Sambil dibantu Lana, Joeshen melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil. Jam pelajaran sudah habis dan mahasiswa sudah banyak yang pulang, tinggal beberapa yang masih terlihat mondar-mandir di kampus.
Lana tiba-tiba berhenti saat sudah mendekati parking area. Matanya tertuju pada sosok pemuda yang tengah berdiri di depan lamborghini hitam, sambil mengobrol dengan gadis yang begitu asing bagi Lana.
Joeshen penasaran dan ikut memandang ke arah yang sama, seperti yang sedang di perhatikan Lana saat ini.
Mata Lana membelalak saat gadis yang dilihatnya tadi tiba-tiba merangkul pemuda yang tak lain adalah Max. Kemudian gadis dengan kaos tanpa lengan dan celana pendek sepaha itu mendaratkan ciuman ke bibir Max, membuat Lana menelan ludah sendiri tanpa sadar.
"Clara ... Dia memang selalu begitu jika bertemu Max," ujar Joeshen menyadarkan Lana, yang segera mengerjapkan mata dan kembali menuntun Joeshen menuju lamborghini merah.
Namun baru mereka akan masuk ke mobil, tiba-tiba wanita yang bersama Max tadi memanggil Joeshen. Dia berjalan cepat dan menghampiri Joeshen yang masih berdiri, bersebelahan dengan Lana.
"Ada apa, Clara?" tanya Joeshen penasaran.
"Max meneleponku dan bilang kalau kamu sedang sakit, karena habis dihajar Leo dan kedua temannya," timpal Clara sambil terus tersenyum, membuat Lana tertegun melihat kecantikan Clara yang memang berbeda jauh dengannya.
Clara yang berpakaian modern serta terbuka, tubuh seksi dengan polesan make up di wajahnya yang menambah daya tarik. Berbeda dengan Lana yang mungkin memang manis bagi beberapa pria, tapi berpakaian simple, sederhana dan terlihat polos. Hingga sangat jauh dari kata menarik jika dibandingkan dengan Clara.
"Ya, hanya sedikit sakit di kepala dan perut. Memangnya kenapa Max meneleponmu segala?" timpal Joeshen bingung.
"Dia cuma ingin aku datang untuk mengantarmu pulang, karena dia khawatir jika kamu belum bisa fokus menyetir mobil."
"Seharusnya sih tidak perlu sampai menyusahkanmu segala."
"Ayolah, Joe ... Lagipula kamu tau sendiri kan gimana hubunganku dan Max, jadi tidak perlu sungkan," timpal Clara yang kemudian memandang Lana. "Siapa gadis ini, Joe?" tanya Clara mengingatkan Joeshen pada gadis yang masih berdiri di sebelahnya.
"Oh ya, ini Lana ... Temen kampus sekaligus calon saudara ipar Max," jelas Joeshen sambil melirik Lana.
Lana agak terkejut dengan ucapan Joeshen, dan kemudian mencubit pelan pinggang Joeshen.
"Apaan sih, Joe," gerutu Lana yang malu, karena Clara tersenyum menanggapi omongan Joeshen.
"Ya ..., Max pernah bercerita soal kamu. Pasti kamu Lana yang pernah ...," ucap Clara terhenti, saat teringat cerita Max yang pernah membawa Lana masuk ke kamar.
Lana dan Joeshen mengernyitkan dahi saat Clara segera menghentikan kalimatnya dan mengalihkan pembicaraan.
"Jadi gimana ni? Mau dianterin atau gimana?" tukas Clara menunggu jawaban Joeshen.
"Nggak apa-apa kan kalau Max yang mengantarmu pulang?" ucap Joeshen pada Lana, membuat Lana tersentak kaget. Tiba-tiba wajahnya meredup dan pucat mendengar nama Max.
Dia belum siap jika harus duduk berdekatan dengan pemuda itu, mengingat semua ucapan Max, perilakunya bahkan tatapan kemarahannya yang tanpa sadar membuat Lana beringsut ketakutan.
Joeshen yang menyadari perubahan ekspesi Lana, segera menenangkannya dengan mengatakan akan meneleponnya selama bersama Max.
Lana masih mencoba menolak dan menawar jika dia ingin Clara saja yang mengantarnya. Tapi segera Clara meyakinkan bahwa Max tidak akan berbuat kasar, seperti yang sudah-sudah dan memastikan Lana sampai dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"HATI DI PERSIMPANGAN"
RomansaBertemu dengannya adalah bencana terburuk dalam hidupku, tapi ada saatnya aku sangat merindukan wajahnya yang datar, serta kalimatnya yang begitu kasar itu. Tapi kenapa aku harus memilih dia? Ada seorang Malaikat yang selalu melindungiku darinya, da...