Perjalanan dari restoran ke apartemen Clara hanya beberapa menit saja, hingga tidak begitu cukup waktu untuk Clara mengobrol dengan Max sepanjang yang dia inginkan. Tapi sebelum turun Clara masih menyempatkan untuk berbicara pada Max soal temu janji dengan Milner di diskotik, meski dia tahu kalau Max kurang menyukai pria tadi.
"Aku hanya sekedar ingin memastikan jika kamu memang sedang tidak menginginkan aku malam ini," Clara berusaha untuk tidak terlihat gugup dengan rasa takut yang mulai menyelebunginya.
"Aku tidak begitu menyukai orang tadi, jadi berhati-hati saja untuk nanti malam!" sahut Max yang masih menunjukan kekesalan karena kejadian di restoran tadi.
"Aku tau itu, Max. Lagi pula belum pernah ada orang baru yang mungkin kamu sukai, atau mungkin tidak pernah ada ceritanya orang baru yang kamu sukai. Seperti Milner yang secara tiba-tiba kamu hajar sampai harus berakhir di rumah sakit beberapa bulan lalu!" Clara mulai meninggikan suaranya karena sudah kesal dengan perangai Max.
"Apa itu masalah untukmu, Ha?! Lagi pun itu hakku, aku mau menyukai atau membenci siapapun itu terserah aku!"
"Harusnya kamu bisa bersikap sopan padanya, karena dia mau berbaik hati dengan tidak melaporkanmu kepada polisi untuk masalah di diskotik dulu!"
"Jadi menurutmu aku harus bersikap baik dan diam saja waktu dia akan menciummu di depanku, begitu?!" amarah Max semakin menjadi dan meluap. Tangannya sudah mengepal dan rahangnya menguat, tatapannya juga tajam ke Clara yang sedari tadi menyalahkannya.
"Lagi pula kau tidak memiliki hak untuk melarangnya melakukan itu, karena kau bukan saudara, kekasih atau suamiku!"
"Oke ... Tapi akan aku perjelas lagi kali ini padamu ...," tiba-tiba Max sudah meraih leher Clara dan menariknya untuk mendekat, "Jika kau sedang bersamaku, maka kau itu milikku! Tidak perduli seberapa banyak mereka ingin memberimu uang, itu tetap tidak akan merubah peraturaku untukmu. Paham?!"
Clara mulai gemetaran dengan tingkah Max yang tiba-tiba tidak terkontrol itu, dia berusaha melepaskan cengkeraman Max dengan memegangi tangan pemuda itu. Tapi sia-sia saja usahanya, karena tenaga Max tidak setanding dengannya.
"Le-pasin, Max ... A-ku mo-hon ...," ucap Clara yang mulai kehabisan napas.
Meski masih dalam kondisi emosi yang terus memompa darah dan jantungnya, Max berusaha mengendalikan diri dan melepaskan cengkeramannya dari leher Clara. Dia kembali ke posisinya tadi dan matanya lurus memandang ke depan, tanpa sedikitpun melirik kepada Clara.
Sambil mengelus-elus lehernya sendiri, Clara mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas kecilnya.
"Selama ini aku tidak berharap banyak darimu, Max. Aku melayanimu semata atas dasar rasa cintaku padamu, bukan karena uang seperti yang selalu aku minta dari pria lain. Aku harap ini bisa menjadi bukti jika memang kamu adalah seseorang yang berbeda bagiku," tukas Clara yang segera meninggalkan Max dan masuk ke dalam gedung megah, yang merupakan tempat tinggalnya.
Max melirik amplop yang ditinggalkan Clara untuknya, ada setitik basah yang tak lain adalah bekas tetesan air mata Clara, yang terjatuh saat dia akan keluar tadi. Max masih bergeming memandangi amplop tersebut, sebelum akhirnya dia memutuskan membukanya untuk mengetahui isinya.
Matanya membelalak saat melihat sebuah buku bank beratas namakan Maxi Del Rio, dengan total isi tabungan yang hampir mencapai seratus juta. Tapi uang siapa yang Clara simpan hingga sebanyak itu? Dan kenapa diatas namakan Max, bukan dirinya sendiri? Batin Max mulai beradu argumentasi di dalam benaknya sendiri, tapi ingin meminta penjelasan dari Clara juga tidak ada gunanya. Karena menurut Max saat ini Clara pasti sedang tidak ingin diganggu olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
RomanceBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...