Lana terbatuk menahan sakit di lehernya, pandangannya mulai kabur akibat kekurangan oksigen.
"Max! Lepasin dia!" teriak Joeshen yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu, dia bergegas mendekati Max untuk menolong Lana.
"Tetap di sana atau aku buat gadis tolol ini tidak bisa menikmati hari esok!" seru Max memperingati tanpa memandang Joeshen yang sudah tinggal beberapa meter lagi darinya.
Joeshen merasa omongan Max tidak main-main dan mau tidak mau dia harus mengikutinya.
"Ok, tapi aku minta lepasin dia ..."
"Kau tidak tau tentang Gustavo Del Rio jadi jangan pernah menyebut namanya di depanku, atau aku pastikan kau menyusulnya ke alam damai. Paham!" gertak Max yang kemudian melepaskan cengkeramannya dari leher Lana.
Tubuh Lana pun lunglai dan ambruk ke lantai dengan tangan serta kaki yang terikat. Seakan tak bersalah Max meninggalkan gadis itu dan keluar dari ruangan tersebut.
Joeshen segera menghampiri tubuh Lana dan meletakan kepalanya di pangkuan sebelum melepaskan ikatannya.
"Lana ... bangun Lana, jawab aku Lana ...," ujar Joeshen panik sambil menampar pelan pipi gadis itu. Tapi tak ada respon dari Lana hingga Joeshen segera memapahnya, dan membawanya ke ruang kesehatan.
***
Max berjalan cepat menyusuri lorong kampus, tatapannya tajam ke depan tanpa menoleh sedikitpun. Bahkan setiap pasang mata yang mengamatinya di sepanjang lorong, tidak memancing perhatiannya sama sekali. Tapi tiba-tiba dia berhenti saat melihat wanita berambut hitam panjang dengan pakaian ketat, yang membuat seluruh lekuk tubuhnya terpampang jelas--mengundang perhatian setiap pria yang melihatnya--berjalan ke arah Max.
"Hai, Max ...," sapa wanita itu sambil membuka kaca mata hitamnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Max datar, tanpa merubah ekspresi wajahnya yang terlihat kesal.
"Kenapa kamu begitu marah sekali, Sayang? Apa aku mengganggumu?" wanita itu berbicara dengan nada menggoda, hingga membuat pria yang mendengarnya seakan bergairah. Tapi itu tidak berpengaruh pada Max yang sedang dalam kondisi kesal.
"Aku jelaskan nanti di jalan, tapi sekarang ikut aku dulu!" seru Max yang kemudian dengan kasar menarik wanita itu menuju mobilnya, "Masuk!"
"Tapi, Max bagaimana dengan mobilku?"
"Mobilmu akan aman di sini," sergah Max yang kemudian membukakan pintu untuk wanita itu.
Tanpa membantah lagi, wanita itu kemudian masuk dan disusul Max yang segera menuju pintu satunya lagi.
Setelah membenarkan posisi duduknya, Max menyuruh wanita itu memakai sabuk pengaman dan segera menyalakan enjin. Diinjaknya gas mobil dengan kuat seperti orang kesurupan, hingga membuat ban mobil itu berdenyit akibat gesekan dengan lantai parkir. Semua mata yang melihatnya tak berkedip ketika lamborghini hitam itu melesat cepat keluar area kampus.
Sebagian ada yang bergumam dan mengumpat, menyumpahi Max karena ulahnya. Tapi mereka kemudian menganggap hal itu tidak penting karena sering terjadi.
"Max, apa kau gila?! Kau ingin kita mati, Ha?!" bentak wanita itu yang ketakutan dengan cara menyetir Max. Tapi Max tak menghiraukannya dan terus menginjak gas mobilnya. Kecepatannya memasuki 140 kilo meter perjam, tapi Max masih tidak menguranginya dan justeru menambah kecepatan--menerobos jalan raya yang kebetulan senggang karena hari sudah siang.
Wanita itu menjadi panik dan makin mempererat pelukannya ke tangan Max, hingga dia terpaksa berbuat nekat untuk menyudahi kegilaan pria itu.
"Hentikan mobil ini atau aku akan lompat?!" tapi ancaman itu tidak diendahkan Max, dan membuat wanita itu segera membuka sabuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
Roman d'amourBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...