.
"Ayo ikut denganku sebentar," tukas Max yang kemudian pergi menuju halaman belakang kampus.
"Ada apa sih dengan dia? Aneh banget perilakunya ...," sahut Lana yang masih memandangi ke arah Max terakhir terlihat.
"Aku juga nggak tau, tapi sepertinya dia sedang ada masalah karena aku belum pernah melihat Max sepanik ini," timpal Joeshen yang juga memandang ke arah yang sama dengan Lana.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
RomanceBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...