Lana berusaha menjauhkan wajahnya dari tangan Max, harapannya datang seorang penolong ternyata tidak terkabul. Matanya terpejam menahan pedih dan sakitnya direndahkan seperti saat ini, namun beberapa saat kemudian Max menjauhkan tangannya dari pipi Lana.
Max mengangkat tangan, mengepalkannya dan mengayunkan dengan cepat ke Alberto, membuat Alberto terpelanting ke belakang akibat pukulan yang tepat mengenai mukanya.Denis, Leo dan Joeshen terkejut. Dahi mereka mengernyit hampir bersamaan, saat melihat Alberto berguling-guling di lantai sambil memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah.
"Max, a-apa yang kamu lakukan?" ujar Denis yang kemudian melepaskan kaki Lana.
Max tidak menjawabnya dan lagi-lagi melayangkan pukulan yang kini tepat mengenai muka Denis, membuat pemuda itu juga terpelanting ke belakang dengan bibir yang berdarah.
"Hei, Max. Apa yang kau lakukan ini, Ha?!" bentak Leo yang sudah berdiri tepat di depan Max.
Max tetap tidak menjawab meski Leo sudah terlihat marah padanya, bahkan Max justeru memukul perut Leo hingga membuatnya membungkuk, menahan sakit di perutnya.
Leo berusaha mundur dalam kondisi itu, tapi Max lebih dulu mengangkat kaki dan mengayunkan lututnya ke muka Leo. Membuat Leo juga terpelanting kebelakang dengan kondisi yang lebih parah dari kedua temannya.
"Aku pernah katakan pada kalian untuk tidak menyentuh bahkan sampai melukai saudaraku. Tapi kalian sudah mengingkarinya, jadi terima saja balasannya!" ujar Max, datar tapi penuh emosi.
Dia segera mendekati Leo yang masih dalam kondisi meringkuk dan menendanginya. Leo hanya mampu menggeliat menahan sakit. Tak ada balasan sama sekali darinya, seperti boneka yang hanya pasrah jadi bulan-bulanan Max.
Lana segera merapikan pakaiannya dan turun dari meja, untuk menolong Joeshen yang kesulitan berdiri.
"Kamu nggak apa-apa kan, Joe?" tanya Lana sambil merangkul tubuh Joeshen dari samping.
"Ng-gak ...," ujar Joeshen, menahan sakit, "Ka-mu sendiri?" lanjutnya yang hanya di balas gelengan kepala oleh Lana.
Denis dan Alberto yang mulai bisa menguasai rasa sakitnya, segera bangkit untuk menolong Leo. Mereka berdua menahan Max dengan memegangi kedua tangannya. Tapi Max yang memang lebih kekar serta lebih tinggi dari mereka, dapat dengan mudah mengibaskan tangannya untuk mementalkan kedua pemuda itu.
"Argh ..., am-pun, Max argh...!" teriak Leo sambil menahan sakit, namun Max tidak menghentikan tendangannya yang terus menghujam sekujur tubuh Leo.
Joeshen dan Lana ikut bergidik ngeri melihat Max yang bertindak layaknya orang kesurupan. Mesti wajahnya terlihat datar, tapi Joeshen dan Lana menyadari tatapan marah Max yang sama seperti ketika mendengar nama Gustavo dari mulut Lana.
"Max! Stop!" teriak Lana saat melihat muka Leo sudah penuh lumuran darah.
Max menghentikan aksinya, tapi kemudian mendekati Alberto yang masih belum bangkit. Dia segera menunduk dan menarik kerah baju Alberto, kemudian dia memukuli muka Alberto tanpa henti. Hingga tangan Max berlumur oleh darah yang mengucur deras dari hidung dan mulut Alberto. Setelah melihat Alberto yang sudah tidak mampu bangkit dengan kondisi seperti Leo, Max bangkit dan mendekati Denis. Diraihnya kerah baju Denis kemudian mengepalkan tangannya lagi.
"Max, ma-af ..., a-ku bukan bermaksud menyakiti Joeshen," ucap Denis berusaha membela diri. Namun Max seakan tidak terpancing omongan Denis dan kembali melayangkan pukulannya.
Lana yang tidak tega melihat Denis menjadi bulan-bulanan, segera meninggalkan Joeshen dan mendekati Max. Dia berusaha menahan Max dengan memegangi pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
RomanceBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...